Bab 2

476 56 11
                                    

Selain menyebalkan, sepertinya Yumiella Kataleeva harus menetapkan Sakura Haruka sebagai sosok yang menyusahkan.

Harusnya ini tidak menimpanya, harusnya bukan dia yang terlibat kesulitan ini.

Harusnya bukan dia yang bertarung dengan berandalan-berandalan bajingan ini, sialan!

Yumi terus mengumpat dalam hati, sepertinya ini juga karena kebodohannya di Kafe Photus tadi, yang entah bagaimana membuat Sakura tertahan di sana lebih lama disaat seharusnya berpapasan dan berakhir perkelahian epik dengan begajulan sialan ini. Mungkin itu  menciptakan semacam...butterfly effect? Entahlah.

Namun, beruntungnya tak lama dari itu Sakura menyusul bersama Kotoha yang tak henti menyerukan daijoubu desu ka?” setiap kali dirinya kena pukul.

Yumi menggiring tubuhnya mundur sepanjang tangkisannya pada musuh. Sengaja, karena dia bermaksud mendekat pada Sakura. “Selesaikan lebih cepat, Haruka,” ucapnya pada Sakura dan dibalas lirikan dalam dari pemuda yang sedang menangkis serangan itu.

Posisi keduanya saling memunggungi dan Yumi segera menambahkan, “aku ingin muntah.”

Perutnya memang bergejolak karena saat mulai bertarung dia belum lepas dari rasa kenyang. Dan apa yang diharapkan dari melakukan banyak gerakan setelah makan selain mual? Yumi bahkan dapat merasakan cairan bercampur makanan yang naik ke tenggorokannya. 

Dirinya hampir mencapai batas.

Dengan cepat intensitas bertarung Yumi meningkat, jika sebelumnya ia dalam posisi bertahan, kini dia mendominasi serangan. Lawan bertarungnya sampai kesulitan mengimbangi, terkejut karena gadis mungil di depannya ini memiliki kecepatan dan ketepatan serangan yang tak biasa.

“Bajingan, mengacaukan hariku saja!”

Tangan kanan Yumi meregut leher pemuda yang terkulai di kakinya, berniat membuatnya pingsan dengan cekikan. “K-kau…” rintih sang lawan yang berusaha meraup nafas di tengah hantaman sesak.

Kesibukan itu tidak membuat insting Alisha Bagita dalam dirinya tumpul, menyadari serangan lain, tangan kirinya terangkat dan menahan pergelangan seseorang yang berniat menusuknya dari belakang. Segera ia lepaskan pemuda yang berhasil dia buat pingsan dan fokus pada si pembawa pisau. Ditekannya kuat pergelangan lawan hingga pisaunya terjatuh setelah bunyi ‘krakk’ tulang patah sembari tangan dan kaki Yumi memberi serangan pada titik vital secara bergantian.

Inilah systema, bela diri yang diciptakan memang untuk situasi kalah jumlah dan senjata seperti ini. 

Mengandalkan insting naluriah dan kekuatan hingga tercipta gaya bertarung alami, bebas tanpa aturan ketat, atau batasan selain moral. Dengan target serangan berupa titik vital, systema mempermudah penggunanya melumpuhkan lawan dengan cepat.

“Kau masih sanggup?!” Teriak Sakura.

“Aku beneran ingin muntah!” Sahut Yumi.

Sakura turut semakin beringas dalam memukul. Gerakannya semakin kasar dan menggila penuh semangat.

“Lemah,” Yumi merutuki kondisi tubuhnya sendiri.

Setinggi apapun keterampilan bertarung yang dimiliki Alisha Bagita, tetap harus diselaraskan dengan kondisi tubuh yang kuat dan prima. Yumi masih bisa menjaga kestabilan nafas dan postur tubuh, tetapi gerakannya jauh dari yang diharapkan walau tetap berhasil melumpuhkan lawan.

Flower of Bofurin || Wind BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang