.
.
.
.
.Malam harinya, keduanya pulang ke kediaman Iswari. Di halaman belakang rumah, sudah datang terlebih dahulu Michio. Pria itu tengah mempersiapkan daging yang akan dibakar, sedangkan kekasihnya baru saja masuk ke dapur untuk mengambil marshmalow.
"Ciciii!!" Teriak Kalisha begitu masuk ke dalam rumah, maniknya celingak-celinguk mencari keberadaan sang Cici. "Heh udah malem jangan teriak-teriak. Ini bawain makanan nya ke halaman belakang ya de." Nickhun menyambut kedatangan Isa dan Sagara, menyerahkan beberapa kantong berisi makanan pada keduanya.
"Oh iya, papa udah siapin hadiah spesial buat kamu sama Ita. Selamat ya sayang, kamu akhirnya bisa nyusul cicimu. Makanya cari pacar harus pinter, yang ngebawa pengaruh positif, itu baru anak papa." Muka Isa ngeblush seketika, apalagi tatapan papanya yang natap dia sama Sagara bergantian seakan mengejek. "Iya iya, ditunggu hadiahnya pa. Pokoknya kita harus liburan ke Korea."
"Korea Utara ya sayang, siap." Nickhun tertawa sembari menjauh ke arah kamar.
Isa mencebik kesal, namun ia tetap membawa tungkainya ke halaman. Menyapa Chio yang tengah mempersiapkan panggangan. Terlihat begitu banyak daging di atas meja. Isa menggeleng pelan, mamanya ini mau pesta atau barberque-an sih? Sebanyak ini apa bisa abis?
"Oi Sagara, kamu kesini juga. Ayo kita duel, aku masih gak rela ya rankingku stuck di dua ngak pernah naik-naik. Aku tuh males sekelas sama kamu mulu, kenapa sih guru-guru selalu masukin aku di kelas yang ada kamunya. Kalau nga kan aku setidaknya bisa ranking satu di kelas. Awas aja kalau naik kelas ini kita masih bareng!" Baru aja dateng, Ita udah ngomel-ngomel. Mukanya masem abis rapotan, beda banget sama Isa yang cerah seharian ini.
"Udahlah, yang penting kan kamunya tetep ranking. Meskipun kamu ngak juara satu di sekolah, kamu tetep juara satu di hati aku." Michio menenangkan hati sang kekasih.
Sementara Isa udah mau mual dengerin omongan Michio, "Uwek, basi ko gombalan nya."
Michio menyipitkan matanya, memandang Isa sebal. "Sirik aja kamu, dasar jomblo akut."
"Idih, aku udah ngak jomblo. Aku punya pacar, yang ngak cuman jadi tukang ojek kayak Koko." Isa menaikkan sebelah alisnya, tersengat penuh kemenangan saat menunjuk ke arah Sagara.
"Enak aja kamu samain aku sama tukang ojek " Michio ngebalas ngak terima.
"Cici kan nyari kamu pas pulang sama pergi aja."
"Daripada kamu—"
"Udah udah, ribut apaan sih ini. Kita kan disini mau ngerayain anak-anak cantiknya papa yang pinter-pinter ini. Makasih ya Michio, Sagara, kalian mau dateng." Nickhun menengahi pertikaian keduanya sebelum suasana bertambah panas.
"Makasih juga udah mau jagain anak-anak Tante ini, padahal mereka kayak maung." Victoria menambahkan. Setelahnya, mereka mulai menyibukkan diri dengan memanggang dan menyiapkan piring.
Canda tawa mulai kembali terdengar ketika mereka menyantap makan malam. Tidak lupa juga Ita memanggang marshmalow yang diambilnya dari kulkas. "Michio, kamu hebat banget keterima HI. Selamat ya! Ci, kamu tahun depan mau masuk sana juga kan, tingkatin prestasimu biar bisa keterima di UI." Victoria menyikut lengan putri tertuanya.
"Iya ma, aku bakal masuk sastra kayaknya tahun depan."
"Loh kamu anak MIPA kok berubah haluan ke sastra?" Victoria bertanya kaget. Ita mengendikkan bahunya bingung, "Cita-citaku ketemu oppa-oppa koriah ma."
"Ngak ada! Ngak ada masuk Sastra Korea, masuk teknik aja kamu biar pinter. Lagian ke Korea, kita kan minggu depan ke sana. Ngak usah masuk yang aneh-aneh ci." Ita cemberut mendengar ketidaksetujuan sang mama. "Kupikir iya juga ci, u kan pinter itungan, mending ambil statistik jadi data analis, atau masuk yang lebih bergengsi gitu yang sesuai sama jurusan u sekarang." Isa menambahkan.
"Masih ada setahun Ta, kamu bisa mikir baik-baik mau milih jurusan apa yang sesuai minatmu." Lagi-lagi Michio menenangkan Ita yang resah memikirkan arah tujuan hidupnya.
"Jurusan kuliah ngak menentukan pekerjaan di masa depan." Manik Ita berbinar-binar mendengar pembelaan dari Sagara. "Iya kan, aku setuju sama itu. Kenapa ya orang Indonesia selalu beranggapan jurusan yang kita ambil nentuin pekerjaan, padahal kan kita kuliah untuk menambah wawasan."
Sagara mengganguk setuju, "Semua kembali lagi ke mindset pribadi masing-masing sih. Kuliah itu ngebentuk pola pikir, pribadi dewasa, dan juga pengetahuan. Kalau kamu punya skill yang bisa diasah, ditempatkan dalam pekerja apapun kamu pasti bisa."
"Memangnya kamu mau masuk mana Sagara?" Nickhun bertanya.
"National University of Singapore om"
Isa dan Ita ternganga ngak percaya. "Sa, levelan u sih ngak bisa nyusul masuk ke sana sa. IQ u terlalu cetek." Celetuk Ita tiba-tiba. Isa mengangguk setuju, ia percaya kemampuan nya ini ngak cukup baik buat bisa masuk salah satu universitas top dunia, apalagi IP disana bisa sampai 5. Apa nanti kalau disana IP dia cuman 2,3 upss.
"Ngak perlu khawatir Sa, aku akan mempersiapkan kamu dengan baik selama kelas 12. Tante, om, aku janji bakal bikin Isa masuk ke sana bareng aku." Nickhun menggeleng ngak percaya. Gimana anaknya yang agak-agak ini bisa tembus PTLN, kalau PTN aja belum tentu bisa.
"Makasih untuk janjinya, tapi jangan terlalu kepresure ya sayang. Mama yakin Isa bisa, tapi jangan sampai stress ya. Mama ngak mau ngirim anak ini ke rumah sakit jiwa." Isa mendelik kesal, kata-kata mamanya ini nusuk sampe jantung loh.
"Ma..."
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚗𝚍𝚊𝚒 𝙰𝚔𝚞 𝙽𝚘𝚋𝚒𝚝𝚊
Short StorySiapa sih yang nggak tau tentang Nobita? Si tokoh utama dari serial kartun masa kecil kita semua, Doraemon. Nobita diceritakan payah dalam semua hal, bodoh, dan punya banyak kelemahan. Dia polos, lugu, naif, penakut dan juga sering ngeluh. Orang mun...