Kesalahpahaman & pembagian kelas day-3

12 2 0
                                    

"Terkadang, langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah permulaan dari perjalanan besar menuju kesuksesan. Teruslah berjuang, karena setiap usaha yang kamu lakukan adalah batu pijakan menuju impianmu."

•••

Hari ketiga MPLS, Arunika tiba lebih awal. Ia memegang sebuah foto yang telah dicetak dengan penuh hati-hati. Di dalam foto itu, dia tersenyum bersama seekor kambing yang tampaknya merupakan hewan peliharaan dari tetangga. Butuh effort yang besar untuk mendapatkan gambar ini, karna ia beberapa kali hampir di serunduk oleh hewan yang berwarna coklat kekuningan itu. selain itu ia menerima tatapan kebingungan tetangganya usai dirinya meminta izin alasan untuk tugas sekolah.

udara segar memberikan rasa tenang di tengah kecemasan. Burung-burung berkicau riang, dan sinar lembut menembus daun-daun pohon yang bergerak ringan tertiup angin. Gadis itu merasa bangga karena sudah mematuhi tugas dengan serius.

Matahari mulai terik, waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 WIB. Siswa-siswa lain mulai berdatangan, suara langkah kaki di trotoar berpadu dengan desiran angin pagi. Arunika menyimpan foto di sakunya dan menenteng beberapa snack dengan nama unik yang telah dipersiapkan dari kemarin.

Kak Agus, memberi instruksi kepada kelompoknya untuk mulai berkumpul dilapangan dan membawa tugas yang diminta kemarin.

Ia berdiri di depan aula dengan senyum lebar. "Selamat pagi semua! Siap untuk hari terakhir MPLS?"

"Siap!" jawab siswa-siswa dengan semangat, meskipun beberapa dari mereka tampak sedikit khawatir.

"Hari ini kita akan melakukan evaluasi tugas dan pembagian kelas. Tapi sebelum itu, kita akan memulai dengan kegiatan seru!, udh bawa tugas kemarin yang kakak minta?" Tanya nya

Para siswa berseru sambil memperlihatkan barang bawaanya, sebagiannya tampak kebingungan. Sepertinya mereka lupa.

"Mari kita cek tugas foto yang kalian bawa. Ada yang sudah siap?"

Beberapa siswa mengangkat foto mereka dengan ragu, tak terkecuali Arunika, gadis itu berdiri di antara mereka dengan foto kambingnya. Manda secara tidak sengaja melihat foto arunika mencoba untuk menahan tawa, namun ekspresinya tak dapat disembunyikan.

Para siswa pun mulai mengintip tugas satu sama lain, Kak Agus meminta agar foto-foto itu diangkat ke atas untuk diperlihatkan. Benar saja... beberapa di antara mereka juga salah paham memaknai kata "kambing", alhasil mereka berfoto dengan kambing sungguhan.

Akibat kurangnya komunikasi, Kak Agus menyuruh mereka berdiri di depan sambil memegang foto selfie itu. Arunika berjalan kedepan dengan malu, meski begitu untungnya dia tidak sendirian.

Kak Agus berdiri berkacak pinggang, ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menahan tawa. Angin sepoi-sepoi di sekitar lapangan menambah suasana konyol.

"aduuuh kacau ini, ahahaha... adik adik, sebelumnya kakak udah bilang. Kalo ada yang belum paham boleh bertanya. Nah kan jadi gini akibatnya kurang komunikasi. Tugasnya sebenarnya membawa foto selfie dengan kakak pembimbing, siapapun itu yg penting Kakak pembimbing, kak febri,kak Musi, kak Aldo, kakak juga boleh. Gitu...bukan dengan kambing beneran, mana ini kambingnya nyengir lagi" tutur kak agus sambil memperlihatkan foto milik yuli.

"Oh, jadi maksudnya foto dengan Kak Agus?" Tanya rian yang juga berada dibarisan salah paham itu

"Iya loh, kamu ini gimana sieh?" Sahut kak agus dengan nada bicara lucu

Arunika tetap diam, hanya berdiri di tempatnya sambil memegang foto kambingnya. Dia tidak mengungkapkan perasaannya atau menjelaskan situasinya kepada teman-temannya.

Kak Agus menenangkan situasi. "Jangan khawatir, teman-teman. Kesalahpahaman seperti ini udah sering terjadi. Ga apa-apa ya, ga usah malu... lagian ini permainan. Mari kita ulang."

Senior tersebut meminta semua siswa untuk berfoto bersama. "Sekarang, kita ambil foto sama-sama aja."

Siswa-siswa mengatur posisi dengan cepat, dan Kak Agus berdiri di tengah-tengah mereka dengan senyum ramah. Arunika berdiri di pinggir, meskipun terlihat agak canggung, dia mengikuti instruksi tanpa banyak komentar.

"1...2...ciiisss!!!"

Setelah sesi foto bersama Kak Agus, suasana di lapangan terasa semakin cerah. Sinar matahari pagi menyebar lembut melalui daun-daun hijau yang bergetar tertiup angin. Aroma segar tanah basah dan bunga-bunga yang mekar memberi nuansa tenang.
Kegiatan itu dilanjutkan dengan pembagian kelas.

"Nah sekarang saatnya kita membagikan kelas untuk tahun ajaran baru. Nama-nama kelas akan diumumkan di papan pengumuman, jadi pastikan untuk mengecek kelas kalian masing-masing."

Ketika Kak Agus memulai pembagian kelas, atsmosfer di sekitar lapangan terasa lebih hidup. Para siswa mengatur posisi mereka dengan cepat.

Arunika berdiri di samping Rian dan Ema, menunggu dengan cemas saat Kak Agus mengumumkan nama-nama kelas. Nama Arunika disebut dan dia melihat kelas yang dia dapatkan. Kelasnya berbeda dengan teman sekelompoknya. Ia kebagian ruang kelas A. Sementara yang lainnya berada si ruang B dan C

Menjelang sore, acara MPLS diakhiri dengan sesi penutupan di lapangan. Kak Agus berdiri di depan semua siswa dengan senyum penuh semangat.

"Terima kasih semua atas semangat dan kerja sama kalian selama MPLS ini," kata Kak Agus. "Semoga kalian merasa lebih siap untuk memulai tahun ajaran baru. Jangan lupa, hari pertama kelas akan dimulai hari Senin. Sampai jumpa di kelas!"

Arunika, bersama dengan siswa lainnya, meninggalkan sekolah dengan perasaan campur aduk. Dia merasa puas karena MPLS telah selesai, meski kesalahpahaman tentang foto kambing masih terasa memalukan.

Insiden itu memang cukup memalukan namun berkat kak agus dan teman sekelompoknya, ia merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi tahun ajaran baru, berharap bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman-teman.

Ia melangkah pulang dengan pemikiran yang bercampur aduk. Merenungkan bagaimana memulai hari pertamanya di kelas A dengan semua tantangan baru yang menanti. Langkahnya terasa berat namun penuh tekad, seolah setiap langkah menuju rumah adalah persiapan untuk babak baru dalam hidupnya.

Jalanan yang tenang dan suasana sore memberikan waktu bagi Arunika untuk menyusun rencana dan harapan. Dia merasa siap untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan menjalin hubungan baru, meskipun ada rasa cemas yang tak bisa sepenuhnya hilang. Dengan setiap langkah, Arunika merasa semakin siap menghadapi hari-hari mendatang, berharap bisa menjalani tahun ajaran baru dengan lebih percaya diri.

Keesokan harinya, saat Arunika beristirahat di rumah, dia secara kebetulan menemukan sebuah buku foto lama milik keluarganya. Saat membuka halaman demi halaman dengan penuh rasa ingin tahu, dia terkejut melihat salah satu foto yang sangat familiar. Mirip sekali, Foto tersebut menunjukkan ibu waktu muda berpose dengan seekor kambing di acara sekolah yang sama, persis seperti yang dialaminya kemarin.

Gadis itu penasaran dan bertanya kepada ibunya tentang foto tersebut. Sang ibu menjelaskan bahwa dia juga pernah mengalami kesalahpahaman serupa saat masa MPLS-nya dulu. Waktu itu, ia juga berfoto dengan kambing karena salah paham mengenai tugas sekolah.

Arunika melongo saat menyadari bahwa ini adalah kebiasaan lucu dalam keluarganya. Melihat foto itu dan mendengar cerita ibunya, dia merasa terkejut sekaligus geli. Ternyata, kesalahpahaman tentang foto dengan kambing juga pernah terjadi pada ibunya di masa lalu. Meskipun merasa canggung, Arunika tidak bisa menahan senyum kecil.

Sinar Dibalik Awan GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang