5.

421 41 2
                                    

Lais memarkir kendaraannya di basement apartemen Lendra, ia membuka selftbelt dan mengajak Jarrel untuk segera turun.

"Kak Lais, tunggu!"

Lais tidak perduli langkahnya besar, dia tidak sadar kalau Jarrel kesusahan menyeimbanginya.

"Lambat," celetuk Lais.

Jarrel jadi merasa tidak enak mendengar celetukan itu. Ia menghela napas dalam, harinya sungguh berat.

Ketika sampai di pintu Apartemen Lendra, Jarrel benar-benar takut. Dia menunduk begitu dalam sampai lehernya terasa pegal, hanya kakinya yang terlihat dan lantai Apartemen Lendra.

"Len, gue bawa pesanan lo, nih."

Jarrel refleks mendongkak dan menatap tajam Lais yang frontal dalam berucap. Memangnya Jarrel sebuah barang pesanan? Menyebalkan sekali.

"Goblok!"

Jarrel terkejut dengan sikap Lais yang tiba-tiba membalikkan tubuhnya, memegangi kedua pundaknya dari belakang. Jarrel jadi penasaran karena hal itu.

"Kak Lais kenapa sih?"

Lais tidak menjawab. Ia justru terlihat kesal dengan sikap Lendra yang tidak tahu malu sama sekali.

"Kebiasaan lo anjing! Gue bawa Jarrel, Cok."

"Ya terus kenapa?"

"Dia takut sama lo goblok! Apalagi ngeliat lo bugil, apa gak makin takut anak orang."

Jarrel melotot kecil, dia semakin enggan untuk berbalik badan. Apa kata Lais? Lendra bugil! Sial, Jarrel semakin tidak yakin dititip Lendra.

"Masuk."

"Pake baju dulu tolol!"

"Laki-laki semua 'kan?"

"Tetep aja, Jarrel bukan pihak dominan kayak kita."

Jarrel tidak mengerti. Tapi yang pasti, Jarrel takut. Takut berhadapan dengan Lendra yang ternyata ketua Galaxy. Takut rumor yang beredar tentang ketua Galaxy itu terbukti. Jarrel takut berdekatan dengan pengusa bumi. Siapapun tolong bawa Jarrel pergi!!

"Masuk dulu aja, gue pake baju dulu bentar."

Lendra menaiki anak tangga untuk sampai pada lantai atas, letak kamarnya berada. Ia benar-benar berjalan tanpa sehelai benang pun. Lendra terbiasa telanjang sehabis mandi.

"Kak Lendra beneran bugil tadi?"

"Iya, emang tolol tuh anak."

Lais langsung duduk di sofa begitu santai, seperti sudah biasa berasa di Apartemen Lendra. Ia juga langsung menyalakan televisi, membuat Jarrel ikut duduk di sampingnya.

"Abis ngapain lo keramas?"

Lendra mendecih, tidak ada yang aneh dari keramas rambut, pikiran Lais saja yang sangat kotor.

"Pikir semau lo."

Lendra ikut duduk di sofa, ia lalu membuka laptopnya dan terlihat serius.

"Banyak pesanan?"

"Lumayan,"

Jarrel sepertinya hanya paranoid. Lihat saja sikap Lendra, dia terlihat sangat cuek bahkan tidak menyapa Jarrel sejak tadi.

"Kak Lendra jualan?"

Lendra akhirnya menatap Jarrel. Tapi itu tidak lama, dia hanya menjawab dengan deheman pelan lalu fokus kembali pada laptop.

"Dah, gue titip Jarrel ya?"

"Hm."

Lais pergi.

Tinggal Jarrel yang kebingungan dalam bersikap. Ia sedari tadi berusaha fokus untuk memainkan handphonenya, tapi sialnya, Jarrel tidak betah dengan situasi yang hening.

Comfortable [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang