Pak Ryan berjalan memasuki rumah sakit bersama Viri.
"Berapa umur adikmu?" Tanya Pak Ryan.
"Umh, 10 tahun." Jawabnya.
"Masih sangat kecil ya.." ujar Pak Ryan. Viri hanya mengangguk. Langkah mereka berdua kemudian berhenti karena bertemu dengan seseorang yang mereka kenal. Gadis itu berjalan searah dengan mereka berdua sambil mendorong seseorang di kursi roda.
"Eh.." Hanya itu kata yang keluar dari mulut gadis itu. Pak Ryan juga Viri terpana.
"Rin.." sapa Viri pelan.
"Ibumu?" Tanya Pak Ryan tiba-tiba. Dengan canggung Rin tersenyum. Wanita dikursi roda itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Teman Rika ya?" Tanya wanita paruh baya itu. rambutnya bergelombang dengan indah. Pak Ryan menyambut tangan itu.
"Saya Ryan guru Rin." Jawabnya memperkenalkan. Wanita itu mengerutkan keningnya.
"Saya Viri teman Rin." Ujar Viri. Rin menelan ludah.
"Siapa Rin? Teman Rika kan?" katanya lagi. Pak Ryan melepaskan tangannya. Ia kemudian menatap Rin yang diam sedari tadi.
"Iya bu, itu teman Rika. Ibu mau jalan-jalan diluar?" tanyanya pada wanita itu. Ibu Rin dengan kening berkerut menggeleng.
"Diluar hujan deras, ibu tidak mau kedinginan. Lebih baik ibu di kamar dan tidur." Ujarnya. Pak Ryan dan Viri saling pandang kemudian menatap keluar jendela rumah sakit. Cuacanya benar-benar cerah.
"Baiklah." Jawab Rin tersenyum. Ia mendorong ibunya ke dalam lift. Pak Ryan dan Viri mengikuti dibelakang.
"Mau kemana?" Tanya Rin.
"Menjenguk adikku. Mau ikut?" ajak Viri. Rin mengangguk.
"Aku akan antarkan ibuku dulu." Ujarnya. ibunya tersenyum.
"Teman Rika baik ya?" Tanya ibunya pada Rin.
"Sangat baik bu." Rin membenarkan sambil tersenyum. Saat lift terbuka di lantai 5, mereka bertiga keluar dengan canggung menuju ruangan tempat ibu Rin dirawat.
Sesampainya disana, Rin membantu ibunya untuk berbaring diranjang. Ia menyelimutinya kemudian.
"Hujannya benar-benar deras ya, Rika." Kata ibunya saat Rin menyiapkan buku disampingnya. Rin mengangguk saja.
"Aku pergi dulu ya bu." Pamit Rin.
"Iya, bersenang-senanglah Rika." Kata ibunya tersenyum sebelum Rin menutup pintunya. Diluar, Pak Ryan dan Viri berdiri menunggu Rin. Mereka kemudian berjalan dengan sunyi.
"Siapa Rika?" Tanya Viri.
"Adik kembarku." Jawab Rin dengan tatapan kosong kearah depan.
"Ibumu terkena gangguan syaraf?" Tanya Pak Ryan. Rin mengangguk.
"11 tahun yang lalu.." Rin berhenti sebentar karena masuk ke dalam lift. Ia melanjutkan kemudian.
"Aku, Rika, juga ibuku pergi untuk menjenguk ayah di rumah sakit, sebuah mobil menabrak kami. Mobil yang kami kendarai lalu menabrak pembatas jalan dan terperosok hampir memasuki sungai. Setelah dibawa kerumah sakit, Rika menghilang. Dan setelahnya seperti itu. Ia menganggap bahwa Rika masih hidup, dan tak pernah ada anak bernama Rin dalam hidupnya." Jelasnya. Pak Ryan terdiam.
"Aku.. kenapa aku baru tahu?" Tanya Viri. Rin tersenyum menatap Viri.
"Kamu tidak bertanya." Jawabnya ringan. Viri mengembungkan pipinya. Pintu lift terbuka dan mereka bertiga berjalan menuju ruangan tempat adik Viri dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius
Teen FictionErina Liliana Franz, murid baru di SMA. Di hari pertama masuk, tatapan matanya telah menarik perhatian gurunya, pak Ryan. Sedikit demi sedikit Ryan mengetahui kehidupan Rin yang sangat berat. Setelah hubungan Rin dan Ryan semakin dekat, Rin menyadar...