"Gue ga tau seberat apa kehidupan yang lo jalani, tapi gue mohon, jangan lo ambil jalan kaya gini. Hidup cuma satu kali, jangan lo sia-siain meskipun hidup lo itu berat"
Terkejut? Tentu saja. Bagaimana ia tidak terkejut saat seseorang menarik tubuhnya menjauh dari pagar pembatas rooftop kemudian ia peluk tubuhnya, dan jangan lupa dengan ucapan melantur laki-laki aneh yang masih senantiasa memeluk dan berbicara tentang betapa berharganya kehidupan.
Apa ia mengira bahwa dirinya akan bunuh diri?
Mendorong dada orang didepannya kuat hingga terlepas sudah pelukan keduanya, tubuh laki-laki orang yang ia dorong pun mundur beberapa langkah, memberi jarak antara dirinya dan laki-laki yang telah salah paham.
Nera menatap lurus netra indah laki-laki yang mengerutkan dahi sembari netranya bergerak polos menyusuri wajah datar Nera.
Mendengus kesal melihat tatapan polos tak berdosa didepannya, Nera mengangkat dagu angkuh dengan dua tangan ia lipat, "kenapa lo narik gue? " tanyanya dengan sebelah alis terangkat, menuntut jawaban.
"Gue cuma mau gagalin aksi bunuh diri lo. "
Melirik name tag laki-laki tersebut, Nera merengut kesal, benar seperti dugaannya, laki-laki bernama Jean Arkatala itu mengira bahwa ia akan melakukan aksi bunuh diri.
"Siapa yang mau bunuh diri? "
"Lo."
Membuang nafas kasar, ditatap nya Jean tajam, "gue ga lagi ngelakuin aksi bunuh diri, asal lo tau. "
"Terus, tadi lo ngapain berdiri deket pembatas pagar sambil liat kebawah? "
Menekan hidung mancung nya menahan kesal, jari nya menunjuk ke arah Jean, laki-laki bodoh yang sudah mengira dirinya akan bunuh diri, "gue mau meriksa, dibawah masih rame atau gak. " jawabnya malas, "dan gue ga sebodoh itu buat mengakhiri hidup gue. Gue masih sayang nyawa. "
Blush
Merah sudah wajah Jean mendengar penjelasan dari perempuan yang ia kira akan bunuh diri, ternyata ia sudah salah paham. Warna merah semakin menjalar hingga telinga saat Nera menilik wajahnya. Siapa pun, tolong dirinya, ia benar-benar ingin menghilang saja dari bumi, tak sanggup menahan malu.
"Wajah lo merah tuh, " celetuk Nera ringan, Jean sontak memalingkan wajah ke samping, enggan melihat Nera yang menatapnya dengan wajah jahil.
"Sorry, " ujarnya pelan namun masih mampu tuk di dengar. "Hah? Apa? Gue ga denger" Nera mendekatkan diri pada Jean yang berjalan mundur, pura-pura tak mendengar.
"So-sorry"
"Yang jelas dong, masa tadi lo dengan lantang nya ngomong, Gue ga tau seberat apa kehidupan yang lo jalani, tapi gue mohon, jangan lo ambil jalan kaya gini. Hidup cuma satu kali, jangan lo sia-siain meskipun hidup lo itu berat, "ejek Nera mengulang kalimat Jean.
"Masa sekarang suara lo malah pelan, kek cewe aja, " menggeleng-geleng kan kepala, heran.
Berdecak kesal, Jean menatap Nera yang dibalas oleh perempuan itu. "Gue minta maaf karena udah salah paham. Puas? "
Mengangguk-angguk ringan, Nera kembali bersedekap dada, "sangat puas. "ujarnya dibarengi kekehan.
Nera mencondongkan tubuhnya ke depan, mendongak, kemudian ia menelisik wajah Jean. Postur tubuh yang ideal, Hidung mancung, rahang tegas, netra indah, dan bibir pink nya. Satu kata yang terlintas dalam benak nya, sempurna.
Menjauhkan diri dari Jean, ia tertawa kecil mendengar hembusan nafas lega dari laki-laki itu saat ia menjauhinya.
"Lo murid baru? Karena gue baru liat lo, " tanya Nera dibalas deheman singkat.
"Kelas? "
"12-1"
Mengusap dagunya pelan, Nera menyeringai, sepertinya akan menyenangkan, "oh, oke. Kalo gitu gue duluan, " pamitnya berlalu meninggalkan Jean di rooftop seorang diri.
Memutar-mutar kunci motor, Nera bersenandung kecil, membuat kesan cukup horror di koridor sekolah yang sudah sepi.
Nera tersenyum lebar kala ia melihat laki-laki sedang bersandar pada tiang sembari memainkan ponselnya, "yo." sapa Nera mengalihkan atensi si laki-laki.
