Perihal Bahagia.

0 0 0
                                    

Suatu hari nanti kehidupan ini akan membawamu pada titik yang paling melelahkan, di mana kau merasa bahwa kehidupan ini akan segera berakhir, seolah kau merasa satu-satunya manusia yang paling banyak mendapatkan ujian.

Dikeramaian, di saat kau menatap kosong orang-orang yang berlalu lalang, disaat orang-orang sibuk akan dunianya, kau merasa sepi, kau tertunduk mencari arti dari kehidupan yang sesungguhnya. Lantas kau bertanya.

"Kapan aku bahagia?"
"Kenapa aku yang harus seperti ini?"
"Adilkah Tuhan menciptakan kehidupan?"

Pertanyaan yang selalu kau pertanyaan, pertanyaan yang tak pernah kau temukan jawabannya, pertanyaan yang selalu mengusik tenangnya malammu. Disaat orang-orang telah terlelap, kau masih sibuk menenangkan riuhnya isi kepala, kau masih sibuk mencari arti dari kehidupan yang kau lalui, kau sibuk mempertanyakan takdir yang kau dapatkan.

Pertanyaan-pertanyaan yang selalu mengusik ketenanganmu seolah enggan memberikan jawabannya.

Berhari-hari, berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun kau masih saja terjebak akan pertanyaan itu. Kau seolah tidak pernah menemui jawaban akan pertanyaan itu, kau seolah tidak pernah mendapatkan penjelasan akan pertanyaan itu.

Kawan, barangkali kau yang tidak pernah bisa menerima semua jawabannya. Saat orang-orang menjelaskan kau seolah merasa mereka tidak akan pernah mengerti apa yang kau rasakan, kau seolah merasa bahwa mereka tidak pernah melalui masa sulit itu, kau seolah merasa bahwa jalan kehidupan mereka tidak pernah sesulit yang kau lalui, seolah mereka tidak pernah merasakan hari yang menyedihkan sebagaimana yang kau rasakan.

Kawan, tidak ada manusia yang tidak pernah merasakan kesulitan, tidak ada manusia yang memiliki jalan kehidupan yang selalu baik-baik saja. Sungguh, itu tidak ada.

Semua manusia punya ujiannya masing-masing, semua manusia punya kesulitannya masing-masing. Hanya karena mereka terlihat begitu tenang, bukan berarti mereka adalah orang-orang yang paling bahagia, hanya karena mereka terlihat punya segalanya bukan berarti mereka tidak pernah merasakan kesulitan.

Kehidupan ini selalu berjalan dengan seimbang, tak ada yang berlebihan juga tak ada yang dirugikan. Tidak ada yang tidak adil didunia ini, tidak ada yang tidak bahagia di dunia ini. semua kita akan berada dititik yang paling melelahkan itu, semua kita akan berada dititik di mana kehidupan ini seolah akan berakhir. Semua kita merasakan itu, sungguh.

Hanya saja, beberapa manusia lebih memilih menyerah akan kehidupan ketimbang mencari solusi. Merasa tidak akan ada lagi jalan untuk menyelesaikan masalah, hingga merasa bunuh diri satu-satunya cara untuk menyelesaikan semuanya. Padahal, Tuhan telah berjanji dalam Al-Qur'an bahwa:

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS Al-insyirah: 5-6)

Namun, masih saja manusia melupakan janji itu, seolah setiap kesulitan tidak akan ada kemudahan, seolah setiap ujian tidak pernah ada jalan keluarnya. Mereka seolah merasa bahwa janji Tuhan itu tidak pernah nyata, seolah Tuhan tidak pernah menepati janji-Nya.

Kawan, semoga aku, kamu, dan kita bukan termaksud orang-orang seperti itu.

Menyerah dan menyalahkan takdir bukanlah pilihan yang tepat. Akan sangat melelahkan jika harus menghabiskan tenaga pada sesuatu yang tak seharusnya kita lakukan, akan sangat menyakitkan jika yang terjadi selalu dipandang sebagai keburukan.

Berhenti memaki atas sesuatu yang telah terjadi. Berdamailah pada takdir yang mungkin tidak sesuai dengan harapan.

Kita hanya perlu penerimaan yang luas untuk menemukan kelapangan pada hati. Bahagia akan menemui akhirnya begitupun kesedihan. Tak perlu berlarut-larut dan berlebihan atas segala sesuatu yang telah terjadi, lewati dengan semestinya tanpa merasa paling beruntung dan paling dirugikan.

Hidup Tidak Selalu Tentang Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang