BAB 5: Perkara Jomblo

12 3 1
                                    

Tanpa kembali ke rumahnya, semalam Agla langsung pulang ke kost-nya. Dia menangis semalaman. Bahkan jurnal berisi segala hal tentang Eminem buatan Nam, yang cewek itu berikan sebagai hadiah ulang tahun Agla tahun lalu, nggak cukup menghibur. Padahal biasanya kalau lagi bete, Agla selalu membaca jurnal tersebut.

Saking derasnya dia menangis, yang omong-omong tangis terhebat selama hidupnya, mata Agla jadi sembab begitu dia bangun tidur. Karena itu, dia bolos mata kuliah pertama dan baru pergi ke kampus menjelang siang.

Sekarang, suasana hatinya masih berantakan bahkan saat dia nongkrong bareng teman-temannya. Nam, Nila dan Kaana.

Dari serangkaian kejadian malam tadi, bagian bertemu Regas-lah yang ingin Agla ceritakan. Namun, mengingat selama ini dia ogah-ogahan kalau membahas soal Regas, Agla jadi mengurungkannya.

"Sungguh takdir bukan, kita sama-sama The Juneds, Gemini Girl dan jomblo? Kayaknya, kita bagian dari istilah serendipity deh," ucap Kaana.

Sejak tadi Agla nggak mencermati obrolan teman-temannya, dia bahkan nggak tahu topik apa yang berakhir membawa obrolan Kaana pada kalimat yang baru saja Agla dengar. Dia juga nggak tahu kenapa, mendadak sensi mendengarnya.

"Sori, ya. Jangan samakan kejombloan gue sama lo. Lo kan jomblo karena takdir, sedangkan gue karena pilihan!" seru Agla. Gaya duduknya dengan kaki kiri bertumpu pada kaki kanan, dan kedua tangan yang terlipat di depan dada sudah mirip seperti bintang tamu super star.

"Maksud lo?" Kaana yang nggak ngerti menatap teman-temannya bergantian, mencoba mencari jawaban.

"Agla jomblo karena pilihannya sendiri. Artinya dia bisa aja official sama seseorang kalau dia mau. Sayangnya, dia lebih milih jomblo." Nila yang menjawab.

"Dan itu bikin dia merasa paling oke. Girl boss, cewek mahal. Mungkin," sahut Nam. Matanya memicing ke arah Agla karena menyadari suasana hati cewek itu yang tampak kurang baik.

"Iyalah, gue nggak ngemis-ngemis cinta kaya Kaana. Dari Eza ke Lian, terus ke brondong nggak jelas—"

"Agla." Nila menegur sebelum kalimat Agla semakin keterlaluan.

Bisa dilihat wajah Kaana mulai terdiam. Keceriaannya mulai memudar dan hilang tanpa jejak.

"Apa selama ini aku keliatan kaya cewek tolol karena cinta?" Kaana bertanya-tanya.

Ada helaan napas yang terdengar sebelum Nam menjawab, "Nggaklah. Kesetiaan kamu gamon sama Eza emang rekor banget, sampai nyari pelarian ke Lian. Tapi itu nggak keliatan salah kok. Maksudnya, kamu berharap sama Lian tanpa maksud buruk. Kamu nggak sebudak cinta itu. Agla aja yang keterlaluan."

Seolah nggak memahami suasana tegang yang coba Nam cairkan, Agla malah berujar, "Lo gamonin Eza mulu. Kaya nggak ada cowok lain aja. Giliran ada cowok lain, mereka pada pergi. Coba deh lo introspeksi diri—"

"Kamu kalau lagi ada masalah cerita. Jangan jadi nyebelin gitu karena mendem emosi!" Nam langsung menyela, tak tahan mendengar kalimat Agla yang lebih kejam dari biasanya.

Kaana yang tahu jika dibiarkan Nam dan Agla akan ribut pun menginterupsi, "Udah, Nam. Aku nggak tersinggung kok. Mungkin suasana hati Agla lagi nggak baik. Aku ngerti—"

"Nggak usah sok paling ngerti, deh. Dengan hidup lo yang selalu baik-baik aja nggak akan bikin lo bisa memahami masalah orang lain."

Kini Nam sudah nggak tahan lagi. Dia bangkit berdiri sambil menggebrak meja, dan mencondongkan tubuhnya ke arah Agla.

"Kamu nggak ngerti sama apa yang selama ini dialami Kaana. Yang nggak ngerti itu kamu!"

Agla jadi ikut-ikutan nggak terima. Dia bangkit supaya bisa berhadapan dengan Nam lebih dekat. "Oh, ya? Mentang-mentang lo lebih akrab sama dia jadi sok tahu?"

Cewek Gemini [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang