Annyeong 👋🏻 selamat membaca
.Sihir Jawa
."Ibuuuu, Mas mbeto kayu kale petek!" teriakan dari dalam hutan itu membuat bibir ibu merekah. Ibu dengan sigap menyingkap roknya dan berlari menuju pintu untuk membuka kan pintu. [Ibuuuu, Mas dapat kayu sama ayam!]
"Hehe ibu, Mas mbeto petek," ucapnya menyerahkan ayam yang dia tangkap dari hutan. [Hehe ibu, Mas mbeto petek]
"Matur suwon nduk, engken di masak bareng nggeh Mas," [Terima kasih Nak, nanti di masak bareng ya Mas]
"Hehe, enggeh ibu," ucap pemuda yang di panggil Mas tersebut. Dia tidak memperhatikan ibu yang berbicara karena tengah membersihkan kedua tangannya yang terkena debu. Tidak lupa untuk menyisir rambutnya dengan sela-sela jari. [Hehe, iya ibu]
"Bu, mas ganteng kan?" tanyanya pada ibu dengan mengangkat kedua alisnya dan tersenyum jahil. [Bu, mas ganteng kan,?]
"Uwes toh Mas, ayo iki ndang di beleh petek e." ujar ibu mengelengkan kepalanya. [udah dong Mas, ayo ini cepet di potong ayamnya]
Pemuda tersebut mengangkat tangan kanannya membuat sikap hormat. "Enggeh ibu! tapi, Harja nedi ladheng bu. Niki mbeleh e kale nopo? Hehe," [Siap ibu! tapi minta pisau bu, ini motongnya pakai apa? Hehe]
"Mas, mas pn iku cengar cengir thok ae. Sampean pendet teng dhalem, ibu kanjenge ngodok banyu," ujar ibu masuk ke dalam rumah meninggalkan Harja. [Mas, mas kamu ini senyam senyum terus. Kamu ambil di dalam, ibu mau masak air]
Pemuda dengan gaya rambut belah tengah tersebut berjongkok memgambil ayam yang dia tangkap, dengan mengelus puncak kepala ayam jago sambil berbicara kepada ayam tersebut, "Ngapunten nggeh Tek, sampean tak beleh. Mas Harja seng ganteng iki, seng nyebak sampean iki, uweeeessss suwe mboten nedo iwak enak." ucapnya kepada ayam yang dia elus itu. [Maaf ya Yam, kamu tak potong. Mas Harja yang ganteng ini, yang nangkap kamu ini, udaaaahhh lama enggak makan lauk enak]
Raut wajahnya seolah-olah sangat kelaparan dan menyangkinkan jika dia tidak pernah makan. "Enggeh, mangga sampean beleh kulo," [iya, silahkan kamu potong saya]
Elusan di kepala ayam tersebut berhenti. Harja mengangkat pandangannya, lalu dengan cepat menoleh pada ayamnya. Tangan kanannya bergerak di depan wajah sang ayam, diam sesaat. Dengan pelan, dia melipat jarinya menyisakan telunjuk. "SAMPEAN SENG NGOMONG YA!" tunjuk Harja di depan ayam tersebut. [KAMU YANG BICARA YA!]
Ayam tersebut memundurkan kepalanya karena jari Harja. "Akhh aduh duh, tanganku," ringis Harja setelah ayam tersebut menyerah cari telunjuk Harja.
"MAS, WES MAU MBOTEN BUDAL MENDET LADHENG TENG PAWON!" ucap ibu berkacak pinggang, dengan tangan kanan menodongkan pisau ke arah Harja. [MAS, DARI TADI ENGGAK BERANGKAT AMBIL PISAU DI DAPUR!]
Harja berdiri dengan tersenyum manis, berjalan mendekati sang ibu. "Ibu, matur suwon di pendhet aken nggeh," ucap Harja mengambil pisau di tangan sang ibu dengan tetap tersenyum. Setelah itu berjalan menjauh, tetap dengan senyum di wajahnya. [Ibu, makasih di ambilin ya]
"Pamit mbeleh petek bu," ucap Harja tanpa berpaling dari ibu yang masih berkacak pinggang. Harja mengambil ayam yang dia tinggalkan tadi, tapi tidak merasakan apa-apa. Bukannya berbalik dan melihat ke bawah, Harja tetap mempertahankan senyumnya pada ibu. [Pamit motong ayam bu]
"Hehe ngapunten ibu," ucapnya setelah merasakan ekor ayam tersebut. Dia dengan sigap menangkan ayam, tapi tidak di sangka bawah dia tersungkur karena ayam itu terbang. [Hehe maaf ibu]
![](https://img.wattpad.com/cover/371493863-288-k994083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sihir Jawa
FantasyTerjadi sebuah pembunuhan berencana di istana Adiyasa. Di duga, pembunuhan tersebut di sebab oleh makanan yang mengandung racun. Anak kandung rajalah yang memberikan makanan tersebut, namun sang ibu membela jika makanan tersebut bukan anaknya yang m...