第二十五章

10 1 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.

Isa ngelamun di kelasnya. Tak terasa kini ia telah berada di tahun terakhir SMA. Dia memikirkan bagaimana dia menghabiskan waktunya di masa-masa yang kata orang merupakan masa yang paling menyenangkan di bangku sekolah, dengan pertemanan dan juga cinta monyetnya.

Soal teman, dia memang tidak memiliki beberapa. Namun soal cinta monyet, dia punya Sagara sebagai rekan yang mengukir kisah indahnya di SMA. Mungkin tanpa kehadiran Sagara, masa SMAnya seabu-abu seragam yang tengah dikenakannya kini.

Gadis yang beranjak 17 tahun itu mengulas senyum, dia melambaikan tangannya ke arah pintu di mana Sagara berjalan mendekat ke arahnya. “Apa yang kau lakukan sendirian di sini? Seharusnya kau pergi dengan Talitha.”

“Ke mana lagi? Aku sudah bosan menghabiskan waktu di taman dan kantin. Lagipula di rumah aku selalu melihat dia, aku sudah bosan bersamanya bertahun-tahun.” Isa mengendikan bahunya acuh.

Dia tidak serius membenci Ita, baginya kembarannya itu adalah segalanya. Namun dia bosan melihat kembarannya itu di manapun dia berada. Kenapa terus terusan ada Ita, Ita dan Ita. Membosankan.

“Kalau nanti kau berpisah dengannya karena suatu alasan, kau akan mulai merindukannya.” Sagara membalas. Gadis itu langsung memalingkan mukanya ke arah Sagara, tidak percaya pria itu mengatakan hal yang begitu horror.

Sagara berdeham begitu merasa suasana berubah hening, menyadari perkataannya barusan mungkin membuat Isa marah. “Bukan begitu maksudku Isa. Bila kita diterima di NUS nanti, kau akan berpisah dengan Talitha untuk sementara waktu.”

Hanya jika aku diterima.” Balas Isa penuh penekanan, ia tidak punya kepercayaan diri itu. Dia percaya dirinya tidaklah bodoh, namun dia sadar diri kapasitas otaknya tidak sebanding dengan Sagara untuk bisa masuk di universitas top Singapura. “Aku akan membantumu, aku sudah mengatakan hal itu beribu kali, apa kau tidak percaya padaku?” Di saat kedua manik mereka saling bertemu, Isa yang pertama kali memutus kontak mata.

“Kau tidak perlu menaruh seluruh ekspetasi berat itu padaku, kau tahu? Aku takut bila pada akhirnya aku mengecewakan semua orang.”

“Pada akhirnya, ini adalah pilihan hidupmu. Ini hidupmu, kaulah yang bertugas mengatur ke mana kau akan melangkah. Tidak perlu berekspetasi, aku juga tidak menaruh beban itu di bahumu. Aku hanya ingin kau tahu, aku ada di sini mendukungmu, demikian pula keluargamu. Kini kau hanya perlu berfokus pada prosesnya, bukan pada hasil akhirnya. Tidak ada yang akan kecewa bila kau berusaha, sungguh.” Bahunya yang ditepuk beberapa kali oleh Sagara membuat Isa sedikit tenang. Perkataan kekasihnya itu benar, mengapa ia harus takut orang-orang kecewa akan hasil akhirnya. Tapi...

Ada satu hal yang membuat Isa khawatir, “Jikalau aku tidak masuk NUS bersamamu, apa kau tetap akan mempertahankan hubungan kita?”

Pria itu terkekeh pelan, “Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, aku tidak akan bermain serong di belakangmu. Meski nanti kita harus LDR sekalipun, aku akan tetap menjaga hubungan kita dengan baik, sebagai sepasang kekasih. Tapi kini...kau harus berjanji padaku kalau kau akan berusaha keras agar kita tetap bersama”

Sagara menyodorkan jari kelingkingnya, menunggu sambutan dari Isa yang tetap ragu-ragu. “Aku mau kamu bilang iya.” Tak kuasa menunggu Isa yang membatu di tempat, Sagara menarik kelingking sang kekasih. Pingky promise, “Aku akan berusaha...semampuku.”

Keduanya selalu melakukan kencan di kelas atau perpustakaan bila waktu istirahat tiba, mereka akan belajar bersama. Tak jarang Sagara menyempatkan diri mampir ke rumah si kembar untuk belajar bersama kedua kakak beradik ini. Namun kini, Victoria tidak lagi memusingkan uang tutor yang harus ia bayarkan pada Sagara, pria itu menolak dibayar.

Sagara mengerti bila gadisnya perlu istirahat. Di akhir pekan, ia akan mengajak Isa pergi keluar untuk sekedar menghirup angin ataupun pergi menonton film di bioskop. Isa tak lagi merasa kesepian, tak lagi merasa rendah diri karena merasa berbeda dari Ita—semua ini berkat Sagara.

Pria itu selalu menanamkan kepercayaan diri padanya. Siapa sangka pria jenius yang sedingin kulkas ternyata di dalamnya penuh dengan kehangatan. Isa bersyukur Sagaralah yang menjadi kekasihnya.

.
.
.

Beberapa bulan berlalu semenjak percakapan mereka terakhir kali kini telah sampailah mereka di penghujung tahun.

Selayaknya sekolah SMA swasta pada umumnya, sekolah mereka memberikan banyak jam kosong setelah ujian berakhir yang digunakan untuk beristirahat dan bermain di kelas.

Namun Isa berbeda, di liburan akhir tahun ini ia akan mengumpulkan perlombaan essay pertamanya.

“Kalisha berubah drastis ya semenjak deket sama Sagara, hahaha duo nolep berbarengan jadinya gini ini”

“Tapi Kalisha jadi gak pernah tidur di kelas lagi, jadi rajin dan masuk ranking 10, gilaaa

Sutt! Orangnya lagi di kelas, kalian malah gibahin kenceng-kenceng”

Isa mutusin buat nutup kupingnya rapat-rapat. Apa gunanya mendengar celotehan manusia ngak bermutu? Waktu-waktu terakhirnya di SMA harus dia pergunakan sebaik-baiknya. Gadis itu tersenyum melihat essaynya yang nyaris jadi, ahh dia harus menang!

Dia tidak memiliki banyak perlombaan yang diikuti, ia iri dengan Ita yang tidak perlu khawatir akan sertifikat dan portofolio, karena kembarannya itu sudah sering mengikuti lomba. Sagara apa lagi...
Dia tidak perduli bila dikatakan nolep sekalipun, karena kenyataannya memanglah demikian. Ia tidak punya teman dekat di kelas.

“Bila bukan karena Sagara, mungkin aku sudah membenci masa SMAku setengah mati.” Gerutu Isa. Selama setengah jam selanjutnya ia kembali mengerjakan essaynya hingga selesai.
Senyuman mengembang di wajah Isa melihat hasil karyanya. Pertama kalinya ia menyelesaikan sesuatu hingga tuntas, ia bangga pada dirinya sendiri.

“Bahkan Nobita pada akhirnya menjadi seorang ilmuwan sukses. Dia bukannya tidak menjadi apa-apa—dia adalah pencipta Doraemon. Aku pun bisa menjadi sepertinya, aku akan menjadi orang yang hebat di masa depan. Kamu bisa Isa, pasti bisa..”

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙰𝚗𝚍𝚊𝚒 𝙰𝚔𝚞 𝙽𝚘𝚋𝚒𝚝𝚊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang