Andra merebahkan dirinya di sofa ruangan kerjanya. Ia menatap langit-langit berwarna coklat kayu lalu tersenyum getir. Entah mengapa ada wajah Nira kecil di atas sana sambil tersenyum menatapnya. Ia menyeka air matanya yang tiba-tiba terjatuh di pipinya. Kemudian ia terduduk karena ketikan pintu.
"Masuk." Ujar Andra.
Galih –sekretaris Andra yang masuk ke ruangannya. Tadinya, Andra ingin memberikan laporan rapat terakhir yang mereka hadiri, namun saat ia melihat setitik air ujung mata Andra, ia langsung menyesuaikan diri. Ia duduk tak jauh dari sofa yang Andra duduki.
"Masalah Almarhum ya?" Tanya Galih.
Andra tersenyum getir menatap Galih. "Lo mau ngasih laporan meeting tadi kan?"
Galih terkekeh. "Tujuan awal gue itu, tapi gue liat mata lo basah, gak mungkin karena meeting tadi lah."
Andra segera mengusap ke dua matanya. "Ngaco aja lo." Ujar Andra seraya mengambil laporan yang Galih simpan di meja.
"Saran gue sih, lo mending ke makam nya lah. Urusan nikah sama adiknya itu mungkin bisa di dibicarakan lagi. Setidaknya lo sampaikan rasa terima kasih lo sama mereka, apalagi Almarhum."
"Gue baik-baik aja ko." Ujar Andra mencoba meyakinkan Galih seraya mencoba memahami isi laporan yang sedang ia baca.
"Engga ada nangis tiap hari tapi baik-baik aja." Balas Galih sedikit mengejek. "Gue tahu ko, seminggu ini lo selalu pulang malam karena lo ngerasa sedih kalau lo ada di rumah. Beberapa kali juga lihat lo gak fokus sama kerjaan lo, padahal gada masalah apa-apa." Lanjutnya.
Andra menutup laporan itu dan menyimpannya di meja, kemudian menatap Galih.
"Lo mau bantu gue?" Ajak Andra.
"Bantu apaan? Lo tinggal tanya sama orang tua lo aja dimana mereka kan? Masa gitu aja butuh bantuan gue."
"Gue gak bisa, gue takut nangis." Jawab Andra.
Galih tergelak sesaat. "Cuma gue yang bisa lihat bos besar nangis."
"Sialan lo. Jadi mau bantu gue apa engga nih?" Tanya Andra.
"Iya gue bantu tapi engga gratis." Tuntut Galih.
"Brisik, anter gue balik. Gue gak ada tenaga buat pulang." Balas Andra kemudian meninggalkan Galih yang sedang membuang nafasnya kasar. Lana-lama jobdesc Galih ditambah jadi supir Andra.
Tapi, tentu saja Galih tidak akan menolak apapun yang diperintahkan Andra, karena tanpa ia meminta gaji nya ditambah pun, Andra akan memberikan gaji lebih padanya.
---
Esoknya Andra meminta alamat rumah keluarga Nira berada, ternyata cukup jauh dari Jakarta. Brangkat pukul dua siang, sampai jam tujuh malam. Jika hanya dua jam, mungkin ia tidak akan bergantian menyetir mobil dengan Galih.
"Gila, harusnya kita ke sini pas weekend aja Ndra. Jauh banget." Keluh Galih sambil meregangkan badannya.
"Gue juga gak tahu rumahnya jauh banget gini." Balas Andra.
Di sinilah Andra dan Galih, di daerah pedesaan yang masih asri. Andra dan Galih keluar dari mobil sambil melihat sekeliling. Terdapat rumah sederhana yang bersih dan terawat dengan beberapa kebun kecil di sekitar. Jarak rumah ke rumah lainnya cukup untuk membangun satu sampai rumah sederhana lainnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengetuk pintu rumah sederhana itu.
"Permisi." Ucap Andra. Tak lama ada yang membalasnya dari dalam.
"Sebentar."
Tak lama kemudian pintu itu terbuka oleh seorang laki-laki yang mungkin usianya berbeda jauh dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Eyes to Heart
RomanceSemua bergantung saat ini. Andra tidak tahu bagaimana harus bertindak setelah kejadian yang sudah ia lakukan pada Sabil. Antara cerai atau bertanggung jawab, namun Andra akan mempertahankan semuanya. Ia tidak boleh melepas Sabil, namun ia tahu jika...