Menyimpan ponsel kedalam saku celana, ia menghampiri Nera lantas memukul kepala perempuan itu, "lama lo, "sungutnya kesal.
"Sorry, gue baru ketemu orang yang menarik. "Nera mengusap kepalanya yang terasa sedikit sakit karena di pukul.
Melirik ke arah Nera sekilas, "siapa? "Tanya laki-laki itu, namun diabaikan oleh Nera yang telah naik ke atas motornya.
"Nanti juga lo tau, Kenzie, " jawab Nera mengundang tanda tanya dalam benak laki-laki bernama Kenzie tersebut. Mengendikkan bahu acuh, ia mulai menyalakan mesin motor, sebelum benar-benar pergi dari kawasan sekolah, ekor matanya melirik sekilas pada orang di rooftop sana. Lantas, menyusul Nera yang sudah keluar dari kawasan sekolah terlebih dahulu.
******
Semua orang menatapnya, menatap ke arah perempuan yang berjalan angkuh sembari netranya menyorot tajam ke depan, tidak terganggu dengan orang-orang yang menatap dirinya terang-terangan bahkan sampai membicarakannya. Ia sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
Masuk kedalam kelas dengan menggendong tas hitam di bahunya, Nera terpaku melihat sosok laki-laki yang kemarin telah salah paham pada dirinya tengah duduk sembari membaca buku dengan earphone menyumpal telinga.
Seringai tipis tercipta pada wajah cantik Nera, membawa kedua tungkainya mendekati Jean yang tidak terganggu sama sekali dengan keadaan kelas yang ramai, ia tarik buku yang tengah laki-laki itu baca hingga menarik atensinya.
"Hey boy, kita ketemu lagi. " sapanya diiringi kekehan melihat netra Jean melebar, terkejut dengan kehadirannya.
Melepas earphone dari telinga, Jean kemudian bertanya, "Ngapain lo disini? " tangannya bergerak hendak mengambil buku dari Nera, namun segera gadis itu sembunyikan dibelakang tubuh.
Nera mengangkat sebelah alis heran, "ngapain? Kelas gue di sini. "
"Lo bercanda? " Jean tak percaya dengan ucapan perempuan dihadapannya. Oh, mengapa dunia begitu sempit, dari sekian banyaknya kelas, mengapa ia harus sekelas dengan perempuan yang memberinya seringai jahil.
"Buat apa gue bercanda. "Membuka buku milik Jean, baru saja akan di baca, laki-laki itu lebih dulu menarik bukunya hingga terlepas dari kedua tangannya.
"Kalo lo di kelas ini, kenapa kemarin lo ga masuk kelas? "ujarnya datar tanpa mengalihkan atensi dari buku.
"Gue bolos. "
Mengangkat kepala, Jean menatap lurus Nera, tak lama, karena setelahnya ia kembali fokus pada rangkaian kata yang tertuang dalam sebuah buku.
"Oh, pantes. "Mendapat respon Jean yang acuh, Nera terkekeh. Turun dari meja yang tadi sempat ia duduki, Nera mencondongkan tubuhnya lantas berbisik tepat ditelinga Jean, "selamat datang, kawan. "Warna merah menghiasi telinga Aksara ketika Nera meniupnya pelan.
Tanpa berucap apa pun lagi, Nera berlalu menuju tempatnya yang bersebelahan dengan Jean. Bukankah dunia benar-benar sangat sempit, sudah sekelas, bersebelahan pula. Rasa ingin menghilang dari bumi semakin menjadi saat Nera mengedipkan matanya jahil. Ohh, tolong selamatkan dirinya.
Menunduk dalam, Jean melihat buku yang dipenuhi dengan tulisan, berupaya untuk fokus pada bukunya, namun telinganya menolak karena ia kini fokus mendengarkan pembicaraan Nera dengan laki-laki yang duduk didepan meja perempuan itu.
Ekor matanya melirik ke arah Nera yang tertawa, namun kembali melihat buku saat ia tertangkap basah oleh Kenzie yang merupakan ketua kelas sekaligus wakil Ketua OSIS, dan orang yang tengah bercanda dengan Nera.
Bel berbunyi tanda waktunya belajar telah dimulai, Jean bernafas lega, ia terselamatkan oleh bel dari Kenzie yang tadi akan menghampiri mejanya, namun urung ia lakukan karena bel berbunyi.
Terimakasih telah menyelamatkan dirinya dari rasa malu yang akan menghampiri.
Jangan lupa untuk tekan si bintang dan komen ya man teman
KAMU SEDANG MEMBACA
Who You?
Teen FictionBagaimana rasanyaa dicintai dua pria yang terobsesi dengannya? Mengerikan? Tentu tidak, justru sebaliknyalah yang dirasakan oleh Nera. Yaitu menyenangkan, dan jangan lupa, menantang. Menantang karena ia harus membongkar identitas dari seorang pembu...