ꉔꁝꋬꉣ꓄ꏂꋪ 16 : ꂵꋬꇙꋬ꒒ꋬꁝ

19 16 0
                                    

//ꉣꄲ꒦ ꁝꏂꋬ꒦ꏂꋊ//

Namaku Heaven Beatriz. Di sekolah, aku selalu dipanggil Mr. Beatriz. Aku tidak suka. Aku tidak suka panggilan itu. Yah, mau bagaimana lagi.. Mana ada orang-orang memanggilku dengan nama depanku.

Aku berhenti menulis. "Ew, cringe."

Aku mencoret-coret kertas itu. Saking tebalnya coretan, jika kau mencolek pasti jarimu akan menjadi hitam.

Lagian, ngapain aku nulis-nulis. Harusnya aku patroli di sekitar kantin.

Aku menutup buku kecil ku dan pulpen, menyimpannya di saku seragam. Akhir-akhir ini, anak-anak berperilaku sangat baik. Nggak, cuman satu orang yang akhir-akhir ini menyebalkan.

Tentu saja, siapa lagi selain 'murid baru' itu. Jack Agus. Apa lah, padahal nama depannya sudah bagus tapi nama belakangnya malah Agus. Orang tuanya tidak kreatif, aku yakin mereka menamai Jack karena lihat internet.

Aku dimintai tolong mengawasi anak itu oleh kepala sekolah, karena takutnya berbuat hal yang dilanggar sekolah. Dugaan kepala sekolah benar.

Dia melanggar hampir semua peraturan yang benar-benar ketat. Mulai dari mengikuti, mendengar dan menatap orang mencurigakan.

Diikuti dengan dia yang menghampiri bangku pojok kanan di perpustakaan. Lalu, dia tambah ngelunjak.

Dia nekat kesini malam-malam dan memainkan lagu Swan Lake. Aku telat menghentikannya saat itu aku berada jauh di taman. Aku baru menyadarinya saat si bego itu memainkan part terakhir.

Tapi ada yang aneh. Kenapa dia selalu celaka setelah melanggar salah satu peraturan?

Bahkan dia hampir tertimpa pagar besi. Juga ia terluka parah karena bertengkar, padahal setauku dia memiliki prestasi juara 1 pencak silat saat jenjang SMP.

Dan ada dua kejadian yang paling aneh.

Sehari setelah hampir tertimpa pagar besi, dia berlarian di sekolah dengan muka yang pucat pasi. Seolah-olah dia sudah melakukan kesalahan.

Bahkan setelah memainkan Swan Lake, aku melihat ia berlarian sendiri dengan sangat panik. Baru saja aku menaiki tangga, ia menabrakku. Dia juga terlihat sangat ketakutan, aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca dan meminta pertolongan.

Bukannya minta tolong, Jack malah terus berlari sembari menggenggam angin. Di saat itu, aku hanya bisa terdiam. Keheranan.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak itu? pikirku.

Keesokan harinya, aku melapor pada kepala sekolah dan tanpa sepengetahuanku Jack dihukum. Dihukum bersekolah di sekolah ini sampai dia kelas 11. Bahkan saat libur, dia tak boleh mengunjungi negara asalnya.

Itu tak masuk akal. Tentunya, aku memprotes kepala sekolah. Rasanya, kepala sekolah murka begitu aku memprotesnya.

Aku menghela nafas berat. "Dasar orang tua," gumamku.

Setelah itu, Jack mengurung di kamar, seorang diri. Terkadang, ia berteriak tengah malam. Aku pikir dia hanya bermimpi buruk. Tapi makin hari makin sering. Sampai-sampai saat ia akhirnya keluar untuk sekolah. Mata kantung nya terlihat sangat jelas.

Aku mengernyit. Sudah jelek, malah tambah jelek.

Parahnya lagi, nilainya menurun drastis. Dia juga sering kena teguran karena selalu tertidur nyenyak di kelas. Jack juga bolak-balik ke UKS karena laporan yang sama. Mimisan.

Ms. Lavender yang merupakan rekan kerjaku, merasa simpati pada anak itu.

"Poor that kid. I wonder what made him like that." Ia menempelkan tangan pada pipinya yang sedikit chubby.

"Maybe it's karma because he had broken the rules," celetukku.

"Karma's a bitch, I should've known better." Ia menyanyi sembari menggoyangkan tangannya dengan riang. Aku menggeleng pelan dan hendak membuka pintu.

"Hey!" Aku menoleh pada Ms. Lavender.

"Please keep an eye on Jack, I feel like there's something strange about his actions lately."

Aku terkejut mendengar kata-kata itu dari seorang guru paling muda yang terkenal karena kecantikannya dan kepolosannya. Heh, menarik.

Aku menarik sebelah bibirku, tersenyum semirik.

"Roger that!" Aku membuka pintu dan tak sengaja bertemu Jack yang hendak mengetuk pintu. Aku keluar dan menutup kembali ruangan Ms. Lavender.

"ANJIR! Oh, Mr. Beatriz? Ngapain di ruangan Ms. Lavender?" ucap Jack sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa memangnya?" Aku menatap dingin padanya, tak mau ia curiga.

"Malah balik nanya." Ini bocah kepo banget. Aku melengos dan segera pergi. Aku bisa melihat dari kejauhan, ia terlihat kesal.

Awalnya, aku tak curiga apapun sampai dia bertengkar dengan senior. Aku beranggapan kalau Jack berbuat onar, sepertinya aku salah kaprah.

Sam menjelaskannya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Sam ditindas dan Jack melindunginya, justru senior-senior itu lah yang melebihi batasnya.

"Hm, anak itu tak seburuk apa yang kupikirkan.."

Esoknya atau bisa kubilang hari ini, Jack tidak masuk sekolah karena sedang memulihkan dirinya. Yang tak disangkanya lagi, ia mempunyai dua teman baru, Abby dan Marlene.

Kalau Ms. Lavender tau, pastinya dia akan menghela nafas lega. Ia tipe guru yang memprioritaskan murid-muridnya.

"Heaven, you're here!" sapa seorang wanita. Aku menoleh padanya. Wanita itu memeluk tanganku, ia terus menempel padaku sembari terkekeh.

"What do you want, Elena?" Aku mengerutkan alisku.

Elena adalah pengawas, sama sepertiku. Ia terkenal di kalangan murid-murid karena kecantikannya yang ia punya. Rambut dan matanya yang berwarna hazelnut, terlihat mencolok di antara pengawas-pengawas lainnya. Bahkan ada beberapa murid-murid nakal yang mengincarnya.

"Nothing, i just need a partner to patrol here and i just remembered you're also patrolling here." Ia melepaskan pelukannya dan mulai berjalan mendahului ku. Aku mengikutinya.

"I hope, today will be a peaceful day." Elena meregangkan tubuhnya sedikit.

"HEY HEY!!" teriak seseorang sembari berlari-lari.

"It seems like your hopes didn't come true. Come on, let's help him!"

Elena cemberut. "Urgh, i'm a girl!"

"Tell me who to take this job?" Aku menoleh padanya sembari berlari.

"Shut up!"

✫✫✫

"Please, tell me the truth.."

[Art by ZoeZoevy]

Chapter 17 : Si mata ungu part 1

End

ꉔ꒤ꋪꇙꏂ꒯ ꇙꉔꁝꄲꄲ꒒ [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang