11

258 45 13
                                    

"HOEKK—" Oh astaga, di sini sesak tapi aku gak mau mati.

"Mau bermain petak umpet hah? mencoba bersembunyi dimana? Aku sudah hafal seluruh petak rumahmu, keluarlah dan coba yang satu ini"

"Enggak, gimanapun juga alpukat sama ramen itu nggak bisa jadi satu, Senku! Lagian itu alpukat yang biasanya dibuat jus"

"Apa maksudmu? Alpukat biasanya digunakan sebagai campuran sushi, siapa yang akan makan ini dengan cara di jus?"

"Iya, di Jepang memang begitu, tapi disini nggak—"

'Klak'

Senku menemukan [Name] dalam gudang dengan barang berserakan di sekelilingnya, belum sempat gadis itu bereaksi, Senku berucap, "Setidaknya tunjukkan dirimu jika hendak berbicara"

"Haaghhh!" Seketika bulu kuduk [Name] merinding melihat pintu didepannya terbuka.

"Kenapa kau seterkejut itu melihatku? Aku sudah membuatnya seenak mungkin agar bisa dicerna, cobalah"

[Name] menutup mulut rapat-rapat ditambah kedua telapak tangannya sebagai perlindungan ganda, enggan membukanya sama sekali.

Ia menggelengkan kepala beberapa kali sebagai upaya penolakkan. Sayang sekali dia sangat ingat sifat jahil Senku bahkan ketika dia berada dalam dunianya.

"Ayolah, ucapkan Aaa" Senku menarik tangan [Name] dan mencekokinya mie instan dengan ekstrak alpukat yang ia buat sendiri, sambil menarik hidung gadis itu agar mulutnya terbuka.

"Eukhhmph" Ini pemaksaan namanya! Apa kematian akan menghampirinya sebentar lagi? Kenapa kilas balik dirinya yang sedang menonton anime yang mirip dengan kejadian yang baru saja dialaminya terputar di otak?

"Kunyah dan telan itu, jangan membuang-buang makanan, " ucap Senku dengan ringannya. Pemuda itu terkekeh setelahnya.

Beneran kutelan!? [Name] menggoyangkan badan Senku berkali-kali, dirinya hendak protes. "Rasanya benar-benar aneh!, buang itu. Kita beli ramen yang asli aja ya?" Ah, tapi kemahalan. " Di supermarket depan sana" Aku nggak mau menyiksa perutkuu. Mata [Name] berbinar melas, meminta persetujuan Senku.

"Memangnya kenapa dengan yang satu ini?-" Tanpa babibu [Name] mengambil mangkok yang Senku pegang, ia melempar Senku ke dalam kamarnya. "Dah ah sana, pakai hoodie ku yang ada di rak, beli aja kita, " ucapnya sebelum berlari menjauh.

Sesampainya di dapur ia tetap mengomel, seharusnya ini, seharusnya itu, "Seharusnya aku melarang kepala daun bawang itu mengambil alih dapur!" Nggak akan pernah kubolehin lagi! Tapi—jagung bakar buatannya enak...

"Apa lebih baik ku beri garis batas polisi seperti yang biasanya ada di televisi?," gumamnya semakin menjadi-jadi.

Menghela nafas kesal, ia meletakkan mangkok itu di tempat wastafel, rencananya membuat alpukat kocok tempo hari jadi gagal. Wajahnya lesu sekarang, ia melirik pintu kulkas yang terbuka, melihat apa masih tersisa alpukat disana.

"Ada!," ucapnya dengan sumringah. Sebuah rencana tercetus dalam otaknya. "Kita lihat, apa lidah orang Jepang itu bisa menolerir yang satu ini"

"Apa yang kau rencanakan?"

"Hiii" Bahu [Name] terjingkat mendengar suara di belakangnya, ia menoleh. "Alpukat kocok, " jawabnya setelah terdiam beberapa saat.

"Ha?"

_____________

"Kau berniat membalasku, hm?"

"Enggak jadi"
"Jadi tolong berhenti melihatku seperti itu, aku merinding"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Other Universes (senku x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang