Rindu

39 0 0
                                    

Rindu

Nyala lilin berpadu angin malam, cukup hangat walau tanpa pelukan. Duduk sendiri dalam lingkup rindu. Masih terasa hembusan nafas saat kau bilang kau akan kembali. Itu harapku. Hanya itu alasan yang membuat aku bisa menjalani hari-hari disisa hidupku walau tanpamu. Semilir angin mulai membelai lembut, menandakan sudah larut aku masuk dalam indahnya malam. Mengapa indah? Karena aku selalu membayangmu. Setiap malam tak lupa aku membayangkanmu, serta doa-doa yang tak seberapa ini menggeliat keluar dari tenggorokanku. Aku tahu kau akan kembali, seperti janjimu dulu yang menyebabkan aku terjebak dalam rindu.

*****************************************************

Tentang Aku Yang Merindumu

Matahari tak lagi nampak, kala bulan mulai bangkit dari singgasananya. Cahaya pun telah pergi tanpa sisa, sama seperti ragamu. Hanya bulan yang dapat memeluk, bagai teman sejati kala sepi. Kemana? Jutaan detik kuhabiskan hanya untuk menampilkan ilusi wajahmu. Hanya imaji beradu dalam realita. Aku disini menunggu kehadiranmu walau hanya suarabunyi. Aku merindumu, bagai anak kecil yang merindukan taman bermain yang ia kunjungi tadi sore. Indah dan menyenangkan. Namun, aku tak bisa menahan ini. Gejolak rindu mulai bertabu, tolong, aku mohon segera tampakkan ragamu. Sebenarnya aku hanya ingin tahu kabarmu disana. Biar cahaya bulan dan angin malam yang memberi isyarat, bahwa kita masih menatap bulan yang sama juga terusap angin malam yang sama. Tuhan pun mungkin bosan mendengar aku yang kerap kali mengucap namamu dikala malam seperti ini. Aku hanya ingin kamu, tidakkah kau pandangi betapa besar bulan malam ini? Bulanpun tahu bahwa rasa rinduku sama besarnya dengan dirinya. Di sini aku yang merindumu, ragamu bukan ilusimu.

****************************************************
Penantian

Aneh, terik begini aku mengingatmu. Ada apa? Apakah aku sudah tidak kuat menahan beban rindu ini sendirian? Tak cukup kah air mata yang kuteteskan tadi malam agar mengusir bayangmu dari pikiranku? Oh Tuhan! Hari ini aku terduduk lesu pada bangku taman tengah kota, memandangi bagaimana ikan-ikan bertemu dalam kolam. Lucu juga, bahkan aku kalah dengan binatang air tawar itu. Kapan aku akan bertemu kamu lagi? kabarmu saja tidak pernah mampir padaku, hanya suara-suara semu yang terus menggebu dalam otakku, suara yang telah lama aku rindukan, suara yang menjadi alasan aku menangis karenanya, suara yang memberikan aku kenyamanan. Namun, semua itu sudah lepas dari genggamanku, kau bawa jauh semua nirwana yang kau punya bagiku. Walaupun tak tahu kapan kembali, kabari aku yang masih akan terus menanti.

Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang