Prolog

8.6K 464 122
                                    


Hai hai hai, Yeye bawa cerita baru 😗 genre campuran, jadi jangan kaget ye, kalo ada romance ya karena itu buah manisnya saja...

Disclaimer ‼️

•> Cerita untuk di baca bukan di plagiat.

•> Sekiranya gak suka, skip sayang, jangan di lanjut.

•> Banyak adegan kekerasan, kata-kata kasar, dan terpenting, banyak typo. 😞

•> Jangan salpak! Ada romance walau gak banyak, skinship antar member, dan kadang buat salah kira. 😌

•> Kasih Vote + Komen, karena itu akan membuat author baik hati dan tidak sombong ini rajin up. 😗

•> Kalo ada kritik dan saran, kasih aja, tapi pake kata-kata baik ye, jangan nyolot.

•> Update sesuai mood. 🤸🏻‍♀️🙈

Dah segitu aja disclaimernya, kebanyakan takut gumoh. 🌚

Absen dulu dech 😗

Tau cerita ini darimana?

Tunjukkan emoji kesayangan kalian, me 🌚

Happy Reading,,,

•••




Suara pukulan terdengar, menggema seisi gudang. Lima orang tengah melancarkan aksinya, memukul bahkan menginjak tubuh sang korban.

Pemuda dengan luka hanya bagian yang tertutupi pakaiannya saja itu terkapar lemah, darah segar keluar dari hidung dan sudut bibirnya sobek karena pukulan. Bagian wajahnya, hanya hidung yang mengeluarkan darah, pipi kiri yang tidak sengaja terkena pukulan dan sudut bibirnya yang terluka, selebihnya bagian yang tertutupi pakaian guna menutupi aksi si pelaku supaya tidak ketahuan oleh siapapun.

Pemuda dengan seragam sekolah yang sudah berantakan, bajunya kotor. Kepalanya terasa begitu pusing, bau anyir dari darah itu menguar dalam indra penciumannya. Tubuhnya terasa begitu sakit, rasanya ia ingin mati detik itu juga.

Saat obsidiannya menangkap tubuh lain didekatnya, napasnya tercekat kala mata indah itu terpejam dengan tubuh yang terkulai lemah dilantai dingin.

Suara tawa lima pemuda yang memukulinya, dan tiga orang gadis yang memukuli adik perempuannya hingga pingsan itu terdengar begitu keras. Dadanya sakit, mengapa masa sekolahnya tidak berjalan dengan mulus, seakan dunia tidak membiarkan dirinya dan sang adik untuk tenang.

Bulir air mata akhirnya luruh kala delapan orang itu keluar dari ruangan. Tubuhnya mencoba bangkit, mendekat pada sang adik yang tak sadarkan diri. Ia menangis, menunduk, seraya memeluk tubuh kurus sang adik.

"Did Rora hear my voice? Rora, jangan gini," tangis pemuda itu. Keningnya menempel pada kepala Aurora, air matanya ia biarkan luruh basah mengenai rambut kecoklatan sang adik.

"Kak Deril," gumam Aurora pelan. Matanya sedikit terbuka, melihat kakaknya sudah menangis memeluknya.

"I'm fine," gumamnya kembali.

Kepala Deril menggeleng, semakin memeluk erat tubuh kecil sang adik.

"Maafin Kakak, dek. Maafin kakak, kakak enggak bisa menjaga adek," sesak Deril. Mau bagaimana, dirinya juga hanya bisa diam, sampai orang-orang puas menghinanya.

Pukulan tubuhnya akan perlahan memudar, tapi rasa sakitnya tidak akan pernah bisa memudar, ia akan terus mengingat perlakuan mereka kepadanya.

Rajendra High school, sekolah ternama yang diidam-idamkan para murid diluar sana. Banyak orang tua yang berjuang untuk anaknya demi masuk ke sekolah bergengsi ini, karena SPP perbulan yang terbilang sangat mahal.

Jika sekolah ini menjadi surga bagi orang-orang yang masuk dengan uang, berbeda jika mereka masuk jalur beasiswa. Bully akan selalu menghampiri mereka, murid-murid yang memiliki uang akan berkuasa dengan menindas para murid beasiswa.

Mereka lebih banyak melukai bagian yang tertutup pakaian, dan bagian wajah karena tidak sengaja atau hanya pada bagian pipinya saja.

Tapi dibalik itu semua, Rajendra High school, adalah sekolah yang banyak diminati. Prestasi para muridnya tidak bisa diragukan, sudah banyak mendali yang tersusun rapih disana, dan Poto murid-murid berprestasi yang memenangkan kejuaraan.

Deril Austin, dan Lily Aurora, salah satu murid jalur beasiswa yang di bully. Walau banyak mendali dan piala yang mereka dapatkan dari banyaknya perlombaan, tapi tak membuat para murid lain merasa iri atau semangat ingin seperti mereka. Mereka malah membully, dan di mata mereka, murid beasiswa itu hanya sampah yang membutuhkan tampungan.

"Kita ke UKS, ya. Kepala Rora pusing, kan?!"

Deril beranjak, mencoba berdiri, ia menggendong Aurora dibelakang, lantas tungkainya melangkah keluar ruangan. Walau kepalanya sakit, tapi ia tidak bisa membiarkan sang adik sendirian di ruangan ini, ruangan yang disebut gudang itu, hanya akan membuat adiknya semakin sakit karena akan ada murid lain yang datang hanya untuk sekedar mengejeknya.

"Bertahan, dek."

____________________

____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deril Austin

Lily Aurora •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lily Aurora



Part 1 gimana?

Lanjut kah?

Aku kasih cast seiring berjalannya waktu, masih pembukaan,,,

Akan ada banyak emosinya, jadi yang gak punya stok sabar, mending beli dulu 😉😓

Papay nanti lanjut lagi...

NOBODY'S WEAK || -Trying to Stop -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang