Kini Hamdan sudah berada di ruangan dokter yang memeriksa Raka, dia duduk di depan dokter yang Nampak memberikan tatapan yang tak dapat diartikan
"Baiklah tuan, mengenai kondisi pasien, sebenarnya pasien sudah bisa dikatakan stabil, namun masih dalam masa kritisnya akibat luka yang ia terima" Jelas dokter itu
"Apakah tidak ada yang membahayakan dok? " Tanya Hamdan
"Sebenarnya bisa ia bisa tidak" Kata dokter itu bimbang
"Apa maksud dokter? " Tanya Hamdan bingung
"Seperti yang saya bilang, kondisi pasien dalam masa kritis, pisau yang digunakan pelaku untuk menikam pasien ternyata pisau yang kotor dan berkarat juga pisaunya menikam cukup dalam, hal itu yang membuat kondisi pasien menjadi kritis" Jelas dokter itu
"Lalu apa yang harus kami lakukan dok? " Tanya Hamdan
"Jika pasien atas nama Taraka belum bangun dalam 24 jam kedepan, kami tak bisa menebak kemungkinan yang terjadi tuan"
Deg
"Taraka? " Tanya Hamdan memastikan pendengarannya
"Ada apa tuan? " Tanya dokter itu saat melihat wajah syok Hamdan
"Boleh saya menemui pasien? " Tanya Hamdan tiba-tiba
"Tentu tuan pasien akan kami pindahkan dari UGD terlebih dahulu, tapi anda harus mengenakan pakaian medis untuk bisa menemui pasien" Jelas dokter, Hamdan pun menganggukkan Kepalanya karena merasa begitu senang, khawatir, sedih dan bingung dengan dirinya sendiri secara bersamaan
"Mari tuan" Ajak dokter itu dan dengan senang hati Hamdan mengikuti dokter itu
Sesampainya di depan ruangan Raka, Hamdan yang sudah mengenakan pakaian medis dan mensterilkan diri pun masuk untuk melihat Raka
Deg
"Wajahnya" Lirih Hamdan
Matanya melirik leher Raka yang terdapat kalung di sana, dengan perlahan dan lembut ia keluarkan bandul kalung yang tertutupi baju khas pasien yang dikenakan Raka
Deg
"Hiks Alhamdulillah ya Rabb, engkau pertemukan kembali hamba dengan putra hamba" Kata Hamdan sambil menitikkan air matanya
Dokter yang tadi menangani Raka dibuat terkejut saat melihat Hamdan yang menangis dan menghampiri Hamdan
"Ada apa tuan? " Tanya dokter itu panik
"Bisakan anda melakukan tes DNA antara saya dan Raka? " Tanya Hamdan
"Bisa tuan" Jawab dokter itu
"Lakukan" Titah Hamdan
Dokter itupun hanya menurut saja akan perintah Hamdan, percayalah rumah sakit ini adalah milik Hamdan, jadi dari tadi dokter segan ketika bicara dengan Hamdan
***
Disisi lain kini Aryo sedang melihat keadaan sang putra yang katanya mengamuk itu
"Ck ck ck ada-ada aja sih si Fahri, pakai acara ngamok segala" Dengus Aryo yang berjalan tergesa-gesa dengan Riko dibelakangnya
"Udah tau ini tuh rumah sakit pakai kumat segala ngamoknya, hadeuh anak sapa sihhh itu"heran Aryo
" Mau gue tabok entar emaknya ngamok, untung belum gue kabarin"gerutu Aryo lagi dan lagi
Drttt drttt
Ponsel Aryo tiba-tiba bunyi lagi saat dia sudah di depan ruangan Fahri
Aryo pun mengangkat tanpa melihat si penelepon karena sudah kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
Taraka alfarizi
Random"Kalian ini benar-benar"kata seorang pria dengan memijat pelipisnya yang pening "Mulai besok kalian ke tempat Om Arman sama tante Leya, papa nggak Terima penolakan"lanjut pria itu *** " Papanya Fahri sayang banget yah sama fahri, kapan coba gue bisa...