chapter 04

495 44 13
                                    

Dua hari ber turut turut itu, benar benar membuat Marlowe tersiksa. sungguh, ia tak akan sudi memakan si ijo ijo itu lagi. beruntung hari ke tiga ini, Marlowe sudah membaik dari hari sebelumnya.

Hari ini. semenjak dua hari yang lalu, kerjaannya tidak ada yang meng handle dan beginilah Marlowe. Marlowe merasa kepalanya pening dengan berkas berkas putih sialan ini. mata nya terkatup katup menahan rasa kantuk. sudah pukul dua pagi tetapi dirinya masih saja terjaga.

Marlowe menggapai gelas yang berisikan coffe hitam di sampingnya, kemudian menyeruput nya, berharap rasa kantuk ini memudar. Marlowe memutuskan untuk menyelesaikan semuanya hari ini, di rumah. tepat di ruang kerjanya.

"Keparat, tugas sialan. aku akan menyelesaikan mu pagi ini, lihat saja. cih." gerutu Marlowe

Seharusnya, akan ada adik sepupu nya yang akan menghandle semua ini. Tapi naas nya, adik sepupunya ini sedang berlibur. juga, tadinya ia akan memerintah Regan, tetapi niatnya harus di urungkan mengingat Regan mempunyai putri kecil mereka yang harus Regan jaga.

Marlowe kembali menyeruput coffe, mulai meregangkan otot-otot pada tubuhnya. dan ia memulai kembali fokus pada tujuan utamanya.

***

Kembali dengan indra penciumannya nya, Marlowe kembali merasakan harum segar namun nampak berbeda dari sebelumnya.

Matanya terasa berat namun mulai terbuka perlahan. Marlowe melihat suasana ruang yang berbeda dari sebelumnya, Marlowe juga merasa bahwa dirinya sedang berbaring terlentang pada sebuah bed cover yang empuk.

"Sudah bangun? bagaimana tidur mu, apa nyenyak?" Marlowe tahu siapa yang berbicara, ia menoleh melihat pada sumber suara. itu istrinya, Kylie Christina.

"Ah, Um. tapi kepala ku terasa sedikit sakit." Marlowe bangkit dari bed, duduk di tepian ranjang. sambil memijat pelipisnya.

"Omong omong, mengapa aku bisa ada disini? seingatku, aku tertidur di meja ruang kerja ku." Marlowe bertanya, melihat Kylie yang tengah ber make-up pada meja rias nya.

Belum sempat menjawab, Kylie mengakhiri nya dengan polesan gincu kemudian mengatupnya. ia menghampiri Marlowe dan duduk di samping nya.

"Aku memapah mu sayang, aku terbangun pagi dan melihat mu di ruang kerjamu. aku tak tega melihat mu tertidur di atas meja seperti itu, jadi, aku berfikir lebih baik jika aku memindahkan mu." jawab Kylie menatap dwimanik hazel Marlowe, tatapannya sedikit turun, melihat jelas kantung mata milik Marlowe.

"Aku--"

"Kau terlalu lelah, hari ini tetap di rumah dan jangan pergi ke kantor. mengerti?" Kylie menyela, menangkup wajah Marlowe dengan kedua tangannya yang kecil. Kaylie menempatkan kedua ibu jarinya pada setiap kantung mata. menatap nya sendu.

"Lihatlah, kau sampai mempunyai kantung mata hitam. kau harus kembali berbaring dan segera tertidur, Marlowe." tutur Kylie lembut. ia turun prihatin melihat wajah suaminya sekarang.

Marlowe mengangguk, "Um."

Sebelum itu, Marlowe mengikis jarak, mendekatkan jarak antara dirinya juga Kylie. Marlowe memeluk pinggang ramping Kylie, menarik nya lebih dekat dan dekat. Marlowe menempatkan wajahnya pada leher Kylie, mencari kenyamanan di sana.

Gestur tubuh nya merespon semua kenyamanan pada tubuh Kylie, Marlowe mempoutkan bibirnya kesal. Kylie masih saja belum memeluk balik tubuh nya.

"Kau juga harus memeluk suami mu, Kylie." Marlowe memerintah, membuat Kylie terkikik pelan. Kylie menurut, merentangkan kedua tangannya, perlahan. Kylie mulai memeluk tubuh besar Marlowe yang terasa keras itu.

A Reason Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang