bab 2 ibunya pembawa sial

285 16 0
                                    

Jack menepis tangan Stella. Dengan kedua mata cantiknya ia melihat tangannya yang di tepis. Namun ia sebagai wanita malam, ia tidak akan menyerah. Hancurkan saja rumah tangga anaknya. Ia ingin keluarga ayahnya hancur seperti keluarga Stella dulu. Setidaknya ia harus membalas dendam lewat dari anaknya dulu.

"Kau jangan macam-macam Stella," ucap Jack dengan nada dingin.

Stella tersenyum sambil bersendekap. Dia tertawa lepas. "Sepertinya anda terlalu menganggap serius tuan Jack." Dia mengusap dada kekar Jack. "Aku harus akui anda sangat mencintai nyonya. Baiklah, anggap saja hari ini saya tidak mengatakan apa pun. Silahkan anda keluar tuan Jack William."

Dengan wajah bercampur marah, Jack pun keluar. Entah mengapa ia sangat kesal di permainkan oleh Stella. Dia merapikan jasnya yang padahal sudah rapi dan kemudian menuruni anak tangga.

"Jack tunggu." Seorang wanita setengah baya menghentikan langkah Jack. "Jack Stella bukan wanita baik, sebaiknya kau mengganti saja. Masih banyak asi wanita lain di luar sana."

Sudah beberapa kali ibu mertuanya membujuknya. Dia bukanlah barang yang seenaknya harus menerima asi. "Saya tidak bisa Mom." Ia malu jika harus berganti wanita lain. "Biarkan saja Stella."

"Tapi Jack, Mommy sangat takut Stella menggoda mu. Pernikahan mu baru saja berjalan tiga bulan." Mommy Ayana begitu tegas ingin Jack memilih asi wanita lain.

"Maaf Mom, aku harus berangkat kerja." Jack memilih pergi dari pada harus berdebat dengan ibu mertuanya. "O iya Mom, dimana istri ku?"

"Dia keluar bersama dengan teman-temannya."

Jack mengangguk, dia pun masuk ke mobilnya.

Mommy Ayana menghela nafas, ia harus mengawasi Stella agar tidak berbuat macam-macam. "Kau mau kemana?" Tanya  mommy Ayana saat melihat Stella yang melewatinya.

Dia menatap menyelidik, bisa saja Stella mengejar Jack sampai ke kantornya.

"Nyonya saya mau ke rumah sakit."

"Ke rumah sakit? Jangan-jangan kau ingin mengejar menantu ku." Tuduhnya.

Stella memutar kedua bola matanya. Dia menatap Ayana dengan tajam. "Jika nyonya tidak percaya, nyonya bisa ikut saya ke rumah sakit." Dia tidak sabar ingin bertemu dengan adiknya.

"Heh! Berani sekali kau tidak sopan pad ku." Nyonya Ayana mendorong kepala Stella. "Bicaralah yang sopan, aku nyonya di sini. Apa kau tidak di ajari sopan santun oleh ibu mu. Oh iya, hidup mu sangat menyedihkan. Di ceraikan suami, anak mati, memang hidup mu itu pembawa sial."

Stella memejamkan kedua matanya. Dia harus bertahan dengan makian wanita di hadapannya.

"Nyonya sekalipun saya pembawa sial, saya tidak merebut siapa pun. Jangan sampai pembawa sial ini membuat hidup nyonya Ayana sial." Nadanya penuh dengan penekanan.

Nyonya Ayana tidak terima. "Anaknya pembawa sial, ibunya pun juga pembawa sial."

Dia pun bergegas pergi namun saat menuruni anak tangga teras depan. Dia melihat seorang pria setengah baya yang keluar dari dalam mobil.

Pria setengah baya itu tersenyum. Dia menatap Stella dengan tatapan lembut. Dia sudah tau perihal penyakit menantunya tersebut jadi ia sebagai ayah mertua hanya mendukungnya selama demi kebaikan rumah tangga anaknya.

Stella memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Dia memejamkan kedua matanya saat merasakan kemarahan di dadanya ingin keluar.

"Stella kau mau kemana? Biar Om yang anter," ucap Daddy Zello.

"Tidak perlu Om, saya bisa berjalan sendiri tanpa bantuan siapa pun." Sarkasnya. Dia melewati Daddy Zello.

Daddy Zello menatap punggung Stella sampai wanita itu menaiki sebuah mobil putih. Dia merasa keanehan di hatinya. Rasanya ada sebuah rasa nyeri namun ia tak mengerti.

Transmigrasi : Asi 200 Juta (PINDAH KE FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang