BAB 20: Pengakuan

10 1 0
                                    

Setelah kejutan ulang tahun Kaana berakhir dengan pertengkaran sengit antara Nam, Kaana, dan Agla, Nila merasa semakin terpojok. Rasa bersalah yang sudah lama dipendamnya kini mencapai puncaknya. Menyadari dirinya menjadi satu-satunya yang nggak berkata jujur tadi, Nila merasa nggak bisa lagi menangani masalahnya.

Nila khawatir kejujurannya pun akan membuat mereka kecewa melebihi kekecewaan mereka terhadap Kaana.

Maka, ketika Nila berdiri di depan Anggis yang baru saja membukakan pintu untuknya, Nila terisak.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya dengan suara yang terisak.

Melihat kepiluan Nila yang memprihatinkan, Anggis pun dapat mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi.

"Kenapa?" Anggis ikut bertanya.

"Aku nggak bisa melakukannya, Anggis." Suara Nila terbata-bata karena suara isaknya.

Anggis menghela napas panjang melihat betapa terpuruknya Nila. Dia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membantu Nila mengakui kecurangannya.

"Lo harus ngaku, Nila. Kalau nggak, beban ini bakal terus menghantui lo. Gue bakal bantu lo," katanya dengan tegas.

Cara Nila menatapnya dengan penuh harap sekaligus khawatir membuat Anggis tak sanggup membalas tatapan Nila. Dia pun mengalihkan perhatiannya tanpa tujuan yang jelas.

"Lo perlu tahu, setelah tahu rahasia lo, kebencian gue nggak lagi didasari karena rasa cemburu gue ke elo sebab Keenan, tapi sebagai orang yang kadang dibandingkan sama lo hanya karena gue nggak lebih baik buat bersanding sama Keenan, gue jadi sebel setiap dengar orang-orang muji lo." Anggis mulai mengungkapkan kejujurannya.

Cewek itu menutup pintu rumahnya, sebagai tanda dia ingin berbicara serius dengan Nila. Sementara Nila berusaha mengendalikan tangisnya untuk mendengarkan kejujuran Anggis.

"Masalah Keenan udah nggak gue pikirin lagi, karena ngebuktiin lo nggak sebaik yang orang-orang kira jauh lebih penting. Jadi jangan pikir gue penghalang hubungan lo sama Keenan," kata Anggis. Nila terlihat mengangguk-angguk.

"Yah, karena gue akhirnya bisa ngebuktiin itu dan gue puas—sori kalau terkesan jahat—jadi mungkin sekarang gue bisa bantu lo."

Sebelum menanggapi, Nila menelan ludahnya susah payah. "Aku berharap sama bantuan kamu, Anggis."

Anggis menanggapi dengan anggukan. "Gue bisa bilang ke Papa sekarang. Lo mau ikut atau nunggu kabar aja?"

Karena sejujurnya Nila belum sesiap itu, dia memutuskan untuk pulang saja dan menunggu kabar. Keputusan itu disetujui oleh Anggis dan dia pun mempersilakan Nila untuk pulang.

—♊️—

Masih di hari yang sama. Malam setelah kekacauan yang melibatkan dirinya di hari ulang tahun Kaana, Nam berdiam diri di teras rumahnya sambil merenung.

Dia memikirkan banyak hal. Tentang perasaannya yang selalu diam-diam meragukan ketulusan teman-temannya. Masalah trust issue-nya benar-benar mempengaruhi Nam hingga sejauh ini.

Nam menghela napas, saat ingatan tentang masa lalunya kembali diingatnya dengan baik. Masa lalu yang membawa Nam ke awal hilangnya kepercayaan diri.

Nam adalah anak yang lahir dari keluarga baik-baik. Awalnya begitu. Papa terlahir sebagai tunawicara dan itu nggak menghalanginya untuk mendapatkan jodoh yang sempurna. Mamalah jodoh yang sempurna itu, sebelum ucapan buruk orang-orang sekitar mempengaruhi pikirannya.

Cewek Gemini [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang