Bab 6

282 49 19
                                    

Fokus dengan tatapan penuh mengarah ke ponsel. Perempatan siku-siku terlukis di dahi kala atmosfer tegang merayap ke tubuhnya, nafasnya sesekali dia tahan, berdecak lalu tak lama mengukir seringai. Jemarinya lihai menekan layar dengan ponsel yang digenggam secara horizontal itu dia putar stabil ke kanan dan kiri mengikuti gerak animasi mobil yang terpampang di layar ponselnya. 

Saking fokusnya, Yumi tak menyadari dua pemuda di sebelahnya yang mulai mendekatkan wajah, ikut menyimak apa yang Yumi lakukan. Bahkan saat intensi permainan semakin sulit karena akan mencapai garis finish yang membuat Yumi tanpa sadar tak lagi hanya memutar ponsel, tapi juga memiringkan tubuhnya ke kanan dan kiri pun juga diikuti kedua pemuda itu. 

Dahi mereka berkerut tegang saat animasi mobil yang Yumi kendalikan hampir menabrak mobil biru di depannya. Tapi skill Alisha Bagita dalam memainkan permainan semacam ini jauh dari kata jelek. Dengan lihai ia menghindari mobil lain, menyalip seraya menekan ikon Nos untuk menambah laju mobil. 

250M…200M…100M…50M…dan—

finish.

Hah!”

Menghela nafas lelah sambil menyimpan ponsel di atas paha, otot bahunya sangat tegang, untuk itu Yumi segera bersandar pada kursi. Saat itulah dia menyadari jarak dua pemuda yang sangat dekat dengan dirinya.

Nandayo ne?”

Sugishita berjengit, begitu pula Nirei.

Usai menjambak rambut Si Bajingan Umemiya, Yumi segera memisahkan diri dengan pindah ke barisan berisi Sakura, Suo dan Nirei. Tindakannya ini tentu diikuti Sugishita bagai anak ayam membuntuti induknya, tak lupa tas abu-abu yang masih dia tenteng. Dan kini ia diapit dua pemuda yang menatap penuh binar padanya.

“Apa nama game-nya, Yumi-chan? Kau mahir sekali memainkannya!” Nirei mengeluarkan ponselnya dari balik saku, “ajari aku, ya, Yumi-chan.”

Yumi menoleh ke kanan tatkala satu tangan lagi tampak mengeluarkan ponsel, itu milik Sugishita. Pemuda berambut panjang itu tak bicara sepatah kata pun, tapi tatapannya menyiratkan segalanya. Sang puan mendengus geli kala merasa dua pemuda di sisinya seakan memiliki telinga anjing imajiner di kepala. Lantas ia mengurut pangkal hidung guna mengenyahkan bayangan tersebut. Sepersekian detik sudut bibirnya menarik seringai. Matanya berkilat jenaka.

Sesaat kemudian ia sudah menunjukan game lain di ponselnya pada Nirei dan Sugishita. 

“Meski terlihat sederhana, permainan ini melatih kesabaran, ketekunan, dan ketajamanmu saat mengambil keputusan untuk membelanjakan koin. Salah-salah, kau bisa berada dalam masa terpuruk, kekurangan koin dan sulit naik level.” Suara ayam dan sapi turut menyapa rungu mengiringi penuturan Yumi. Jempol gadis itu menyentuh layar, menggerakkan ikon benih kentang untuk ditanam.

 Jempol gadis itu menyentuh layar, menggerakkan ikon benih kentang untuk ditanam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Untuk mencapai level 20 saja bukanlah hal yang mudah,” sambung Yumi.

Diam-diam Yumi tergelak dalam hati, ekspektasinya dua berandal ini dibuat kecewa, dan beranggapan Yumi tak sekeren itu setelah menunjukkan permainan beternak dan berkebun. Mengenyahkan keinginan untuk diberi tutor bermain balap mobil. Dia enggan jika harus repot-repot mengajari dua berandal ini saat dirinya sedang ingin fokus naik level.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Flower of Bofurin || Wind BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang