Sore hari ini cukup mendung, cena dan nindia hanya tidur tidur di kosan, berencana ingin keluar mencari angin sore tapi rasa mager terus terusan muncul dan berakhir kami hanya tiduran saja di kos
"Nin, kau sudah lama berteman dengan rian? "
"Cukup lama, sejak maba juga cuma tidak begitu akrab sih, jarang ketemu juga cuma emang anak nya asik dan baik"
Aku hanya ber oh ria menanggapi ucapan dari nindia,, selanjutnya dia yang bertanya
"Memang nya kenapa cen? "
Aku menggeleng
"Tidak nin hanya bertanya "
Setelah makan malam kami sibuk belajar untuk ujian besok,, sampai sekitar jam 11 malam kami memutuskan untuk tidur dan bangun di pukul 4 pagi.
cena bergegas mandi dan shalat subuh, sedangkan nindia sibuk mengumpulkan nyawa diatas tempat tidur
"Cen soalnya susah banget cuma semua yang kita pelajari masuk hari ini" Seru nindia dari samping tempat duduk cena
"Iya woi, belajar semalam ngk sia sia, ayo nin ke kantin ngidam risol" Tangan cena menarik lengan nindia dan bergegas menuju kantin fakultas
"Ngidam terus heran, sehari tanpa risol ngk bisa cen?"
Nindia kadang heran, teman nya ini sejak menginjak kan kaki di solo sangat menyukai risol, bahkan bisa tiap hari membeli risol, nindia yang melihat saja muak
"Kau tanya aku bisa tanpa risol atau ngk? Jawaban nya pun ngk perlu kau pertanyaan nin, rela aku tidak punya cowo dari pada tidak makan risol"
Itu lah cena, manusia penyuka risol garis keras selalu dia mengatakan " Risol adalah separuh hidup ku"
Kantin seperti biasa ramai padat merayap, apalagi dijam makan siang seperti ini, semua akan memenuhi kantin entah sekedar makan siang atau di lanjut membuat tugas, kantin fakultas kedokteran memang bedampingan dengan kantin fakultas ilmu sosial dan politik tak heran jika terlihat sangat ramai. Mata nindia menelusuri tempat duduk yang hampir penuh
Dari arah utara sosok suara menginterupsi mereka berdua
"Nin, sini" Laki laki itu melambaikan tangan meminta mereka berdua
Nindia berjalan kearah segerombolan anak laki-laki di meja tersebut
"Hai" Nindia ini memang sosok yang ramah ke semua orang selalu menyapa batu pun disapa
"Hai nin" Sapa balik orang disana
Cena duduk di bagian ujung karna memang hanya disana kursi kosong, setelah meletakkan tas mereka berdua menuju stand makanan yang terjejer di kantin, jika ditnya cena ke stand apa tentu saja ke stand risol bu yanti kesayangan nya
"Ibuuu, risol biasa 4 ya" Sembari memberikan selembar uang 10.000
"Aduhh mbk cena, risol nya habis tadi terakhir di ambil sama mas sakala" Senyum lebar cena perlahan luntur
"Ya ibu" muka sendu nya sudah bisa ditebak bahwa cena kehilangan separuh jiwa nya untuk hari ini.
"Kenapa muka nya gitu cen" Nindia ini anaknya sangat peka, dia tau perubahan segala mood teman baiknya ini
"Nin risol nya habis" lesuh cena
"Tumben kok habis sih" memang benar biasa stok risol buk yanti selalu ada, dan cena adalah donator tetap dalam penjualanan risol beliau dari sejak masih jadi maba
"Ada makanan lain disana beli bakso aja" opsi yang diberikan nindia tidak menggiurkan bagi cena walaupun dia juga pencinta bakso garis keras, tapi tetap saja risol.
KAMU SEDANG MEMBACA
sakala bumi
Roman pour AdolescentsSakala bumi, laki laki dengan tinggi 175 cm dengan perawakan wajah campuran manado Jawa dan Cina menyatu pada sosok sakala bumi.. Hidung nya mancung dengan kulit khas orang manado putih dan tutur lembut khas anak Jawa serta mata yang menyipit menand...