Rahasia di Balik Secangkir Kopi

47 12 2
                                    

SELAMAT MEMBACA
___________________________________________


Setelah menempuh waktu dua jam perjalanan, Mobil hitam itu sudah sampai di pusat kota, gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi berjejer megah.

Dengan setelan jas navy yang rapi, pria itu sudah mengemudikan kendaraannya dengan tenang. Sesekali ia melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya, memastikan ia tidak terlambat.

Pria itu adalah Glean Eston.
Tidak ada yang tahu bahwa di balik sosoknya yang tampak seperti eksekutif biasa, Glean adalah pemilik sebenarnya
Powrot Garex Company.

Salah satu perusahaan properti terbesar di Polandia. Sebuah rahasia yang ia jaga rapat-rapat selama bertahun-tahun, bahkan dari sebagian besar karyawannya sendiri.

Di mata publik dan hampir seluruh karyawan, perusahaan itu dikenal sebagai milik Luis jurzy.

Sahabat sekaligus orang kepercayaan Glean, sebuah pengaturan yang telah mereka sepakati sejak awal.

Glean memilih untuk tetap di balik layar, mengamati dan mengendalikan bisnis tanpa harus menghadapi sorotan publik.

"Selamat pagi, Mr. Glean," sapa satpam gedung dengan ramah saat mobil itu memasuki area parkir basement. Gelean membalas dengan anggukan ringan sebelum memarkirkan mobilnya di spot khusus yang selalu kosong.
Tempat parkir yang sebenarnya diperuntukkan bagi 'tamu VIP'.

Lift pribadi membawanya langsung ke lantai 29, di mana ruangan jerzy berada. Sepanjang koridor, beberapa karyawan menyapanya dengan hormat. Mereka mengenalnya sebagai konsultan senior dan sahabat dekat jerzy, tanpa mengetahui bahwa pria yang baru saja mereka sapa adalah pemilik sebenarnya dari tempat mereka bekerja.

"Bos sudah datang," ucap jerzy dengan senyum lebar begitu Glean melangkah masuk ke ruangannya. Pintu otomatis menutup di belakangnya, memberikan privasi total bagi pembicaraan mereka.

"Berhenti memanggilku begitu" ucap Glean dengan tatapan yang sinis, ia melepas jasnya dan menyampirkannya di sandaran kursi sebelum duduk. "Bagaimana perkembangan proyek di torun?"

"Semuanya berjalan sesuai rencana. Perizinan sudah 90% selesai, dan kontraktor siap mulai bulan depan." Jurzy membuka laptopnya, menunjukkan beberapa slide presentasi. "Tapi ada sedikit masalah dengan pembebasan lahan di sektor B."

Selama dua jam berikutnya, mereka tenggelam dalam diskusi intensif tentang berbagai aspek bisnis. Gelean mendengarkan dengan seksama, sesekali memberikan masukan atau keputusan penting yang akan Jurzy eksekusi sebagai 'pimpinan resmi' perusahaan.

"Baiklah, kurasa cukup untuk hari ini," Glean bangkit dari kursinya setelah mereka menyelesaikan agenda terakhir. "Aku ada janji dengan beberapa investor nanti sore. Mungkin akan bekerja remote dari kafe saja."

"Kafe yang mana? Yang biasa?" tanya Jurzy .

"Tidak, aku ingin coba tempat baru." Ucapnya santai.

Gelean mengendarai mobilnya menuju sebuah kafe di kawasan krokow Café Starówka.

Begitu nama yang tertulis di papan kayu dengan desain minimalis nuansa eropa di depan bangunan bergaya industrial itu.

Dari luar, tempat itu tampak nyaman dan tidak terlalu ramai sempurna untuk bekerja.

Bel kecil berdenting ketika ia mendorong pintu kaca kafe. Aroma kopi yang baru digiling langsung menyapa inderanya, bercampur dengan aroma pastry yang baru keluar dari oven. Interior kafe itu didominasi oleh kayu dan baja dengan pencahayaan yang hangat, menciptakan suasana yang cozy namun tetap profesional.

Di balik counter, seorang barista wanita sedang cekatan mengoperasikan mesin espresso. Rambutnya yang hitam panjang diikat rapi, dengan beberapa helai yang membingkai wajahnya dengan lembut. Seragam hitamnya tampak rapi, dengan name tag kecil yang berkilau tertimpa cahaya: "Lea".

Lea menghampiri Glean, lalu bertanya mau pesan apa? Ucapnya lembut dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya yang merah muda.

Espresso doppio, ucap Glean singkat.
Ia merasa perempuan itu bukan berasal dari negaranya.

Setelah memesan Glean memilih meja di sudut yang memberikannya view sempurna ke arah counter sambil tetap menjaga privasinya. Ia membuka laptop dan mulai bekerja, namun matanya  melirik ke arah barista itu setiap beberapa menit.

Ada sesuatu yang berbeda dari Lea. Mungkin cara dia berinteraksi dengan pelanggan, selalu dengan senyum tulus dan keramahan yang natural.

Atau mungkin passion yang terpancar dari setiap gerakan tangannya saat membuat kopi, seolah setiap cangkir adalah karya seni yang harus disempurnakan.

Tanpa sadar,  Glean  memesan kopi kedua, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Saat mengantarkan pesanan kedua Glean, Lea, memberanikan diri untuk membuka percakapan.

"Sepertinya Anda sangat menikmati kopi kami," ujarnya dengan senyum ramah.

Gelean hanya diam, ia tidak menyambut pertanyaan dari Lea.

Dengan senyum yang indah perempuan itu kembali menawarkan menu minuman yang baru.

"Tuan, anda sudah dua kali memesan Espresso doppio, dan itu tidak baik untuk diri anda. Anda bisa mencoba Signature Blend kami tuan. Saya yang membuat racikannya sendiri."

Glean, terdiam, ia menatap perempuan yang sedang berdiri di hadapannya.
Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari bibirnya, dan itu berhasil membuat Lea menunduk lalau pergi meninggalkan dirinya.

Sore bergulir menjadi malam, dan Glean akhirnya membereskan laptopnya. Sebelum pulang, ia memesan satu cup kopi terakhir. kali ini signature blend yang Lea  sebutkan.

Dalam perjalanan pulang, Glean tidak bisa berhenti memikirkan pertemuannya hari ini. Ini adalah pengalaman pertamanya mendapatkan sebuah perhatian dari orang asing.

Sebagai pebisnis sukses yang terbiasa menyembunyikan identitas aslinya, ia selalu menjaga jarak dengan orang-orang baru. Tapi ada sesuatu tentang Lea yang membuatnya tenang saat melihat senyum perempuan cantik itu.

Saat mobilnya memasuki garasi rumahnya yang mewah, Glean sudah membuat keputusan. Dan kali ini, ia akan kembali ke Café Starówka.  Ia ingin mengenal sosok perempuan di balik counter itu.

Karena terkadang, rahasia termanis tidak selalu tersembunyi di balik dinding-dinding tinggi perusahaan, tapi bisa juga ditemukan dalam secangkir kopi yang disajikan dengan sepenuh hati.

___________________________________________

The Ace of CupsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang