Bab 3

860 143 59
                                    

Ketika Hinata pergi bekerja pada hari Rabu, Gaara meminta Hinata meringkas jadwal proyek miliknya. Hinata dengan segera mencetak dan mengantar salinannya ke ruangan Gaara.

"Departemen kita akan sibuk begitu proyek berjalan." Gaara berkata sambil memeriksa jadwal kunjungannya.
"Kalau ada pertemuan dengan subkontraktor atau pimpinan, kau harus siap bergabung denganku."

"Baik."

"Jangan mengomel kalau aku tiba-tiba memintamu lembur."

"Saya mengerti."

"Kau sudah terbiasa dengan ini, bukan?"

Hinata mengangguk dan mengeluarkan "Umm" kecil. "Uchiha-joomu dulu banyak menangani proyek besar. Jadi ini bukan masalah."

Mendengar kata Uchiha, tiba-tiba Gaara teringat saat makan malam di Cheng Du. "Bagaimana kabarmu?"

"Ka-kabarku?" ulang Hinata agak bingung.

Gaara menghela napas dan bersandar di kursinya. Ia berubah menjadi lebih santai. "Maksudku, saat itu kau agak mabuk. Kau sudah dewasa, kita juga tahu itu, tapi aku merasa khawatir. Apa kau baik-baik saja?"

"Iya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Uchiha-joomu mengantar saya sampai rumah."

"Baguslah. Kurasa Sasuke juga tidak mungkin mengambil keuntungan darimu."

Hinata mengangguk dan membereskan dokumen. Tidak ada yang perlu ia katakan lebih banyak lagi. Ini Gaara, bosnya, sehingga Hinata harus menyimpan kehidupan pribadinya untuk dirinya sendiri.

"Hinata, kau tidak perlu seserius ini."

Hinata tidak mengerti apa yang dimaksud Gaara, jadi dia bertanya, "Maksud Gaara-buchou?"

"Aku tidak tahu bagaimana dulu Sasuke bersikap pada kalian. Tapi kau bisa lebih santai padaku. Saat hanya kita berdua, aku tidak masalah kita seperti teman."

Seperti teman?

Apa yang harus Hinata katakan kalau bosnya mengatakan demikian?

Keraguan memenuhi mata cantik Hinata, dan sebenarnya apa yang dikatakan Gaara sedikit membuatnya tidak nyaman.

Orang yang duduk di kursi itu bukan lagi Sasuke—yang akan sangat serius saat bekerja dan menjadi mesra saat berdua. Jika Hinata harus memberikan perhatian atau bersikap lembut pada Gaara, itu adalah usahanya sebagai bawahan yang baik, bukan teman.

Menyadari perubahan sikap Hinata, Gaara hanya memberikan satu perintah. "Patuh."

"Apa tidak masalah, maksud saya .... "

"Hinata." Gara menekan nada suaranya.

Akhirnya Hinata mengangguk dan memaksakan senyum. "Umm, oke. Aku akan mencoba."

Gaara tentu senang dengan satu jawaban itu.

Hinata sangat baik. Bahkan sebelum Gaara dipindahkan ke Departemen Teknis, ia sudah mendengar desas desus tentang Hinata. Gadis itu pekerja keras, serius dan efektif. Secara fisik, Hinata cantik dan mengagumkan. Hubungannya dengan manajer lama juga sangatlah lurus. Gaara tidak mengerti kenapa Sasuke bisa mengabaikan gadis seperti itu di sisinya dalam waktu yang lama.

Ketika tidak ada seorang pun yang bicara, Hinata berpamitan, menginjak sepatu hak tinggi sambil memeluk dokumen.

Gaara dengan segera mengalihkan pandangannya dari belakang tubuh Hinata. Ia menghela napas. Apa yang baru saja terjadi, itu murni di luar kendalinya.

--:--

"Kenapa kalian selalu mendapatkan Manajer berlambang emas?" Shion bertanya ketika membelah onigirinya menjadi dua.

We Were in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang