Pulang, Ibu tunggu di rumah.
Setelah tahu apa yang terjadi pada keluarganya, Agla bisa menebak apa tujuan ibunya yang menyuruhnya pulang melalui SMS. Dan jujur, tebakannya membuat Agla enggan menuruti permintaan tersebut. Maka, dia hanya menelantangkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
Namun, Agla nggak bisa melarikan diri. Dia harus menghadapi apa pun yang akan dikatakan ibunya nanti ketika mereka bertemu. Jadi, dengan lesu, Agla beranjak meninggalkan kamar kostnya untuk pulang.
Rumah Agla nggak seberapa jauh sebenarnya. Namun, keputusannya untuk ngekost karena dia sudah suntuk dan muak mendengar pertengkaran kedua orangtuanya saban hari. Dan keputusan Agla sempat ditentang oleh ibunya, sebab hidup mereka yang serba kekurangan nggak akan bisa memenuhi biaya kost Agla nantinya.
Namun, Agla bersikeras dan berjanji akan membayar sendiri biaya kostnya dengan bekerja paruh waktu. Akan tetapi, Agla baru dipecat beberapa bulan yang lalu sebab perangainya yang menyebalkan dan sering membuat pelanggan komplain. Walau begitu, Agla tetap bertahan di kostnya.
Tiba di rumah, Agla sudah ditunggu oleh kedua orangtuanya di ruang tengah. Mereka duduk bersebrangan dengan aura dingin yang menegangkan. Raut wajah ayahnya sudah tampak bergemul berbagai macam emosi.
"Kata ayahmu, kemarin malam kamu pulang," ucap ibunya.
Kalimat ibunya membuat gerakan Agla terhenti antara berdiri dan duduk. Namun, akhirnya dia duduk setelah mencerna kalimat ibunya tadi, dan dia berdeham guna mempersiapkan nada suaranya agar tetap normal.
"Iya."
"Jadi, ibu rasa orang yang ibu lihat di restoran kemarin malam beneran kamu."
Mood Agla yang berantakan dan tegang membuatnya kesulitan bereaksi selain bersikap putus asa dan pasrah. Seolah apa pun yang akan dikatakan ibunya akan Agla terima, sehingga dia sudah mempersiapkan diri untuk nggak terkejut.
"Ya."
"Kenapa kamu nggak ngomong sama Ayah?" Di seberang sofa, ayahnya kembali meradang, menatap Agla dengan tajam.
"Itu masalah orangtua. Aku nggak mau ikut campur." Agla menjawab dengan tatapan yang kurang fokus, seolah raganya berada di sana, tapi jiwanya melayang entah ke mana.
"Kamu pasti senang melihat Ayah tampak bodoh di khianati ibumu!"
"Ayah." Agla membalas tatapan ayahnya dengan mata sayu yang menyimpan air mata. "Selama ini Ayah udah keliatan pecundang. Itu alasan Ibu selingkuh."
"Jadi kamu bela ibumu yang selingkuh?" Ayahnya terlihat tak percaya. Kekecewaan yang tergurat di wajahnya membuat Agla merasa bersalah.
"Aku nggak bela Ibu. Aku juga benci banget pas liat Ibu selingkuh, tapi aku bisa apa?"
"Agla—"
"Ayah." Agla memanggil ayahnya, membuat panggilan ibunya terpotong. "Bisa nggak ... Ayah berusaha lebih baik lagi. Ayah ... ayah ... mencoba buat lebih berguna. Ayah bisa memperbaiki keluarga kita, kan?" Kali ini Agla nggak bisa membendung air matanya lagi.
"Ibu mau menikah sama dia, Agla. Ibu dan Ayah nggak bisa saling mencintai lagi." Ibunya yang menjawab, sementara ayahnya menunduk penuh luka.
"Emang kalian nggak bisa ingat alasan kenapa kalian menikah dulu? Dulu kalian saling mencintai. Kenapa ... kenapa jadi berubah." Nada Agla melirih di akhir, dia menunduk menatap jari-jarinya yang bergerak gelisah.
"Kalau aja kalian tahu cinta kalian hanya sebatas ini. Seharusnya kalian nggak usah nikah. Dengan begitu, nggak akan ada aku. Dan aku nggak akan pernah berada di posisi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Gemini [END]
General FictionBACA= FOLLOW BY: Khrins ⚠️Belum direvisi ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Kaana, Nam, Nila, dan Agla adalah sahabat sejati dengan kepribadian yang sangat berbeda. Kaana yang ceria dan optimis, Nam yang insecure dan cerewet, Nila yang disiplin dan pintar, sert...