Jam menunjukan pukul 23:44. Hujan masih turun dengan deras. Dengan membawa sorban yaman/syal hitam yg biasa ku jadikan selimut, Aku kembali menyelinap ke belakang kelas dan mengintip. Ternyata ada Pak Baron, satpam juga di pesantrenku.
Ia melepas semua sumpalan mulut dan yg menutupi wajah Kang Hanif.
"Kamu nggak papa?" kata Pak Baron.
"Nggak papa Pak. Tolong lepasin Pak." melas Kang HanifPak Baron melepaskan ikatan tali di tangan dan kaki yg menyatu dengan kursi. Kang Hanif berdiri dan membelakangi Pak Baron, "Tinggal borgolnya Pak." ucapnya.
"Loh, kenapa dilepas? Kan sama Saya belum." jawab Pak Baron. Ia lalu dengan sigap memasang ball gag dimulut Kang Hanif. Setelah kencang, Ia menambah mengikatkan udeng/iket batik.
Pak Baron mengangkat tubuh Kang Hanif ke atas meja. Lalu Ia mengikat kakinya, menekuk ke depan, sehingga lubang anusnya terekspos. Terakhir ia menutup mata Kang Hanif dengan buff miliknya.
Pak Baron lalu berbisik, "Tenang, sama Saya ndak lama kok.."
Pak Baron menyingkap sarung Kang Hanif. Aku bisa melihat dengan jelas, pantatnya masih perawan. 'PLAK', Pak Baron menepuk pantat mulus itu. "Wahh enak iki, masih perawan."
Pak Baron meludahi lubang pantatnya, dan bermain lidah disana. Ia menjulurkan lidahnya hingga masuk dan menembus keperawanan Kang Hanif.
"Eeeehmmffff.. Eehhmmfff.." Kang Hanif mulai terangsang.
Pak Baron mencoba membuka lubang pantat Kang Hanif, "Masih kurang ini." Ia lalu memasukan dua jari tangan kirinya yg masih berbalut sarung tangan kulit.
"EGGRHHMMM..." Kang Hanif mencoba menolaknya karena kesakitan.
Pak Baron membekap mulut Kang Hanif, "Ssstt.. Lemesin aja Mas Hanif. Kalau ditahan, nanti malah tambah sakit. Atau.. Kamu maunya Fika yg Aku giniin?"
Kang Hanif terpaksa harus merelakan keperawanannya demi melindungi kekasihnya. Pak Baron mulai memaju-mundurkan tangannya.
"Mmpphhb... Mpphh.."
Sekitar 2 menit melakukan fisting, Kang Hanif mulaj ngaceng. Nampaknya Ia mulai menikmati permainan ini.
Tanpa basa basi, Pak Baron mengeluarkan membuka celananya, tapi tidak semuanya. Hanya untuk mengeluarkan rudalnya saja yg ternyata sangatlah besar dan berurat. Dengan satu hentakan saja, kontolnya berhasil menembus keperawanan Kang Hanif.
"EEHHMPPHH.." teriak Kang Hanif yg langsung ditahan dengan tangan kanan Pak Baron.
"Tenang le, tenang.. Bapak pelan - pelan ya.."
Pak Baron mulai menggenjotnya. Sempit dan seret. Itu yg nampak dari kejauhan. Namun pelan - pelan, gerakannya mulai lancar.
"Eeehmmm... Eeehhmmffff... Ehemmmff..." erangan Kang Hanif yg mula kesakitan, berubah menjadi suatu kenikmatan.
Pak Baron mulai menambah kecepatan bermainnya. Kedua tangannya memegang kaki Kang Hanif agar mudah mengontrol gerakannya.
"Aggrhh.. Agrhh...." Pak Baron semakin menambah kecepatannya. Meja mulai bergeser sedikit.
"Ehmmpphh... Emmmmmhh...." Kang Hanif sepertinya menikmati permainannya.
Pak Baron terus menggenjotnya seperti kesetanan. Wajahnya mendonga ke atas dan mengerang, terlihat sangat menikmati lubang Kang Hanif.
Setelah sekitar 7 menit, Pak Baron merangkul Kang Hanif, lalu mengangkat tubuhnya dan menempelkannya ke tembok, tanpa melepas kontolnya. Ia terus menggenjot Kang Hanif tanpa ampun. Pak Baron juga menjilati leher dan kuping Kang Hanif.
"Mmhhh... Empphh... EMPhhh..." Kang Hanif nampak sangat menikmati permainan ini.
Setelah 4 menit berdiri, Pak Baron meletakan Kang Hanif ke lantai tanpa merubah posisi kontolnya. Ia lanjut menggenjot Kang Hanif.
"Emmpp.. Ehmpphh.. Ehmpp.." desahan Kang Hanif benar - benar membuat Pak Baron semakin beringas.
Ia kembali memeluk erat Kang Hanif, dan
"Agrh.. Agrh... Agrh...."Pak Baron memuntahkan sperma di dalam lubang Kang Hanif. Ia memeluk erat beberapa menit, sebelum akhirnya melepaskan kontolnya.
Pejuh Pak Baron berceceran keluar dari pantat Kang Hanif. Mengotori sarung dan lantai kelas.
Pak Baron panik, karena Ia lupa memakai kondom. Tiba - tiba HT-nya berbunyi, "Gawat! Ada anak - anak yg denger! Buruan kesini, kunci kelas & matiin lampunya!" suara dari Pak Herman.
Pak Baron segera membersihkan diri, mematikan lampu kelas, dan menguncinya. Meninggalkan Kang Hanif begitu saja, dengan kondisi yg cukup berantakan.
Entah setan apa yg merasuki ku, Aku menyelinap masuk ke kelas. Aku melihat Kang Hanif terkapar lemas dan tak berdaya. Dalam hati ada rasa iba, mengingat betapa baiknya Kang Hanif kepadaku. Namun tak bisa ku bohongi, Aku tidak bisa menahan nafsuku.
Ku rasa Kang Hanif sudah lemas dan pingsan. Aku singkap sarungku, dan ku coba memasukan kontolku ke lubangnya. Aku bisa masuk dengan mudah dan rasanya begitu nikmat.
"EMMPP.." erang Kang Hanif.
Aku panik, ternyata Kang Hanif masih sadar. Aku gunakan sorban yaman/syal-ku untuk membekap mulutnya. Ku lingkarkan sebanyak 3x karena agar suaranya kedap.
Setelah itu, Aku mulai menggenjot pantat Kang Hanif. Ahhh.. Rasanya enak sekali. Kenikmatan yg tak pernah ku bayangkan sebelumnya.
Aku tak bisa menahan nafsuku. Ku genjot terus lubang pantat ini.
"Mmplhh... Mpphhh.." desahan Kang Hanif, membuatku semakin semangat.
Rasanya geli. Gesekan itu, seperti menggaruk bagian gatal, namun ini tidak menganggu sama sekali. Setiap ku maju mundurkan badanku, rasanya sangat nikmat.
Hanya butuh waktu 5 menit, akhirnya Aku ereksi dan menyemburkan spermaku di lubang pantatnya. Aku berusaha keras menahan suaraku, agar Kang Hanif tidak menyadarinya.
Untung saja Aku sigap, sehingga tidak ada bekas peju yg menempel di sarungku. Aku melepas sorbanku, lalu pergi kembali ke kamar.
Setibanya di kamar, teman - temanku ternyata semua sudah bangun. Mereka sedang berbincang, katanya ada yg mendengar suara erangan seperti orang disiksa dan kesakitan. Aku yg beralasan dari toilet, berpura - pura mendengarnya juga, dan mengarang sepertinya itu suara hantu agar mereka tidak curiga.
Pukul 00:12, Pak Baron datang ke kamar dan memarahi penghuni kamar kami untuk segera tidur. Salah satu dari temanku ada yg mengeluh, tak bisa tidur karena mendengar suara yg sangat menyeramkan.
"Alah paling kui hewan, wes tidur!" ucap Pak Baron.
Ada satu temanku yg izin ke WC. Aku meminta ikut. Pak Baron pun mengizinkan dengan diberi waktu 5 menit. Aku ingin keluar, karena penasaran dengan kondisi Kang Hanif.
Saat berjalan turun dari tangga, Kami berpapasan dengan Kang Hanif. Baju dan sarungnya telah diganti.
"Kang.." sapaku
"Eh, iya.." jawab Kang Hanif.Gelagaknya seperti orang linglung, tidak seperti biasanya yg dikenal ramah dan suka menyapa. Cara jalannya pun seperti orang sembelit.
"Wis ayuh! Cuma 5 menit tok kok!" ucap temanku.
Kami pun bergegas ke WC dan kembali ke kamar.
Disaat yg lain telah tertidur, Aku masih kepikiran. Apa yg telah Aku lakukan? Rasa nikmat itu. Lantas, bagaimana nasib Kang Hanif setelahnya? Ah.. Pikiran ini sangat mengangguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENCULIKAN DI PESANTREN
Teen FictionWARNING! Cerita ini mengandung unsur lgbt dan bdsm. Seluruh cerita adalah fiktif, murni fantasi penulis dan tidak ditujukan untuk mengarah ke suatu instansi apapun. Ilham, seorang santri yang sangat tertarik dengan kegiatan bdsm (soft). Ia terobsesi...