Masih dalam keadaan mata berat, Gahya harus membuka mata begitu adzan subuh berkumandang melalui iPad dan suara pintu kamarnya yang diketuk oleh Hartanto. Sang Ayah memintanya bangun dan segera sholat berjamaah. Dia bangun dengan lemas menuju kamar mandi di kamarnya dan segera mengambil wudhu untuk sholat.
Di sinilah Gahya, di Mihrab rumahnya yang memang memiliki tempat khusus. Dia tertunduk ngantuk sembari menunggu Ayahnya selesai dzikir. Tubuhnya sampai tertidur sempurna di lantai kalau saja kepalanya tidak terantuk ke lantai duluan.
"Aduh." Dia mengaduh. Mata Gahya mendadak jadi terbuka sempurna kala mendengar dzikir Ayahnya yang sudah berada di kalimat akhir.
Tidak lama dari itu matanya begitu berat dan tidak bisa diajak kompromi. Gadis itu hampir terpejam sempurna. Salah diri sendiri juga, semalam dia tidur larut, hampir tengah malam.
Gala sempat melihat anak sang atasan nyenyak tidur terlelap dalam posisi terduduk. Tetapi sesaat dia memilih pamit duluan kepada Hartanto untuk bersiap menemani dinas pertama atasannya tersebut.
Hartanto mengalihkan perhatian pada anak bungsunya. "Ya," Panggilnya.
Tidak ada sahutan.
"Gahya,"
Sama
"Adek," Kali ini Hartanto memanggil tegas
Tidak bangun-bangun juga.
"Adek Gahyaka." Panggil Hartanto dengan lengkap. Kesadaran Gahya yang tidak seberapa besar itu mampu membawa dirinya terbangun karena panggilan Ayahnya.
"Ayo siap-siap sekolah." Gahya berdehem. Tidak melihat ada Ajudan Ayahnya. Gahya merebahkan badannya di atas sajadah, tidak lupa dengan mungkena yang masih melekat, matanya siap kembali terpejam.
"Sebentar, Yah. Aku masih ngantuk."
Hartanto menghela nafas panjang. "Nanti telat sekolahnya. Mandi sana biar badannya segar..."Mata Gahya seperti dilem. "Tidur jam berapa selama Adek ini? Bangun." Hartanto terpaksa membangunkan tubuh anaknya hingga Gahya mengeluh karena Ayahnya berhasil memposisikan badannya terduduk.
Gahya cemberut. "Tidur jam berapa selama?"
"Setengah dua belas... tapi itu aku ngerjain PR, serius." Kalau Gahya bilang secara rinci jika dia tidak hanya mengerjakan PR, tapi nyambi juga nonton di iPad-nya. Maka Hartanto tidak segan menyita iPad-nya. PR-nya juga selesai tidak seberapa, akan tetapi series film tontonannya selesai tadi malam.
"Ya Sudah siap-siap pergi sekolah." Kali ini Gahya mengangguk tanpa ada keinginan untuk kembali tidur sebab jam sudah menunjukkan pukul di mana dia harus segera mandi.
***
Gahya bergegas cepat dari kamar menuju ruang dapur. Dia sudah melihat Ayahnya duduk disana sambil memperhatikan Gala yang tengah menyampaikan sesuatu sebelum beranjak pergi. Keduanya sudah lengkap dengan PDH masing-masing.
"Bu Sarifah bekal aku." Gahya mengingatkan Bu Sarifah untuk menyiapkan bekal untuk jam pertama dan kedua. Siapa sangka Gahya ternyata berangkat di jam tidak biasanya dia berangkat sekolah alias dia akan telat.
Hartanto sudah duduk di meja makan sambil ditemani pisang goreng dan kopinya. Ayahnya itu memang tidak biasa makan berat di pagi hari. Kalau Gahya tergantung keadaan perutnya dan dia tidak akan berdamai dengan susu di pagi hari.
Gahya mencomot pisang goreng ayahnya. "Apa Ayah bilang, telat kan berangkatnya."
Mulut yang menggembung itu menyahut. "Tadi aku sakit perut, Yah." Bu Sarifah menghampiri Gahya dan memberikan Bekal anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Tak Terkawal
Fanfiction[School life, Military, Familly, Comedi, Love] "Jangan lambat hei! jalan jongkok kalian yang cewek-cewek. Cepat!" "Di sini punya orang dalem juga percuma, nggak ngaruh." Gerutu gadis itu pelan sambil bergerak mengikuti instruksi tentara loreng galak...