2. Matamu

279 35 1
                                    

Rin berjalan ke pulang dari rumah sakit tempat ibunya dirawat. Ia berjalan kaki dengan kepala menunduk. Setiap mengingat ibunya, maka ia akan teringat akan kejadian saat ia masih kecil. Seseorang menarik tangannya. Ia terpengarah saat mengetahui siapa orang itu.

"Viri?" Viri tersenyum dan menariknya untuk duduk di outdoor café.

"Apa?" Tanya Rin kesal. Viri memberikannya buku menu.

"Pilihlah, Pak Ryan yang membayar!" serunya. Rin terdiam saat melihat Pak Ryan kemudian duduk dihadapannya.

"Loh? Ada Rin?"

"Baru saja lewat. Takdir!" ujar Viri antusias. Tidak dengan Rin.

"Aku mau pulang." Katanya lalu berdiri. Viri menahan lengannya.

"Ayolah.." ajak Viri dengan suara yang direndahkan. Rin bergidik ngeri sambil berusaha melepaskan tangan Viri. Ia kemudian duduk kembali ditempatnya.

"Cheese cake dan strawberry blast." Kata Rin. Pak Ryan segera memanggil pramusaji dan memberitahu pesanan tambahannya.

"Acara apa ini?" Tanya Rin.

"Eh? Perayaan anggota baru?" kata Pak Ryan kikuk. Viri tertawa.

"kalau soal astronomi itu, aku belum bilang 'iya' kan?" ujar Rin.

"Tapi entah kenapa aku yakin kalau kamu pasti mendaftar ya?" Tanya Viri.

"Man kutahu. Firasatmu kan sering salah." Kata Rin lagi diiringi tawa Viri.

"Kalian akrab sekali." Ujar Pak Ryan.

"Ya, kami berada di SMP yang sama." Jawab Viri memberi penjelasan.

"Ya, aku tersiksa karenanya." Balas Rin. Pak Ryan tertawa.

"Oh iya, kamu tadi dari mana Rin?" Tanya Viri sambil menggeser pesanan yang sudah datang. Rin terdiam tak menjawab.

"Kamu sendiri tadi dari mana Viri?" Pak Ryan balik bertanya.

"Kalau aku tadi dari rumah sakit Umum untuk menjenguk adikku." Jawabnya. Pak Ryan mengangguk saja.

"Adikmu sakit?" Tanya Rin.

"Yup, sejak kecil jantungnya lemah." Ujar Viri sambil meminum es kopinya. Rin terpengarah mendengarnya.

"Sudah, jangan pikirkan yang menyedihkan, ayo bergembira!" seru Pak Ryan. Viri membalas seruan riang itu.Rin hanya diam. Sepanjang pembicaraan Viri dan Pak Ryan yang membahas kegiatan ekskul, Rin hanya bisa terdiam mengingat kehidupannya sendiri.

_____

Rin terdiam dikamarnya. Ia menatap kertas formulir pendaftaran klub astronomi yang diberikan Pak Ryan tadi pagi. Dengan tatapan kosong miliknya, Rin lalu menatap foto yang ada di atas mejanya. Foto dirinya bersama keluarganya 11 tahun yang lalu di festival. Tatapan bening yang menuju kesatu arah.

"Pilihanku salah ya bu?" ujarnya berbicara sendiri.

"Aku harusnya memilih jalanku kan? Bukan jalan Rika?" katanya lagi. Ia kini menatap gadis kecil yang berdiri disampingnya difoto itu. ia tersenyum tipis kemudian mengambil pulpen yang ada di atas mejanya.

_____

Rin duduk dengan wajah tegangnya di ruang musik. Viri yang duduk disampingnya menepuk bahunya pelan.

"Kau sakit?" Tanya Viri.

"Kenapa tidak bilang kalau hari ini ada unjuk bakat?" kata Rin balik bertanya. Viri mengangkat bahu.

"Kupikir kamu sudah tahu, kemarin sebelum pulang Pak Ryan kan sudah bilang." Balas Viri. Rin menghela nafas kesal. Pasti dia sedang melamun saat itu.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang