Empat - Matchy Match

99 8 0
                                    

Bunyi alarm yang cukup kencang membuat seorang gadis yang tubuhya ditutupi oleh selimut merah muda itu bergerak tidak nyaman. Sama sekali tidak berniat untuk bangun dan menyapa pagi yang sudah tiba sejak tadi.

Cahaya mentari yang menyelinap dari balik ventilasi jendelanya juga tidak mampu membuat matanya terbuka. Tidak seperti adegan yang sering ada di cerita-cerita. Karena  gadis yang terbaring di ranjang itu adalah Kanaya.

Gadis yang baru bisa tidur pukul delapan pagi tadi. Artinya, tubuh Alana baru beristirahat selama dua jam. Waktu yang sangat kurang. Mengingat aktivitasnya yang cukup produktif.

Produktif yang di maksudkan adalah menyelesaikan drama korea yang diputar dengan kecepatan satu koma lima. Sebenarnya belum selesai, karena masih ada dua episode lagi yang belum keluar. Alana harus menunggu satu minggu lagi.

Ponselnya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya itu kembali mengeluarkan suara. Kali ini bukan alarm, tapi dering telepon. Membuat Alana mau tak mau membuka paksa matanya.

Diangkatnya panggilan itu tanpa repot-repot mengecek kontak pemanggil.

"Halo?" Sapanya dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"Halo boru! Lagi ngapain kamu?" Jawab sebuah suara dari seberang sana. Suara cinta pertamanya. Goklas Sitinjak. Ayah Alana.

"Baru bangun, Pak." Alana membuka matanya secara paksa, mengintip jam dari ponsel di genggamannya. Ternyata sudah lewat pukul sepuluh.

"Kok baru bangun jam segini?"

"Iya. Tadi baru bisa tidur jam delapan." Ungkap Alana apa adanya.

"Nggak boleh begadang terus kamu, Nang. Nggak bagus untuk kesehatan." Ujar Ayahnya memberi nasihat. Nasihat yang sebenarnya sudah Alana ketahui. Mau bagaimana lagi? Matanya tidak bisa diajak komproni untuk tidur awal.

"Iya pak."

"Ya sudah, makan dulu kamu. Mau makan apa? Nanti Bapak suruh kakakmu pesankan dari sini."

Alana berpikir sejenak. Sebenarnya dia tidak lapar. Perutnya memang sudah terbiasa tidak sarapan. Tapi tawaran Ayahnya begitu menarik untuk dilewatkan. "Mau iga bakar, Pak. Bilang aja yang di dekat kosku. Alitha tahu kok"

"Oke. Nanti Bapak bilangkan." Balas Sang Ayah heran.

"Thank you, Pak! You the best." Seru Alana yang kini sudah sadar penuh dari tidurnya.

Setelah panggilan terputus, gadis itu memilih untuk mengecek bar notifikasi. Takutnya ada informasi penting yang dia lewatkan. Misalnya kesediaan Bu Dira untuk mengajaknya bimbingan. Tapi nihil.

Hanya ada beberapa pesan dari grup dan teman-temannya. Alana hanya membalas beberapa. Kalau baru bangun tidur seperti ini, moodnya sedang tidak bagus untuk saling bertukar pesan.

Setidaknya itu yang dia rasakan, hingga sebuah notifikasi baru saja muncul di layar ponselnya.

dhjntk_
Kamu mau ramen?
Saya cuma kosong setelah jam 7 malam
Banyak kerjaan yang harus diselesaikan

Awalnya Alana kebingungan kenapa pria itu tiba-tiba membahas ramen. Lalu sekelebat bayangan tadi malam muncul. Astaga! Dia hanya bercanda.

Lantas Alana segera membuka kembali obrolan mereka. Jarinya menari-menari dengan lincah di atas layar. Mengetikkan beberapa kata di sana sebagai jawaban dari pesan David.

no! aku cuma bercanda😀
serius amat

Pesan itu langsung terbaca. Namun sampai sepuluh menit kemudian tidak mendapatkan jawaban. Daripada gelisah sendiri menatap layar ponsel, Alana memilih untuk bangkit dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi. Dia akan mandi.

Titik Temu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang