第二十二章

8 1 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Kira-kira udah dua jam lamanya Isa dan Sagara belajar bersama. Lebih tepat untuk dikatakan bahwa Sagara lah yang menerangkan materi sedangkan Isa hanya menyimak sambil mencatat beberapa poin-poin penting. Keduanya memilih lantai 19 yang terdapat working space dan komputer untuk belajar.

"Kamu udah ngerti belum materi matriks? Kalau ada yang belum paham bisa tanya ke aku. Ini video YouTube yang lagi aku putar sekarang bagus juga buat pembelajaran, jangan cuman nonton Doraemon di rumah, nonton ini juga biar masuk otak." Isa cemberut dengernya, males banget otaknya udah kepanggang abis belajar masih harus nonton video tutorial dari YouTube. No way! Waktu istirahat harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan jiwa dan raga Isa.

"Ih aku kan masih ada mata pelajaran lain juga. Kenapa kamu cuman ngajarin aku mat doang sih?"

"Aku ngerasa kamu kurangnya di mata pelajaran berhitung. Tempo hari aku lihat kamu presentasinya lancar-lancar aja, mata pelajaran hafalan kayak geografi dan sosiologi juga ngak aku kuasai. Aku ini anak MIPA." Terang Sagara. Pria itu mengeluarkan buku cetak matematika dari tas punggung Isa, dan meletakkannya di depan gadis itu.

Isa memijat kepalanya yang mulai berkunang-kunang, ia tahu pasti Sagara menyuruhnya untuk mengerjakan soal. "Ini, kamu kerjain 10 soal. Kalau semuanya bener, sesi hari ini selesai. Oh iya, kamu ada kelas matematika di hari Selasa dan Kamis kan? Setelah pulang sekolah, aku bakal kasih latihan buat kamu kerjain."

"Iya aku bakal kerjain, tapi dengan satu syarat."

"Apa syaratnya?"

Isa mengulum senyumnya, "Papaku sama mamaku kenal ketika mereka SMA. Papa bilang, dia jadi termotivasi untuk rajin karena mama. Dia pengen bisa kuliah di universitas terbaik bareng mama. Aku termotivasi sama cerita cinta mereka, aku harap cerita kita bisa kayak mereka. Aku pengen kamu nganggap aku lebih dari temen."

Sagara tersenyum simpul, mengganguk setuju mendengar syarat dari Isa. "Deal! Semester ini, kamu tunjukkin aku kalau nilai rapotmu naik, ranking 15 aja gimana? Kalau kamu bisa memberikan peningkatan sebesar itu, kita pacaran."

Semburat merah timbul di wajah Isa, dia ngak bisa ngeluarin satupun kata saking senengnya. Dia cuman bisa ngangguk kegirangan. "Aku juga mau kita kuliah di tempat yang sama. I will help you, don't worry."

"National University of Singapore, my dad told me to enter that university. Can you...will you enter with me?" Sagara berdeham ragu, tatapan matanya lurus ke manik Isa penuh harap.

Isa menunduk malu, ia jadi ngerasa ada chance besar buat pacaran long last sama Sagara. Tapi disisi lain dia juga ragu kalau dia bisa masuk universitas bergengsi, luar negeri lagi! Dia aja ngak yakin bisa masuk di universitas negeri top di Indonesia, gimana kalau di Singapura yang notabenenya anaknya pasti lebih pinter-pinter?

𝙰𝚗𝚍𝚊𝚒 𝙰𝚔𝚞 𝙽𝚘𝚋𝚒𝚝𝚊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang