Happy reading
_
_
_
_
_
Sesampainya di rumah duka, Adzam dan Mamah terkejut saat rumah nya sudah banyak orang, bahkan lebih banyak dari jumlah KK di perumahan mereka.
Ambulance sudah terparkir di halaman luas rumah Adzam.. Adzam dan teman-teman nya mulai menggotong jenazah ayah nya untuk di bawa ke ruang tengah keluarga.
Setelah di pindahkan dari bankar ke ruang tengah, beberapa orang yang datang mulai membuka buku Yasin yang mereka bawa atau yang sudah di sediakan di rumah duka.
Tidak ketinggalan, sahabat Adzam pun ikut membaca surat yasin di samping jenazah Hermawan.
Adzam dan Mamah nya tidak pernah beranjak dari sisi jenazah ayah dan suaminya. Terutama Adzam, walau dia juga sedih dan rapuh atas apa yang terjadi hari ini secara tiba-tiba.
Tapi dia harus kelihatan kuat, karena ada Mamah nya yang harus dia kuatkan apapun yang terjadi.
Dari mengaji, memandikan jenazah , bahkan saat menguburkan jenazah ayah nya, Adzam tidak pernah melewatkan semua itu.
Di liang lahat, Hutama dan Rendra yang ikut masuk ke liang, tampak melihat Adzam yang tidak pernah lepas pandangan nya kepada ayah nya yang sudah di tidurkan di rumah barunya.
" Adzam....! " Hutama
Adzam menengok menatap Hutama dengan tatapan air matanya sudah keluar dari matanya, air mata yang sudah di tahan dari rumah sakit, akhirnya keluar di pemakaman.
" Kamu kuat untuk mengazankan ayah kamu dzam...? " Hutama
" Insyaallah Adzam kuat om.... " Adzam menjawab dengan suara parau.
" Kalau tidak kuat biar om yang melakukan nya .... " Hutama
" Gak apa-apa, biar Adzam aja.... ! Insyaallah adzam kuat om.... " Adzam
" Ya sudah... ! Rendra kita naik sekarang, biarkan Adzam untuk memulai Adzan nya... " Hutama
Hutama dan Rendra mulai naik ke atas dan membiarkan Adzam untuk mengadzan kan ayah nya.
Semua orang yang ikut mengantarkan Hermawan ke tempat peristirahatan terakhir nya, tampak menitikan air matanya , saat mendengar suara parau Adzam yang sedang mengadzanka ayah nya di dalam liang lahat.
Selesai mengadzankan ayah nya Adzam naik dari liang lahat, dan di lanjutkan oleh penggali kubur untuk menutup jenazah dengan papan dan mulai menurunkan tanah secara perlahan.
Tangis histeris keluar dari Kartika saat tanah mulai di turunkan untuk menutup sepenuhnya tubuh sang suami, Kartika tidak akan bisa melihat suaminya lagi, setalah tanah-tanah itu menutup suaminya.
" Mas..." Panggilan terakhir dengan suara parau, bersamaan dengan selesai nya penggali kubur selesai dengan pekerjaan.
Adzam dan Kartika berjongkok untuk memeluk papan nisan yang bertuliskan nama orang yang mereka cintai, yang sekarang tertidur lelap di dalam tanah.
Ustadz yang ikut ke pemakaman mulai membaca doa,dengan di ikuti orang-orang yang ikut ke pemakaman.
" Bu Kartika, Adzam , saya turut berduka cita ya... kalian bedua harus ikhlas, dan jangan larut dalam kesedihan, kasian pak Hermawan... Akan sedih juga di sana.... " Ustadz
" Iya pak ustadz, terimakasih.... " Adzam
Ustadz memegang pundak Adzam untuk menguatkan dirinya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBOHONGAN
Fanfictioncerita tiga sahabat yang harus mempertahankan persahabatan mereka karena sebuah kebohongan dari salah satu orang tua mereka. Kesalahpahaman yang membuat hubungan persahabatan mereka hancur.