2.

871 48 1
                                    

"Jarrel Ragnala, temennya Kak Lais."

"Lendra Alpharezza."

Jarrel tersenyum tipis, kembali menarik tangannya yang tidak dibalas. Tadinya Jarrel sempet mengulurkan tangannya, dengan tujuan berjabat tangan sebagai tanda pengenalan. Tapi, bisa dilihat hasilnya, ulur tangan Jarrel tidak digubris sama sekali oleh kakak kelasnya itu.

Canggung sekali.

Mata hazel Jarrel tidak bisa diam, jelalatan sedari tadi, berharap Lais cepat hadir di antara mereka.

"Kak Lendra udah lama temenan sama Kak Lais?"

"Lumayan, dari sekolah dasar."

Lendra sangat pendiam. Menjawab pertanyaan Jarrel sekenanya, tidak ada niatan kembali bertanya agar situasinya tidak canggung.

Sepertinya yang merasa canggung hanya Jarrel, karena Lendra terlihat santai.

"Lama dong ya. Kalau aku sih, eh gue- gak, gak. Aku deh, eh?"

Aduh kacau.

Jarrel tidak tahu harus bersikap seperti apa. Rasanya ingin menghilang dari hadapan Lendra. Ini sangat canggung!

"Senyamannya aja."

"Aku deh ya, agak sopan dikit haha."

Lendra hanya menatap Jarrel, tidak berbicara apapun. Dia fokus memperhatikan Jarrel, itu yang membuat Jarrel bingung dan gugup secara bersamaan.

"A-aku temenan sama Kak Lais pas jadi tetangganya."

Lendra benar-benar menatap intens ke arah Jarrel. Onyx matanya terlihat jelas hanya ada Jarrel di sana. Astaga! Siapapun tolong Jarrel dari situasi yang sangat awkward ini.

Jarrel meremat kedua tangannya. Lendra terlalu menatapnya begitu dalam, rasanya Jarrel seperti ditelanjangi oleh pandangan itu.

Jarrel coba memberanikan diri untuk bertanya dengan sedikit menyinggung sikap Lendra. "Ada yang salah dari penampilan aku ya, Kak?"

"Baju kamu tipis. Gak pake jaket?"

Jarrel pakai kemeja putih yang memang sedikit transparan. Dia tidak menyangka akan dikomentari seperti itu oleh Lendra.

"Bisa pake jaket Kak Lais nanti."

"Jaket aku aja."

Lendra langsung melepas jaket denim berwarna hitam miliknya, lantas memberikannya pada Jarrel.

"Pake aja," kata Lendra. Dia melihat ke luar Cafe itu, keadaannya gerimis kecil, lalu kembali menolehkan wajahnya ke arah Jarrel dan tersenyum tipis, "di luar hujan, biar nanti pulang gak basah."

Jarrel mengangguk pelan, lantas pakaikan jaket itu pada tubuhnya. Wangi parfum milik Lendra sangat nyaman.

"Ini aku bawa pulang gapapa, Kak?"

Lendra mengangguk kecil sebagai responnya. Dia melirik handphonenya dan Jarrel pun melakukan hal yang sama.

Gelombang keheningan menyapa keadaannya. Lendra sekilas melirik Jarrel yang terlihat menguap karena rasa kantuknya mulai menguasai tubuhnya.

Lucu. Kalau Jarrel tidak memberitahu umurnya, mungkin sampai sekarang Lendra masih mengira Jarrel itu bocah SMP.

"Ngantuk ya?"

Jarrel tersenyum canggung. Dia bingung harus merespon bagaimana. Secara rasanya sangat mengantuk sampai tidak kuat lagi untuk membuka mata dengan benar.

"Kak Lais kok lama banget ya perginya?"

Lendra tidak habis pikir dengan Lais, pasti anak itu pergi berkencan dengan anak orang dan meninggalkan titipannya pada Lendra. Itu sudah biasa Lais lakukan, jadi Lendra tidak pernah keberatan walaupun sedikit kesal.

Comfortable [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang