Chapter 1 : Hadiah terakhir papa

36 8 0
                                    

Sebuah bangunan bernuansa putih berdiri megah dan kokoh. Dikelilingi banyak pepohonan yang rindang dan sejuk. Angin yang biasanya berhembus masuk menusuk pori-pori kini mulai berhembus perlahan dengan sangat tipis. Ini tidak seperti biasanya.

Rumah itu yang biasanya sepi kini ramai dikunjungi banyak orang tanpa henti. Bendera kuning berkibar menghiasi tempat itu dari ujung gerbang hingga masuk kedalam rumah terpampang jelas bendera kuning itu.

Situasi ini sudah sangat menjelaskan bahwa sang pemilik rumah tengah berduka atas berpulangnya seseorang yang begitu berharga.

Seorang wanita berambut coklat berjalan menuju sebuah kamar kemudian ia mulai mengetuk pintu kamar itu

TOK... TOK... TOK... 

“Sayang... mama boleh masuk nak?” 

Wanita itu berbicara dengan nada yang sangat halus meminta izin pada anaknya untuk memasuki kamarnya namun sama sekali tidak ada jawaban dari dalam, akhirnya ia memutuskan untuk membuka perlahan gagang pintu dan ia berhasil masuk lalu menutup kembali pintu itu dengan hati-hati.

Gadis berawakan kecil, memiliki warna kulit bening sebening kristal, dengan rambut panjang yang berantakan sedang termenung duduk diatas ranjangnya seraya memeluk sebuah bingkai foto. Mamanya pun mulai melangkahkan kakinya sembari menarik nafas dan mulai menghampiri gadis itu.

“Sayang, sudah dari pagi kamu belum makan nak yok keluar dulu makan”

Gadis itu menggelengkan kepala

Sang mama hanya bisa tersenyum sambil menundukkan kepalanya, dibalik senyumnya itu ia merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan putrinya namun ia harus berusaha tegar dan kuat didepannya.

Tangannya mulai bergerak menyisir rambut sang anak dan ia mengelus pipi putrinya kemudian ia menatap mata putrinya. Tatapan yang sangat menjelaskan semua apa yang dirasakan putrinya mulai ia tangkap dan ia teringat wajah suaminya yang sangat mirip dengan putrinya itu. Air mata yang sudah tak tertahankan akhirnya menetes juga. Melihat sang mama mulai menangis akhirnya gadis itu ikut menangis dan mamanya reflek cepat memeluk putrinya, kini keduanya tenggelam dalam pelukan.

“Mama... papa maa...”

Gadis itu sepertinya sudah tidak sanggup lagi menahan isak tangisnya

“Sayang... dengar mama, Inara yang sabar ya, Inara pasti bisa ikhlas, Papa ikut sedih kalau lihat Inara menangis... Ingat kata papa, Inara itu seorang putri kerajaan dan seorang putri tidak boleh sedih didepan rakyatnya nanti rakyatnya juga ikut sedih”

Saat mama mengucapkan kalimat itu tiba-tiba ingatan Inara terflashback atau memutar kenangannya dengan mendiang papanya

.

.

.

1 Hari sebelumnya

Pagi yang cerah, matahari bersinar nan terang, burung-burung berkicau dengan sangat merdu.

Sebuah mobil hitam mulai memasuki kawasan rumah mewah. Turunlah  seseorang dengan mengenakan setelan kemeja yang rapi, berkacamata hitam, dan membawa koper kecil.

Pria itu mulai melangkahkan kakinya berjalan menuju dalam rumah

Sementara itu didalam rumah terlihat seorang wanita dengan kedua anaknya sedang mengobrol dan menyantap camilan di ruang keluarga dengan sangat bahagia, tawa mereka lepas menyaksikan adegan film yang begitu mengocok perut, bersenda gurau bersama.

MOONSTAYREWhere stories live. Discover now