Part 31

314 41 2
                                    

Double up yaaa~














"Ah, dia sungguh mengatakannya?"

Tawa terdengar dari ujung telepon.

"Eomma, aku mungkin berlebihan tapi dia baru kali ini mengatakan hal seperti itu. Anakmu sudah mati, eomma."

Tawa ibu Jaemin semakin keras, dan ia hanya mengusak kepalanya sendiri, frustasi.

"Lalu bagaimana dengan Sieun?"

Jaemin lupa kalau Sieun akan mengajaknya pergi lagi hari ini, sebenarnya ia malas tapi mau bagaimana lagi.

"Aku akan pergi hari ini dengannya."

"Oh yasudah kalau begitu, sampaikan salamku untuknya juga untuk calon menantuku Donghyuck ya?"

Lalu tawa itu terdengar lagi, Jaemin menggigit bibir bawahnya, ibunya merestui sudah pasti. Tanpa ia sadari seseorang telah mendengar semua percakapannya dengan ibunya samb terkikik sendiri, Lee Jihyo.

Jaemin terlihat kacau tapi matanya tak kehilangan binarnya.

"Donghyuck menanyakanmu."

Jaemin berbalik, sedikit terkejut dan salah tingkah.

"Oh iya noona, tapi katakan saja padanya aku harus pulang, ada sesuatu yang harus aku kerjakan."

Jihyo terbahak melihat Jaemin yang kelabakan karena salah tingkah. Donghyuck harusnya lihat pemandangan ini, terlalu lucu untuk melihatnya sendiri.

Jaemin sudah menghilang dari pandangan, Jihyo hanya bisa geleng kepala.

Donghyuck mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, memperhatikan kakaknya yang sedang terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya.

'Jaemin ke mana? Kok hilang? Padahal masih ingin peluk.'

"Noona, apa aneh jika kau mendengar aku memiliki kekasih?"

Jihyo yang tengah membuat sarapan hanya menatapnya heran.

"Em masih calon sebenarnya, aku
tidak tahu apa dia menyukaiku juga."

Jihyo tidak salah dengar kan? Adiknya berbicara tentang suka, kekasih, hal-hal semacam sedang jatuh cinta?

"Siapa? Beritahu aku."

"Na-"

Jihyo tergelak, hampir menjatuhkan piring yang ia bawa ke hadapan sang adik.

"Na? Jaemin maksudmu?"

Donghyuck mendelik ke arahnya.

"Yak, yang bermarga Na bukan hanya Jaemin."

Terserah Donghyuck saja, tidak mengakui bukan berarti Donghyuck tidak punya rasa dalam hati. Walaupun Jihyo bukan seorang psikolog, ia bisa melihat dari bahasa tubuh keduanya. Jadi tidak usah terlalu diambil pusing, Donghyuck hanya sedang menutupi rasa malu.

•••

Sieun membatalkan janji untuk pergi bersama Jaemin. Pria dengan lesung lipit itu merasa bersyukur sekali karena memang dia sedang malas untuk bepergian. Ia butuh menyediri menenangkan pikiran serta hati.

Rasa menggelitik di sekitar perut ia coba hiraukan saat ibunya terus-terusan menggodanya akan pria manis berkulit tan yang entah sudah sejak kapan bertahta di hati seorang Na Jaemin.

"Kami bersahabat, otomatis kami akan saling menyayangi, mengapa aku harus menganggapnya lebih?"

Jaemin bermonolog, tak menyadari kehadiran seseorang di depan rumahnya. Ibu Jaemin menyambutnya dengan hangat, pria manis yang akhir-akhir ini terus mengganggu pikirannya bertandang ke rumahnya dengan sweater kuning serta lengkungan manis di bibir.

Jaemin bersumpah ingin memiliki senyum itu, senyum yang seharusnya hanya untuknya bolehkah begitu?

Tbc
.
.

Mi amor, Donghyuck || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang