"Seperti pribahasa 'Perkataan adalah do'a'."
•••
"Tau tidak kenapa hujan tidak turun, padahal langit nya tengah mendung ?" Pertanyaan tak berbobot itu datang dari Nararya si manusia aneh bermulut manis.
Kanaka yang menjadi lawan bicara hanya diam, lebih berminat untuk melihat jalanan sambil berharap angkot yang di tunggu segera datang.
Nararya yang diacuhkan tersenyum maklum, ia kira mereka berdua sudah sedikit lebih dekat dari hari-hari sebelumnya. Ternyata masih sama aja, ia di abaikan.
Tepat ketika angkot yang di tunggu datang dan Kanaka berlalu untuk naik.
Nararya berdiri tepat di depan pintu masuk, menatap Kanaka yang juga ikut menatap nya dari dalam angkot. Segaris lengkungan terparti di wajah nya yang berhias lesung pipi di kedua sisi."Sebab langit Jogja sudah tahu, kalau kamu, tak suka di luar dengan hujan dan petir yang bersautan." Tutur Nararya sebelum kemudian beranjak pergi menuju motor nya yang tak jauh dari sana.
Kanaka hanya terdiam hingga angkot yang ia naiki bergerak kembali menuju jalanan penuh kendaraan. Kalimat Nararya tadi, entah mengapa terasa begitu membekas di kepala nya.
"Dia pacar kamu ?" Tanya seorang siswi SMA lain yang kebetulan duduk di sebelah Kanaka, berhadapan langsung dengan pintu angkot.
Kanaka menoleh, segera gadis itu menggeleng kuat.
"Bukan, hanya saling kenal." Jelas nya, berharap gadis disamping nya itu tak salah paham.Gadis bernama tag, Laila Fitri Zahra itu menganguk mengerti.
"Pembohong." Cetus nya tiba-tiba yang membuat Kanaka melotot tak terima."Ah, bukan kamu maksudnya. Tapi laki-laki tadi, si Nararya." Lanjut Laila menjelaskan maksud ucapannya.
"Kamu kenal dia ?" Sebuah hal tak terduga, ternyata gadis ini mengenal Nararya.
Laila tertawa, bahkan beberapa penumpang lain juga ikut tertawa saat mendengar pertanyaan Kanaka.
Rasanya Kanaka seperti seseorang yang tidak tahu apapun di Dunia ini. Dan kenapa penumpang lain juga ikut tertawa, bukan kah tadi mereka semua hanya diam mendengar kan pembicaraan mereka berdua.
Seorang ibuk-ibuk yang berada di antara anak sekolah beceletuk, membuat Kanaka rasanya ingin menghilang saat itu juga.
"Anak itu sering mampir ke warung ibuk. Tau apa yang dia bilang setiap mau bayar belanjaan nya ? Dia bilang, kalau dia sudah punya tambatan hati yang namanya Kanaka Anindya. Lucu sekali mendengar anak itu mengatakan hal yang sama setiap kali mampir."Semua orang tertawa, bahkan sopir angkot yang awal nya diam pun kini ikut tertawa. Kanaka menunduk malu, dia tak pernah tau tentang hal ini sebelum nya.
Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh manusia menyebalkan itu !Laila menepuk bahu Kanaka pelan, berusaha menghibur gadis yang sedang di rundung oleh rasa malu hingga wajah nya merah padam.
"Nararya memang seperti itu, suka berkeliling kota sambil menyoraki omong kosong. Bahkan aku saja sudah setengah muak mendengar dia bercerita tentang pujaan hati nya." Cerita Laila yang entah bermaksud menghibur namun, rasanya semakin membebani Kanaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARARYA
Teen FictionSemua bermula di Kota Jogja, tempat nya jatuh cinta. Kalau kata Nararya seperti ini. "Ka, jangan terlalu cinta. Biar aku saja." • • "Kamu mau aku ajak jalan atau temenin aku jalan ? Pilih satu saja, jangan serakah." "Aku mau pulang." "Jeki lagi mar...