11.

422 34 2
                                    

Menyesuaikan janjinya, minggu pagi ini Lendra akan menjemput Jarrel dirumahnya. Kali ini, Lendra akan masuk ke rumah Jarrel lewat pintu rumahnya bukan jendela balkon kamarnya.

Agaknya sedikit gugup untuk Lendra berkunjung ke rumah Jarrel. "Cok, gue dah rapih belum?"

"Anjing!"

Lais justru tertawa, hingga kesakitan karena lukanya belum sembuh total.

"Kontol." balas umpatannya.

Lendra sangat salah bertanya pada Lais. Ia memilih pergi dari sana dan segera menjemput Jarrel.

"Bagus kok, Len!"

"Iye!"

Lendra bergegas, tidak sabar ingin bertemu Jarrel. Bocahnya itu sangat candu bagi Lendra, rasanya ingin sekali ia konsumsi untuk dirinya sendiri.

"Kenapa, Rel?"

"Kakak dimana?"

Lendra baru saja memasuki mobilnya. Dia tersenyum gemas mendengar suara Jarrel dari sambungan teleponnya itu.

"Otw ke sana, sayang."

"Sayang?"

"Iya, gapapa 'kan?"

"Yaudah deh Kak, gapapa pake sayang."

Lendra tertawa, aduh gemas sekali ya bocilnya ini. Benar tidak? Jarrel itu sangat menggemaskan!

"Oke deh, makasih sayang."

"Iya kakak. Jarrel tunggu ya, tapi kak Lendra lewat mana?"

"Maksudnya? Kakak lewat daerah mana gitu?"

"Enggak, kakaknya nanti lewat jendela atau pintu?"

Lagi, Lendra tertawa cukup keras karena pertanyaan konyol Jarrel yang terlontar begitu polos dari mulutnya itu.

"Lewat pintu dong, sayang."

"Oke deh, Jarrel tunggu di depan pintu ya, Kak!"

"Asyik, disambut Jarrel."

"Gak tuh, Jarrel cuma nunggu."

"Iya deh iya,"

"Udah dulu, Kak. Dadah!"

Sambungan teleponnya terputus, Lendra langsung menancap gas dengan kecepatan penuh, ia sangat tidak sabar ingin bertemu Jarrel.

Selang beberapa menit berlalu, Lendra sampai di depan rumah Jarrel. Jaraknya juga lumayan tidak jauh, jadi Lendra bisa cepat datang ke rumah Jarrel.

Baru saja ingin menyapa Ibunya Jarrel, tapi bocah itu sudah keluar dari pintu rumahnya dan sedikit berlarian kecil menghampiri Lendra.

"Kakak!"

"Kenapa sayang?"

"Jarrel udah siap."

"Ibu ga ada?"

Jarrel menggelengkan kepalanya pelan. Ibunya itu selalu sibuk dengan kerjaan, tak jarang dia dititipkan pada Bibi Lia- Ibunya Lais.

"Yaudah deh, langsung berangkat."

"Kakak gak cium aku?"

Lendra tersenyum, dia sedikit merunduk dan memberi kecupan manis di bibir Jarrel. Lalu mengacak poni Jarrel karena sangat gemas dengan adik kelasnya itu. "Gemasin banget sih, dek."

Ini mereka sebenarnya temanan gak sih?!!! Tapi ya mau bagaimana lagi, kalau kata Rai mereka tuh dua insan manusia yang sangat munafik bahkan dengan perasaannya sendiri.

Comfortable [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang