Sebenarnya, waktu mendapat tugas menggambar dari Bu Ani, Fikri sangat kebingungan. Saat itu dia bahkan merasa sangat malas untuk menggerakkan jari-jemarinya. Apalagi Alwi baru saja terkena skandal.
"Gue ceritain detailnya ya!," kata Fikri kepada para pembaca yang budiman.
Malam ketika Alwi mengabari Fikri kalau dia terkena skandal. Setelah pembicaraan tentang skandal itu, Alwi tiba-tiba saja memeluk Fikri. Dia bilang, Fikri adalah seorang teman yang sangat sederhana dan Alwi sangat senang bisa berteman dengan Fikri.
"Apaan dah? Batiba begini.. alay eg*!," kata Fikri memecah suasana.
"Bentar Fik.. gua mau meluk elo agak lama.. haha.." mempererat pelukannya.
"Anj*r! Lepas Wiel!," kata Fikri yang mulai merasa sesak.
Alwi pun melepas pelukannya, lalu bertanya, "Lo tau gak Fik, kalo gue gak suka liat cermin?"
"Hah? Kenapa?," tanya Fikri dengan wajah tak berdosanya.
Alwi tertawa sebentar, lalu dia memberi tahu hal yang sangat unik sekaligus membuat bulu kuduk berdiri. Katanya, "karena kalo gue liat cermin yang ada di cermin bukan gue.."
Fikri yang tidak menyukai hal mistis pun berusaha tetap santai dengan bertanya, "hah? Teru siapa kalo bukan elo? Gue gitu?"
"Kalo gitu gue seneng, Fik! Gue bakal pandangin cermin tiap hari buat liat muka lo! Wkwk!," kata Alwi antusias.
Tatapan mata Alwi mulai serius, walau tetap nampak ramah. Dia bilang dia bakal tutup mata setiap ada cermin, karena yang muncul di pantulan dirinya adalah sosok berwajah pucat pasi dengan tatapan mata yang gelap.
"Lu jangan nakutin gua, Bang! Gua kagak takut!," kata Fikri yang terlihat jelas kalau yang benar adalah yang sebaliknya.
"Beneran Fik! Namanya Daniel.. terakhir dia muncul waktu SD kelas 4," ungkap Alwi tanpa berusaha menakuti Fikri.
"Haha! Daniel? Terakhir kelas 4 SD?," kata Fikri menahan getaran karena takut. Lalu kembali bertanya, "berarti Lo gak pernah natap cermin sejak kelas 4 SD?! S*nting Lo! Emang gue bakal percaya?!"
Alwi tertawa, ia lalu menceritakan kejadian saat ia menatap sosok Daniel untuk pertama kalinya di cermin kamar ibunya. Kata ayahnya, kesadaran Alwi tiba-tiba menghilang, dan dia pergi dari rumah tanpa mendengarkan larangan ayahnya untuk keluar.
Akhirnya ayah Alwi pun mengejarnya, dan saat mereka berdua bertatapan Alwi yang saat itu sedang tidak sadarkan diri berkata kalau dia adalah Daniel. Ayahnya sempat tidak memperdulikan perkataannya itu, dan ayah Alwi terpaksa menyerang tengkuk lehernya dengan jujitsu sampai Alwi pingsan.
"Gue gak pernah denger cerita macam ini tuh?," kata Fikri memutus perkataan Alwi.
"Ya, makanya ini gue ceritain, Fikri!," kata Alwi santai. Dia bilang besoknya ayah Alwi membawa Alwi ke psikiater, lalu dokter mendiagnosa kalau Alwi mengidap Alter Ego.
"Hah? Aterego?"
"Alter Ego.."
"Ya, pokoknya!"
Alwi pun menanggapinya dengan tertawa santai. Mau di jelaskan bagaimanapun, Fikri akan kebingungan dengan istilah itu. Lalu Alwi memberitahu alasannya merahasiakan hal itu dari orang-orang. "Karena gue malu.. lol," ungkap Alwi sambil tertawa sumbang.
"Terus Fik, barusan dia muncul lagi, makannya gue meluk elo, haha," ungkap Alwi sambil menggenggam tangan Fikri.
Fikri kaget, lalu bertanya, "lah? Emang di sini ada cermin?"
Alwi pun menunjuk layar TV besar di hadapan mereka yang baru saja di matikan. Bulu kuduk Fikri pun berdiri, dia berkata, "Sejak kapan TV bisa jadi cermin?!"
"Sejak TV ada, Fik," jawab Alwi yang langsung memeluk Fikri lagi.
Fikri meminta Alwi untuk melepas pelukannya, namun Alwi enggan karena sosok Daniel bisa saja mengacaukan keadaan.
Akhirnya Fikri pun pasrah dan membiarkan Alwi memeluknya sampai mereka ketiduran bersama di depan TV.
...
Karena itu Fikri jadi lemas di sekolah. Dia kepikiran cerita Alwi yang terdengar tidak masuk akal. Padahal Alwi orang yang nampak sempurna, dia nampak seperti pohon besar yang sangat banyak manfaatnya. Memberi makan dari buahnya, menjadi tempat berteduh, dan menyuburkan tanah. Dia nampak sangat kuat dan tidak mendiskriminasi siapapun. Semua orang bisa merasa sangat akrab dengan Alwi. Tapi, selain skandal yang diciptakan si Irina l*kn*t, dia juga gak bisa liat cermin.
Dengan malas, Fikri mengambil pensilnya untuk mengerjakan tugas menggambar dari Bu Ani. Dia menggambar pohon yang besar nan rindang. Lalu dia menulis di belakangnya, "gue mau jadi kayak pohon.. kuat! Bisa jadi tempat berteduh buat semua orang! Bisa ngebantu orang banyak! Gue bakal jadi pohon yang gak tumbang walau ada badai! Haha! Gue bakal jadi kayak Alwi Zean!"
Lalu saat Bu Ani meminta tugasnya untuk segera dikumpulkan, Fikri segera menghapus tulisan dibelakang kertas karena malu.
...
"Sekian cerita pohon, yang kata si kacang titipan -Sabella- kek gumpelan rambut rontok!," ungkap Fikri kepada para pembaca yang budiman.
...
Sebenarnya setelah hari itu, Alwi berkali-kali memecahkan cermin di rumahnya karena tidak sengaja melihat sosok Daniel. Dia bahkan melukai dirinya sendiri karena takut.
Terlebih skandalnya dengan Irina, membuat sosok Daniel bahkan muncul di dalam mimpinya. Karenanya ibu Alwi selalu memanggil Fikri agar Alwi bisa sedikit lebih tenang. Alwi bilang, kalau ada Fikri dia tidak terlalu takut pada sosok Daniel yang sering menghantuinya.
...

KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK ♡
Dla nastolatkówKakak P*k*n Adek b*c*t Temen l*kn*t ♡ Everybody.. Cerita ini asli karangan, bukan bermaksud memprovokasi ataupun menyinggung pihak manapun. Semoga yang baca suka ya.. ~Fikri