7.

395 34 0
                                    

Jarrel sudah biasa ke toilet sendirian, tapi kali ini rasanya sedikit berbeda. Seperti ada seseorang yang tengah memperhatikannya sejak berjalan menuju kamar mandi.

"Penguntit?" monolog Jarrel.

Rasanya tidak mungkin Jarrel mempunyai seorang penguntit, secara dia juga tidak terkenal di sekolahnya.

"Rel, gak kena hukum 'kan?"

Jarrel menghela napas lega, dia mengusap dadanya secara refleks. Reaksinya itu menuai pertanyaan pada benak Lendra yang baru saja keluar dari salah satu bilik toilet.

"Kenapa, Rel? Kayak abis lihat setan gitu."

Jarrel menggelengkan kepala pelan, dia masih bertekad untuk menghindari Lendra karena tidak mau di cap murid bandel di sekolahnya.

"A-aku duluan, Kak."

Jarrel hendak berbalik, tapi cekalan tangan Lendra membuatnya membeku. Jarrel hanya bisa berpasrah diri.

"Pulang bareng gak?"

Jarrel dengan cepat menolak, ia menggelengkan kepalanya. "Gak perlu, Kak. Aku bisa pulang bareng Kak Lais."

"Lais titip kamu ke Kakak."

Jarrel melotot kecil, dia lupa kalau Lais berteman baik dengan Lendra. Lais pula yang menyebabkan kedekatan Jarrel dengan kakak kelasnya ini.

"Aku pulang sama temen."

"Oh, oke kalau gitu." Lendra melepas cekalan tangannya. Ia sedikit berbisik dan menyunggingkan senyum nakal pada Jarrel.

"Hati-hati, kamu udah terkenal deket sama Ketua galaxy."

Jarrel mematung. Tidak, belum terlambat untuk Jarrel menghindar dari lingkungan Lendra yang sangat bertolak belakang dengan kehidupannya.

€€€

"Lama amat ke toilet, lahiran di sana?"

Finn refleks mengaduh kesakitan karena kepalanya dipukul pelan oleh Rai menggunakan buku novelnya. Sialan memang cowok cantik itu!

"Sakit ih!"

"Suruh siapa jadi bocah asbun!"

Jarrel sudah biasa dengan perdebatan Finn dan Rai. Terkadang Jarrel ikut menimbrung, tapi untuk sekarang, Jarrel sedang banyak pikiran. Rasanya Jarrel tidak tahu harus bersikap bagaimana.

"Eh kayaknya ada yang beda,"

Si paling perasa dengan keadaannya, yaitu lah Rai Shankara.

"Apaan?" tanya Finn.

"Kesambet dedemit sekolah ya, Rel?"

Finn memperhatikan Jarrel, tapi tidak merasakan keanehan apapun. Apa Rai itu anak indomie? Eh indigo.

"Kagak, gue lagi kangen sama Ibu aja."

"Tumben," timpal Finn.

"Bangsat."

Mereka tertawa jenaka. Walaupun keadaannya cepat berubah dan topik pembicaraannya pun mulai ngalor-ngidul, tapi Rai masih penasaran karena Jarrel seperti terbebani oleh sesuatu yang lain.

"Hari ini ke kantin dulu aja ya, gue laper poll!"

Finn si penyuka camilan, tiada hari tanpa mengunyah pipi gembulnya itu dan yang sangat membuat orang-orang iri padanya karena bentuk tubuhnya tidak gemuk, hanya pipinya saja yang kelihatan gemoy.

"Makan mulu, gede kagak, heran gue mah."

Rai setuju dengan Jarrel. Finn harus banyak bersyukur di beri tubuh yang tidak mudah gemuk. "Tapi pipinya udah kayak donat jco, Rel."

Comfortable [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang