Bab 4

492 55 28
                                    

Holla!

Kita ketemu lagi, maaf ya harus jeda beberapa hari baru Up lagi.

Percaya gak percaya, bab kemarin itu sedikit mempengaruhi aku.

Lagi mandi~
Ume: Yumi-chan!

Lagi makan~
Ume: Aku gak tau rasanya akan semanis ini~~

Seketika kayak nyesel udah bikin Umemiya begitu, woy!

Waktu ngetik aja udah ngeri. Apalagi pas memposisikan diri jadi Yumi. Aku sampe makan pecel lele pake sendok saking kebayang jari Umemiya masuk mulut Yumi.

Ngeri woylah o(╥﹏╥)o

Makanya untuk bab ini santai² dulu aja ya~

Happy reading( ˘ ³˘)❤

—————————————————

Dia sedih,

Hingga kristal benih menganak sungai di kedua pipinya. 

Dia marah,

Hingga menggigit kuat bibir bawah demi menyalurkan amarah, enggan memaki, karena hasrat menghabisi jauh lebih tinggi.

Dia bingung,

Bertanya-tanya, seharusnya tidak begini, kan? Sekeras hati benaknya memaksa otak bekerja dengan harap akan menemukan kausalitas dari kejadian ini.

Tapi nihil.

Nyaris tanpa celah tuk menemukan alasan kenapa dia harus mendapat perlakuan seperti ini.

Untuk itu, di kala gundah gulana menyapa jiwa, Yumi tertatih di bawah senja. Aliran darahnya meletup karena amarah, durja ayu itu tak mengukir satupun riak. 

Dadanya naik turun seiring jarak yang terkikis antara dirinya dan kerumunan di depan sama. Tampilannya acak-acakan dengan rambut terurai, tak lagi diikat hanya demi menutupi bitemark yang tumpang tindih dengan lebam. Tubuhnya dibalut blazer panjang kebanggaan Sang 01 di Fūrin. 

Ya, Yumi memakai itu kendati hatinya menjerit ingin membakar benda sialan itu sekaligus pemiliknya. Namun dunia sedang ingin bercanda, sebab Yumi harus terus terpaksa memakainya demi menutupi tembusan darah. Ah, bukan nodanya yang Yumi khawatirkan, melainkan bau darah menstruasinya amat menyengat. 

Oleh sebab itu, blazer Hajime Umemiya adalah satu-satunya penyelamatnya untuk pulang dan membuat seragam miliknya tergantung kusut di tangan kiri. Tak peduli jika si pemilik blazer akan memandangnya penuh kemenangan.

“Y-Yumi-chan! Astaga, mengerikan sekali kondisimu!”

Nirei lebih dulu menyadari keberadaannya, memancing para jantan yang sebelumnya bersitegang itu menoleh ke arahnya. Tatapan Yumi masih sama, tanpa riak disertai air mata yang belum jua henti.

“Ada apa denganmu, gadis bodoh?” 

Sakura beringsut mendekat lalu mengguncang-guncang tubuh sang gadis. 

Flower of Bofurin || Wind BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang