9

132 4 7
                                    

Masih ingat si bayi bagong nangis guling-guling di part sebelumnya? Hal itu bikin Syla mau nggak mau mengajukan untuk menemani Atta di kantor. Mau bagaimana lagi? Mau masuk ke kelas juga nggak mungkin. Bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu.

Dan disinilah Syla berakhir. Duduk di sofa ruang presdir sambil digelendotin makhluk segede king kong tapi sifatnya kaya bayi. Hingga akhirnya kekesalan Syla pun memuncak. Mereka udah pelukan selama kurang lebih setengah jam tanpa ngomong apa-apa.

"Heh bocah, ini gw udah nemenin lu daritadi. Ngapain malah melukin gw?"

Atta langsung beranjak berdiri. Dia menuju ke meja kerjanya ngambil berkas sama bolpoin terus duduk disamping Syla lagi. Dan dengan santainya, ia menaruh kepalanya di paha Syla. Tak lupa juga ia meraih tangan Syla untuk diletakkan di kepalanya dan memeragakan usapan di kepalanya. Syla yang lagi dalam mode jinak lagi nurut aja sama apa yang di mau Atta. Soalnya dia tiba-tiba banget kepikiran orangtuanya si Atta. "Kasian yatim piatu," pikirnya. Tapi pernah denger nggak si, cinta yang diawali sama rasa kasian itu bakal awet?

"Masih lama?"

Pertanyaan Syla menghentikan aktivitas Atta memeriksa dokumen. Ia lalu melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 4 sore.

"Kamu bosen? Aku bisa bawa pulang dokumennya buat diperiksa dirumah kok."

"Karaokean yuk!"

"Hah?!"

Nggak tau gimana tiba-tiba ide itu terlintas di kepala Syla.

-o0o-

"Syla, kamu nggak mau nanyain aku mau request lagu apa enggak?"

"Emang pengen lagu apa?"

"Bojo loro," jawab Atta kalem.

-o0o-

Kalo masi ada yg nyimpen cerita ini di library kleannn kerenn bgt siii T_T
Patut dikasi apresiasi pake empat jempol wkwkwk

My Childish Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang