Flasback 2 Aru (mi atau nika?)

7 2 0
                                    


"Kepercayaan adalah benih yang tumbuh perlahan. Kadang, kita harus memberikan waktu dan kesempatan untuknya berkembang kembali setelah mengalami keretakan. Setiap langkah kecil menuju kepercayaan adalah langkah menuju pemulihan dan harapan baru."

•••

Hingga suatu hari, ketika Arunika hendak mandi sore—di pesantren yang belum modern, di mana mandi harus mengambil air sendiri dari sumur tua—ia menghadapi masalah tak terduga. Seluruh alat mandinya hilang entah ke mana. Arunika menduga mungkin saja dipinjam oleh kakaknya barang tersebut di sumur bawah.

Dengan hanya membawa handuk dan tempat alat mandi yang hanya berisi sikat gigi dan sampo sachet, Arunika turun menuju sumur bawah. Sesampainya di sana, ia tidak menemukan kakaknya. Setelah berpikir sejenak, gadis itu memutuskan untuk mandi saja menggunakan sampo, meskipun tanpa sikat gigi.

"Ah, tidak masalah, sekali-sekali tidak sikat gigi," pikirnya,
namun ternyata masalahnya tidak berhenti di situ. Untuk mengambil air dari sumur, biasanya ia harus menggunakan ember yang digantungkan pada tali. Namun, kali ini ember tersebut juga menghilang. Arunika hanya berdiri terpaku, bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Gadis itu frustrasi Sambil celingak celinguk melihat sekeliling. Tiba-tiba, Arunika mendengar seseorang dari arah sumur bawah memanggil namanya dengan penuh semangat. "Arunika!!"

Gadis itu menyerngit dengan ekspresi tidak suka. Ia mengenali pemilik suara itu, suara yang selalu membuatnya jengkel.

Arumi preman yang sering mengganggu dan mengisengi setiap kali melewati asramanya, sekarang tampak sekali lagi mencuri perhatian. Arunika bertanya-tanya, bagaimana ia bisa tahu namanya.

Dengan enggan, Arunika melangkah ke arah suara tersebut, meskipun hatinya penuh rasa malas dan kesal.

Pernah Suatu ketika, saat Arunika hendak membeli snack dan melintasi asramanya, ia mendengar suara Rumi memanggilnya.

"Arunika, mau kemana sih?"

Arunika memilih untuk mengabaikannya, malas terlibat.menurutnya, Rumi memang tipe yang suka mengganggu orang lain, dan kali ini ia bersama teman-temannya sambil tertawa-tawa. Ketika Arunika kembali melewati asramanya, Rumi lagi-lagi nyeletuk.

"Wah, ada jajan! Minta satu dong!"

Arunika, yang tidak suka mencari masalah, akhirnya memberi satu snacknya.

"Eh, nggak usah deh, makan aja. Aku cuma bercanda kok," sahut Rumi sambil tertawa keras bersama teman-temannya. Arunika hanya memutar bola mata malas.

"Ya Allah, ngeselin banget!" pikirnya sambil melanjutkan langkah dengan rasa kesal.

"Wey, jangan marah..."

Ini bukan sekali dua kali, Arunika berpikir bahwa Arumi adalah pengganggu. Gadis itu sudah malas merespons, menganggap Rumi sebagai orang jahat yang hanya mempermainkan orang lain.

Arunika merasa bahwa ia menjadi sasaran Rumi karena penampilannya seperti pencundang. Jadi seenaknya dibikin bahan komedi oleh arumi. Arunika benci bgt org kayak gini. Jadi setiap ia melihat rumi ia udah keburu "badmood" duluan.

Sekarang, bahkan saat mandi pun tidak bisa tenang. Udah ngga ada Sabun, ngga ada ember,ngga ada odol, malah bertemu Arumi lagi.

"Arunika! Arunika! Ngapain kamu bengong di situ? Sini!" teriak Rumi dari bawah sumur.

Arunika menghela napas panjang, merasa frustasi. "Kenapa aku harus penurut banget sih? Ya Allah..." pikirnya, merasa putus asa. Tanpa sadar, kakinya sudah melangkah menuju sumur bawah.

"Kenapa manyun aja sih kamu?" celetuk Rumi, sudah hafal ekspresi wajah masam Arunika setiap kali bertemu dengannya.

"Mandi di sini aja, Arunika. Di sana nggak ada orang. Kamu nggak takut?" kali ini temannya Rumi yang berbicara.

"Gak usah deh, aku mandi di sumur atas aja," jawab Arunika, berusaha berbalik.

Namun, Rumi tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. "Mandi sini aja, gak usah batu jadi orang. Ada hantu, loh, di atas."

"Mana tempat tampung airmu, sini biar aku aja yg ambil" tawar Arumi.

Arunika hanya menatap Rumi dengan malas, batinnya mengeluh, "Yaampun, berlagak baik."

"Ga ada, punya ku hilang," jawab Arunika dengan nada putus asa.

"Hilang di mana?" tanya Rumi, penasaran.

Arunika hanya mengangkat kedua bahunya, menunjukkan bahwa ia juga tidak tahu. "Yaudah, pinjemin punya aku aja dulu. Jangan manyun-manyun gitu, aelah..." Rumi menambahkan dengan nada menertawakan, bersama temannya yang ikut tertawa di belakangnya.

Arunika hanya diam saja, sepertinya ia mulai terbiasa menjadi lelucon bagi Arumi, aduh... apa ia selucu itu?

Arumi benar benar menimba air dari sumur dan memberi kepada arunika, tidak ada pilihan lain. Meski malu dan kesal, posisi gadis itu sekarang hanya bisa menerima kebaikan org yang menurutnya sangat menjengkelkan. Mau bagaimana lagi... dari pada ngga mandi?

Arunika mengambil sampo sachet dari tempat alat mandinya, menggunakan sampo tersebut sebagai pengganti sabun untuk sementara. Dengan terburu-buru, ia mulai membasuh tubuhnya dengan sampo, berharap situasi ini cepat berlalu.

Tiba-tiba, Rumi mencetuskannya dengan nada penasaran, "Loh, sabunmu mana?"

Arunika menjawab singkat, "Ga ada, hilang."

"Hilang?" ulang Rumi dengan nada yang semakin menunjukkan ketertarikan.

Arunika hanya mengangguk, dan tepat di detik berikutnya, Rumi meledak dalam tawa yang tidak bisa ditahan. "Ffffftttt!!! Bwahahahahahaha!" Suara tawa Rumi menggema di sekitar sumur, membuat Arunika merasa semakin tidak nyaman.

Temannya disamping juga ikut tertawa, suasana kembali menjadi momen komedi yang membuat Arunika semakin merasa malu dan frustrasi.

"Trus ga gosok gigi? Atau gosok giginya juga pake sampo?" Arumi melanjutkan dengan nada candaan.

"Nggak!" jawab Arunika dengan kesal, mencoba menahan rasa malu yang menyebar.

"Bau dong," Arumi tertawa, menambahkan komentar yang semakin membuat Arunika tidak nyaman.

Arunika memilih diam, tidak lagi merespons. Ia merasa sudah cukup tertekan dengan situasi ini.

"Kok bisa hilang sih?" tanya Arumi, masih penasaran.

"Ya ga tau," jawab Arunika singkat.

"Trus kenapa ga beli lagi?" Arumi bertanya lagi, tampak seperti tidak puas.

Arunika hanya bisa menghela napas, tidak tahu harus menjelaskan bagaimana situasinya dengan lebih baik. Dalam hati, ia merasa semakin terjepit oleh situasi yang konyol ini.

"Tadinya aku pikir kakakku yang bawa, ternyata nggak," kata Arunika.

"Oalah... yaampun Arunika, nih pake punya aku aja dulu," tawar Arumi sambil menyodorkan tempat sabunnya.

Arunika menggeleng kepalanya bermaksud untuk menolak.

"Pake aja, nggak usah malu-malu. Ini... mau digosok juga nggak?" tanya Rumi bercanda

Gadis itu merasa kesal, tapi akhirnya terpaksa menerima bantuan itu.

"Itu ada odol, pake aja... tapi gosok ya pake sikat gigi kamu" ujar arumi masih terkekeh dengan temannya

Arunika lagi lagi hanya terdiam dalam hatinya berkata "dasar arumi!, se menyedih kan itukah aku di matanya huh!"

Setelah selesai arunika tidak lupa berterimakasih, ia pulang ke asramanya begitupun Arumi dan temannya.

Hari berjalan memasuki waktu magrib. Dan arunika masih tampak asik membaca buku didepan pintu asramanya.
Tiba tiba entah dari mana asalnya, Arumi sudah berdiri didepan. Menghentakkan kakinya ke lantai dan mengaget arunika

"Woy!!"

Sinar Dibalik Awan GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang