w4

334 46 8
                                    

Saat jam istirahat hampir berakhir, Sasuke keluar dari ruangannya dan pergi ke area khusus merokok.

Ia duduk dengan santai. Menjepit rokok di antara bibirnya, satu tangannya menyalakan pematik dan satu tangannya yang lain menutupi api dari udara.

Sasuke merokok sambil mengirim pesan pada Hinata, mengatakan kalau sedang tidak berselera makan.

Hinata : Kenapa melewatkan makan siang? Nanti mag-mu kambuh.

Sasuke: Kalau begitu kau akan ke sini untuk mengurusku, 'kan? ᕕ( ᐛ )ᕗ

Hinata: Sasuke-san, seriuslah sedikit!

Sasuke: ᕕ( ᐛ )ᕗ

Hinata: Sasuke-san!!

Sasuke: ᕕ( ᐛ )ᕗ

Hinata: Menyebalkan sekali!!
(╯°□°)╯︵ ┻━┻

Sasuke tertawa dan mengirimkan sticker babi berguling-guling.

Hinata: Pergilah makan siang. Please (◕‸◕ )

Sasuke: Tiba-tiba aku malas makan.

Hinata: Setidaknya belilah camilan.

Sasuke: Tidak berselera.

Hinata: Bagaimana kalau mag-mu semakin parah. Mungkin Sasuke-san sedang menginginkan yang lain?

Sasuke: YAK! TEPAT SEKALI! ¬‿¬ 

Hinata: Coba katakan, mungkin aku bisa membantu.

Sasuke: Bagaimana kalau aku mau seks? Sepertinya enak siang-siang begini (~˘▾˘)~ (~˘▾˘)~

Dengan segera Hinata membalasnya dengan mengirim sticker membalikkan meja. Di tempat lain, Sasuke praktus tertawa terbahak-bahak dan suasana hatinya naik.

Tepat di saat yang sama, Shikamaru datang. Dia duduk satu langkah di hadapan Sasuke dan mengirimkan tatapan menyelidik. Sasuke otomatis menyimpan ponselnya, tetapi wajahnya tak terkendali dan dia masih memiliki sedikit senyum di bibirnya.

"Dilihat dari ekspresimu, kurasa sedang terjadi hal baik hari ini," kata Shikamaru sebagai semacam salam.

Sasuke menjinjing satu alisnya, tidak berkomentar.

"Punya pematik?" tanya Shikamaru.

"Ya," balas Sasuke sambil merogoh saku celana, lalu melempar pematiknya.

Dalam tiga menit pertama, mereka hanyut dalam hening. Mereka tidak membicarakan apa pun dan terus merokok seolah tidak pernah merokok dalam satu abad, sampai kemudian Shikamaru menanyakan satu hal yang membuatnya sedikit penasaran.

"Hari ini tidak ada tanda cupang?"

Sasuke menjinjing alisnya, lalu terkekeh sampai asap tipisnya menyebar di udara. "Ada yang sedang tidak ingin menandai wilayahnya."

"Kurasa karena kau terlalu mendominasi dari belakang."

Sasuke merasa tebakan Shikamaru benar, jadi dia hanya mengangkat bahu. Sasuke tidak berusaha mengelak atau bahkan meluruskan. Bagaimana kehidupan seksnya dengan Hinata adalah hal yang tidak ingin ia bagikan dengan orang lain. Meskipun itu adalah Shikamaru—rekan kerja yang paling dekat dengannya.

Awalnya, Sasuke dan Shikamaru berada di level yang sama di perusahaan. Bisa dibilang mereka satu angkatan dengan umur yang tidak terpaut jauh. Namun berkat proyek besar di tangan Sasuke dan koneksinya dengan pimpinan yang menguntungkan, membuat posisi Sasuke naik secara bertahap dan menjanjikan. Saat ini dia satu tingkat di atas Shikamaru.

"Aku tidak melihatmu di kantin," kata Shikamaru.

Sasuke meniupkan asap rokoknya. "Aku memang tidak ke sana."

"Karena pekerjaan?"

"Bukan." Sasuke menggeleng sambil menjentikkan abu rokoknya. "Hanya saja, aku tidak berselera. Entahlah."

"Di kantin, pegawai wanita heboh menggosipkanmu."

"Soal apa?"

"Mereka mempertanyakan ke mana perginya tanda cupangmu hari ini. Kau tahu, setiap kau pulang dari Nagoya, kau selalu membawa oleh-oleh itu ke kantor. Dan pagi ini lehermu bersih. Jadi itu membuat heboh para wanita."

"Termasuk dirimu juga?"

Shikamaru meniupkan asap rokoknya. "Aku bukan wanita. Tidak ada waktu bergosip."














We Were in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang