3. Impas

7 2 0
                                    

"Perangkat kelas, nanti tolong kembalikan buku-buku ini ke perpustakaan ya."

"Baik Bu,"

"Oh iya, Airin, Ibu minta tolong sekalian cari buku planet yang seperti ini.."

"Buku planet Bu?" tanya Airin sedikit terkejut.

"Iya, seinget Ibu masih ada beberapa bukunya, tapi Ibu cuma minta 3, tolong ya kalo sudah taruh di atas meja Ibu, terima kasih Airin." ucap Bu Piona yang dibalas senyuman kecil dari Airin sebelum Wanita berkepala tiga itu meninggalkan kelasnya.

Hal yang membuat Airin terkejut pasalnya Bu Piona adalah guru Agama, beberapa minggu yang lalu Bu Piona memintanya untuk mencarikan buku cara berkembang biak hewan laut, Bertahan hidup di tengah hutan, lalu sekarang buku Planet. Ia berpikir positif, mungkin Bu Piona ingin mempelajari bagaimana Tuhan menciptakan planet di alam semesta ini.

"Lo pernah lihat buku kayak gini, Yan?" Airin bertanya pada Riyan kebetulan laki-laki itu adalah penghuni konsisten perpustakaan yang tak asing lagi.

Riyan mengamati buku yang ada ditangan gadis itu. "Enggak pernah sih.." Ia mengambil setengah tumpukan buku besar yang ada dimeja, "Ayo Rin."

"Tunggu!"

"Biar gue aja yang balikin bukunya.." Raka dengan gerakan cepat mengambil alih buku-buku yang dibawa Airin dan Riyan.

"Nggak perlu-"

"Sekalian gue juga mau mengenal sekolah ini lebih dalam, boleh kan?"

Riyan menoleh ke arah Airin yang memberi anggukan kecil padanya sebagai persetujuan, membuat laki-laki itu hanya bisa menghela nafas. "Oke, take care ya Rin!" ucap Riyan sebelum pergi meninggalkan kedua remaja itu.

Mendengar kalimat terakhir Riyan yang terdengar tidak lazim ditelinganya, Raka mengomel, "Take care? Dikira gue mau berbuat macem-macem sama lo!"

"Kan siapa tahu?" Raka menatap Airin yang berjalan terdahulu meninggalkan dirinya dengan tumpukan buku yang lumayan banyak karena hampir menutupi setengah wajahnya.

"Masih jauh ya perpustakaannya?" Raka mengeluarkan pertanyaannya setelah lima menit mereka berdua jalan di koridor dengan keheningan masing-masing. Airin menoleh sebentar dengan wajah acuh tak acuhnya.

"Kenapa? Berat ya? Mau aku bantuin?"

Airin menoleh lagi pada Raka yang baru saja berucap demikian, ia menatap laki-laki itu lama membuat Raka sedikit gugup dengan tatapan itu. "Demi bisa mengenal sekolah ini lebih dalam." kata Airin lalu tiba-tiba gadis itu berbelok masuk ke dalam ruangan sedangkan Raka seperti mengalami rem blong pada kakinya.

"Wakil!" Raka buru-buru masuk ke ruangan bertuliskan perpustakaan. Ia meletakkan tumpukan buku itu sebentar diatas meja, sedangkan dirinya sendiri takjub melihat buku-buku yang ditata sangat rapi di setiap rak, susunan kursi yang unik, kerajinan-kerajinan tangan yang 95% dipajang di Perpustakaan ini.

"Raka!"

Raka membalikan badannya dan mendapatkan Airin yang sedang berdiri di depan meja seorang penjaga perpustakaan. Airin memberikan pena pada Raka, "Tanda tangan pengunjung."

"Bu, buku planet yang kayak gini dimana ya Bu?" tanya Airin pada penjaga perpustakaan.

"Oh buku itu. Kalo nggak salah, di rak buku lama sebelah buku sejarah. Pasti disuruh Bu Piona ya? Soalnya cuma Bu Piona tuh satu-satunya guru yang sering nyari buku yang kayaknya nggak ada sangkut pautnya ya dengan mata pelajarannya."

Airin terkekeh ternyata tidak hanya dirinya yang beranggapan seperti itu terhadap Bu Piona. "Makasih ya Bu.."

Raka mengambil kembali tumpukan buku tadi ketika melihat Airin sudah melaju dengan cepat meninggalkannya. Sedangkan Airin seperti tak melihat keberadaan Raka yang tergopoh-gopoh membawa tumpukan buku itu.

Hiraeth AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang