MALING SARUNGAN TAWANAN POL1S1 IDAMAN

629 24 2
                                    


Pekerjaan Kang Hanif sangatlah sibuk. Maklum, jabatan Dia sebagai polisi tergolong masih baru. Akhirnya Kami memutuskan untuk membuat sebuah adegan rekayasa agar bisa bertemu.

2 minggu setelah pertemuan itu. Aku menyamar sebagai maling dengan menggunakan sarung hitam polos dan menggendong tas yg sebenarnya tas itu berisi alat-alat untuk Kami bermain. Didalamnya ada ball-gag, poppers, 3 kain udeng & 4 tali pramuka.

Aku berpura-pura mengendap di dekat pos Kang Hanif berjaga. Tak lama setelah itu, Ia datang bersama seorang rekannya. Aku berpura-pura lari ke sebuah taman. Rekan Kang Hanif langsung menubrukku hingga Aku tersungkur. Ia menyingkap sarungku dan memborgol tanganku.

"Bawa dia ke mobil!" Ucap Kang Hanif.

Aku diberdirikan, tanganku dibelenggu ke belakang, dan tangan yg diselimuti sarung tangan kulit itu mendorong kepalaku agar menghadap bawah. Kang Hanif melepas buff hitam yg berkalung di lehernya, lalu dipakaikannya untuk menutup kepalaku. Ah.. aroma keringatnya membuatku mulai terangsang.

Sepanjang perjalanan menuju mobil (sekitar 100 meter) Aku menikmati posisi itu. Dituntun oleh seorang polisi yg dengan senang hatinya memegang tangan dan kepalaku. Meski tak ada pembicaraan apapun, fantasiku sudah berkeliaran.

Singkat cerita sesampainya di ruangan introhasi sebuah posko. Ada meja dan dua kursi. Aku dipersilahkan duduk di sebuah kursi. Masih dalam keadaan tanganku di borgol, tubuh terbungkus sarung layaknya maling/ninja dan buff yg menutupi wajahku, dapat kurasakan tali mengikat tubuhku ke sandaran kursi itu. Kakiku juga diikat ke kaki-kaki kursi itu.

Buff akhirnya di buka. Rupanya Dia bukan rekan Kang Hanif, melainkan satpam komplek. Tertulis di bajunya, Bagas Dewantara. Ia menggunakan seragam satpam pdl berwarna biru dongker dan masker hitam. Dia membongkar tas yg kubawa di depanku. Tak lama kemudian, Kang Hanif datang.

"Hanya ada barang ini Pak," ucap satpam itu.
Kang Hanif mengambil poppers yg ku bawa dan bertanya, "Kamu tau ini apa?".
"Siap, tidak pak!" Jawab satpam.

"Kita tidak tahu barang ini berbahaya atau tidak. Jadi, harus kita coba."
"Siap Pak!"

Kang Hanif membuka masker Bagas, dan mulai membiarkannya menghirup poppers itu. Tubuh Bagas mulai bereaksi dan berusaha menghindar. Dengan sigap Kang Hanif mendekap tubuhnya erat dari belakang dan memaksa Bagas menghriupnya.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Kang Hanif

Bagas hanya menggelengkan kepala. Tubuhnya terlihat lemas.

Kang Hanif meletakan poppers-nya dan mulai meraba tubuh Bagas dari belakang, dari wajah, dada, hingga batangnya.

"Kamu.. belum pernah kan berhubungan. Pasti tubuhmu ini sudah sangat ingin merasakannya. Sekarang, saatnya tubuhmu ini dimanjakan." ucap Kang Hanif berbisik di kupingnya. Tangannya memainkan batang Bagas yg masih tertutupi celana kerjanya.

"Ahh..." desah Bagas tipis.

Kemudian Kang Hanif melepas masker Bagas dan mempersilahkannya duduk. Ia meneteskan poppers itu ke maskernya lalu memakaikannya kembali. Kang Hanif lalu memborgol tangan Bagas ke belakang. Bagai dihipnotis, Bagas hanya pasrah.

Kini Kang Hanif berpindah ke arahku. Ia melepas ikatan di kursi kecuali borgolku. Kemudian Aku di arahkan untuk berlutut di depan Bagas..

"Sekarang, saatnya memanjakan tubuhmu Bagas.." ucap Kang Hanif sembari mengelus kepala Bagas.

Kang Hanif perlahan membuka sabuk Bagas dan resleting. Terekspes batang Bagas yg sudah mulai agak keras. Ia membuka sarung dibagian wajahku, lalu memintaku untuk mengulum batang milik Bagas. Dengan senang hati Aku menuruti perintahnya.

"Pak pak.. jangan pak" ucap Bagas
"Ssstt...," 🤫 ucap Kang Hanif, "nikmati saja Bagas.."

Aku mulai mengulum batangnya yg lumayan besar. Diameter-nya mungkin sektar 7cm dan panjangnya sekitar 18cm saat sudah tegang maksimal. Dalam keadaan tangan terborgol dan tubuh terbungkus sarung, Aku jilati dulu mulai dari bawah hingga atas. Ingin sekali ku lahap testis-nya, namun masih terhalang celana.

"Ahhh... Ahh... Aahhh..." Bagas mulai mendesah.

Batang milik Bagas ini sangat bersih dan wangi. Membuatku semakin bergairah. Perlahan ku mainkan lidahku hingga ke ujungnya. Ku paksakan masku lidahku ke dalam lubang pipisnya.

"Aahhh.. ahh... Aaahhhmmppphh.." Bagas mulai menikmatinya. Kang Hanif membekapnya dari belakang dengan tangan kirinya yg masih menggunakan sarung tangan setengah jari. Tangan kanannya masuk, meraba dan memainkan dada Bagas.

"Mmmpph... Mmpphh.. mmmffhhh..." Desahahannya sangat menikmati.

Berlanjut ku jalankan lidahku menuju ke bagian atas batang itu. Bulu jembutnya juga wangi. Senang sekali rasanya dapat menikmati lebatnya jembut satpam ini, dan membasahinya dengan air liur dari lidahku.

"Mmmmhhh... Mmmmhh..." Kaki Bagas mulai bergetar dan mengapit kepalaku.

Hanya dengan mulut, kupeloroti celana dalamnya hingga tereksposlah buah zakarnya. Ahh.. dapat kurasakan betapa segarnya yang ada di dalamnya. Setelah ku endus-endus, langsung saja ku nikmati dengan lidahku yg liar ini.

"MmmmPPPHhHhh..," Kang Hanif semakin kencang membekapnya, "MMPPHH H.." lalu Ia membekap mulut Bagas menggunakan udeng. Kang Hanif mulai menciumi area leher dan kuping Bagas.

Aku memasukan semua batang-nya ke dalam mulut. Rasanya sangat penuh. Perlahan ku maju mundurkan kepalaku. Tak lupa lidahku menjalar seirama dengan pergerakan kepalaku.

"MMMPPPHH... MMPPHHH..." Desahan Bagas semakin tak terkontrol.

Aku percepatan pergerakan kepalaku. Sudah tak sabar Aku ingin merasakan pejuhnya. Namun tiba-tiba Kang Hanif menarik kepalaku. Ia lalu menangkat tubuhku dan digeletakannya Aku di meja dalam keadaan tersengkur. Kakiku di rentangkan dan di ikat ke kaki-kaki meja sehingga pantatku dengan mudah terekspos.

Kang Hanif memasangkan ballgag ke mulutku, lalu di double dengan udeng. Ia memasangkan kondom untuk Bagas, kemudian mengarahkannya agar menikmati pantatku. Tak butuh waktu lama, Bagas menusuku tanpa aba-aba apapun.

"MMPPHH..." eranganku setelah sekian lama tak ditusuk.

Kang Hanif melumuri lubangku dan batang Bagas dengan baby oil. Setelah itu, Bagas mulai bergerak maju-mundur bermain di lubangku.

Dapat ku lihat Kang Hanif duduk dan menyalakan rokok, sambil menikmati adegan ini.

Dalam keadaan tangan terborgol ke belakang, mulut dibekap udeng, dan seragam yg masih lengkap, Bagas menyodokku dengan sangat bergairah.

"Ehmmm... Egrhmm.." erangannya sangat jantan.

Sementara Aku yg masih terbungkus sarung, menahan sakit yg luar biasa, namun ada kenikmatan setelahnya.

Setelah 10 menit berlangsung, dapat kurasakan kehangatan di dalam pantatku.

"Egrrhhmmm.. Egrhmmm... Grhhmmm.." erang Bagas setelah menyemburkan spermanya. Ia lalu duduk di kursi dengan keadaan sangat lelah.

Kang Hanif melepas ikatan kakiku. Ia memindahkan udeng yg ada di mulutku, menjadi menutupi mataku. Kemudian Ia melepas balgagku dan diposisikannya Aku berlutut di hadapannya, di kursi satunya lagi.

Kang Hanif melepas kondom Bagas dan dengan paksa memaksa untuk meminum sperma itu. Meski tersedak, Aku tak bisa menolaknya. Kemudian langsung Ia memaksaku, mengarahkan kepalaku untuk menyepongnya.

Dengan cara yg lumayan kasar, Kang Hanif menggerakanku untuk mengulumnya. Selama 8 menit, Kang Hanif merubah posisi. Ia mengikatku dalam posisi hogtied di atas lantai. Lalu ia tiduran sembari memaksaku untuk mengulum batangnya.

15 menit kemudian, Kang Hanif merubah posisi lagi. Ia mengangkatku ke atas meja. Lalu pahaku disatukan dengan pergelangan kaki menggunakan tali yg tersisa sehingga pantat dan batangku erekspos sempurna.

Bagas kembali beraksi. Ia diperinah Kang Hanif untuk memanjat meja. Kemudian memposisikan gaya 69 denganku. Tak lupa, Kami semua sudah menggunakan kondom terlebih dahulu.

Kang Hanif bermain di lubang pantatku. Bagas menyepongku, kemudian Aku pun menyepong batangnya. Meski awalnya jijik, namun Kang Hanif memaksa Bagas melakukan itu.

Kami melakukan ini selama kurang lebih 20 menit. Aku menyemburkan sperma ku terlebih dahulu. Kemudian disusul Bagas, dan 10 menit setelahnya baru Kang Hanif ereksi.

Setelah selesai, Kang Hanif melepas semua ikatan di tubuhku. Ia kemudian mengambil 3 sarung hitam lagi, dan membungkus layaknya mummy. Diikat dengan tali pramuka sangat kencang, namun ia masih menyisakan mulutku. Ia menutup mataku terlebih dahulu dengan sekain udeng.

Kemudian, ia memasukan 3 kondom bekas berakhir bermain, yg masih berisi pejuh tentunya, ke dalam mulutku. Tentu Aku ingin memuntahkannya, namun dengan sigap ia memasangkan hogtied dan udeng untuk membendung mulutku.

Lanjut dipasangnya buff untuk menutup hidung dan mulutku. Terakhir diikatnya 2 udeng lagi untuk menutupi seluruh wajahku.

Kemudian Aku dibiarkan terlentang di lantai sel itu.

==
Keesokan harinya, Aku bangun sudah berada di kamar hotel. Ada amplop berisi 5 jt dan informasi terkait Rizki, adik dari Herman si satpam bejad yg dulu memperkosaku di pesantren.

Aku cek hpku, tak ada lagi nomor Kang Hanif. Aku pergi ke pos jaga Kang Hanif waktu itu dan mencari satpam bernama Bagas, juga tidak ada yg mengenalnya.

Meski agak sedih, namun Aku sudah mendapatkan informasi untuk membalas dendam.

~Bersambung

PENCULIKAN DI PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang