Part 10

729 75 7
                                    

Dengan cahaya remang-remang, Donghyuck duduk di hadapan Jaemin, bersama sebuah mangkuk berisi buah naga yang sudah diiris dengan campuran susu yang ada di antara mereka.

Sebenarnya Jaemin tidak ingin gelap-gelapan begini ketika sedang memakan sesuatu, tapi Donghyuck benar-benar tidak ingin menyalakan lampunya.

Donghyuck sudah membuka lagi mulutnya, menunggu suapan buah naga campur susu yang dibawa oleh Jaemin.

Masih ada bekas-bekas air mata di sudut kedua mata Donghyuck serta hidung yang memerah. Kalau kemudian Jaemin beranggapan bahwa Donghyuck itu cantik bahkan ketika sudah selesai menangis, apa tidak terdengar aneh?

Tidak ada yang membuka percakapan, Jaemin hanya ingin membuat Donghyuck nyaman.

Tadi ia susah payah menyakinkan Donghyuck bahwa dia adalah pria yang sering memanggilnya "sayang", bukan ayahnya yang menurut Jaemin sangat Donghyuck takuti.

Jaemin masih memperhatikan Donghyuck yang sedang mengunyah buah berwarna ungu tersebut, lalu sedikit merasa ada yang berbeda di hatinya-

Debaran?

Kenapa harus berdebar hanya dengan melihat Donghyuck yang sedang asik dengan dunianya sendiri?

Dulu tidak begini.

Lalu keinginan untuk mencium bibir ranum milik pria bersurai hitam itu menghampiri otaknya lagi, dan Jaemin benar-benar resah sekarang.

Tangannya terulur untuk membelai helai surai legam milik Donghyuck, dan belaian tangannya turun ke pipi hingga pemuda bermarga Lee itu menatapnya kaget.

"Buah naganya tidak gratis, sayang."

Donghyuck mendelik ke arah Jaemin yang sedang terkekeh.

Namun Donghyuck melunak ketika Jaemin memperlihatkan senyuman lebarnya. Donghyuck turun dari tempat tidur untuk mengambil dompetnya, mengeluarkan dua lembar uang lalu diberikan pada Jaemin tanpa mengucapkan sepatah kata pun bahkan berterima-kasih pun tidak. Jaemin tidak mempermasalahkan itu sebenarnya.

"Ob bukan, bukan dibayar dengan uang."

Donghyuck merotasi bola matanya jengah, walaupun Jaemin yang bersikap main-main begini membuat sesuatu dalam dirinya berjengit malu.

"Terus aku harus bayar pakai apa kalau bukan dengan uang?"

Kalimat yang baru saja terlontar adalah kalimat pertama yang Donghyuck utarakan sejak Jaemin menenangkannya dan menyuruhnya untuk keluar dari lemari.

Jaemin mengetuk-ngetuk dagunya seperti tengah berpikir padahal tidak.

"Dengan cium?"


Tbc
.
.
Sa ae modusnya si nana

Mi amor, Donghyuck || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang