Terlihat gadis kecil dengan rambut dikepang tengah menyisir bulu boneka beruangnya sembari bersenandung riang. Nera, gadis kecil itu menatap boneka beruang coklat yang ukurannya cukup besar dengan senang.
Dengan gembira, Nera memeluk boneka kesayangannya yang ia beri nama cookie.
Turun dari kasur masih dengan memeluk cookie, Nera keluar dari kamarnya menuju balkon. Rasa dingin menusuk tubuh kecilnya kala rintik hujan mengenai kulit seputih susu.
Tak menghiraukan air hujan yang mulai membasahi pakaiannya. Bongkahan kristal yang berbentuk bola mata itu menatap pepohonan rimbun ditutupi kabut tebal yang disebabkan hujan lebat.
"Arghh.... "
Dahi Nera kecil berkerut tatkala ia mendengar suara teriakkan. Meski terdengar samar.
"TOLONGG, ARGHHH... "Lagi, ia kembali mendengar teriakkan yang semakin jelas.
Penasaran dengan suara tersebut, Nera mengambil jaket tebal lantas memakainya. Netra indah dengan bulu mata lentiknya menatap anak laki-laki yang tertidur pulas di kasur. Mengendik acuh, ia keluar begitu saja tanpa ada niat membangunkan atau memberi tahu si bocah laki-laki.
Suara langkah kaki terdengar menggema dikala Nera menuruni anak tangga. Kedua tungkainya ia bawa mengikuti suara yang mengarah ke hutan belakang rumahnya.
Memeluk cookie yang sengaja ia bawa. Nera keluar dengan membawa sebuah lentera.
"To-tolong. "
Rambut yang dikepang itu bergerak seirama saat Nera mulai berlari. Deru nafas tak beraturan terdengar jelas. Bongkahan kristal nya menatap jasad seseorang yang sudah tak berbentuk.
Mengangkat lebih tinggi lenteranya, dapat Nera lihat beberapa bagian tubuh dan organ dalamnya berserakan dengan darah mengalir.
"Sadis sekali, " guman Nera kecil. Tanpa rasa takut, kaki mungilnya menendang pelan kepala yang terputus dari tubuhnya.
Pelukannya pada cookie semakin mengerat ketika ia mendengar suara langkah kaki. Dengan perlahan, tubuh yang dibalut jaket tebal berbalik. Nafasnya tercekat saat ia mendapati seorang pria dengan riasan Joker berdiri dihadapannya sembari menenteng gergaji mesin.
Mendongak, menatap si pria yang lebih tinggi. "Siapa? "Nera bertanya pelan tanpa merasa takut sedikitpun meski dihadapannya adalah seorang pembunuh.
Tak kunjung mendapat jawaban, Nera kecil mendengus.
"Apa kau tak berpikir jika aku bisa saja membunuhmu? "Nera meremang saat mendengar suara rendah dari pria didepannya.
"Aku sudah mati sejak tadi, jika kau memang berniat membunuhku. "Tak ada yang salah dengan ungkapan Nera. Justru, pria dengan riasan joker itu jelas tak memiliki niat tuk membunuh nya. Entah mengapa.
"Sepertinya kau bukan bocah biasa. "
"Mengapa begitu? "Apa ada yang salah dengan dirinya sehingga ia dikatai tak biasa?.
"Jika kau bocah normal, kau pasti akan berteriak dan menangis melihat jasad tak berbentuk dibelakangmu itu. "
"Tapi kau sebaliknya, justru kau menendang kepalanya. "
Mengangguk pelan, tanda gadis kecil itu mengerti. "Tak heran, karena aku sudah terbiasa melihat hal seperti ini, " jawab Nera seadanya.
"Kenapa kau bisa berada di hutan ini, " tanya si pria. Menyandarkan tubuh pada salah satu pohon.
"Aku mendengar teriakkan dari rumah, karena penasaran, jadi aku mengikuti asal suara. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Who You?
Teen FictionBagaimana rasanyaa dicintai dua pria yang terobsesi dengannya? Mengerikan? Tentu tidak, justru sebaliknyalah yang dirasakan oleh Nera. Yaitu menyenangkan, dan jangan lupa, menantang. Menantang karena ia harus membongkar identitas dari seorang pembu...