Chapter 6

101 20 0
                                    

Di tingkatan itu hanya ia berdua dengan teman laki-lakinya. Anak laki-laki itu, ia lupa siapa namanya. Anak itu sama sekali jarang berangkat dan hanya ia seorang yang berangkat.

Lalu kalau hanya ia yang berangkat apa yang ia lakukan sekarang? Yang ia lakukan adalah menyanyi sendiri di latih bersama dengan guru laki-laki itu.

Gurunya juga lumayan baik dan sabar, beberapakali Anna tidak bisa yang mana pria itu membantunya dan berusaha agar ia bisa menyanyi bahkan  dengan suara tinggi.

Anna sudah bisa melakukan nya dan ia ingin seperti idola nya uang bernama Whitney Houston dan Celine Dion yang mampu nada tinggi dan Anna dalam kategori suara lembut yang terkadang suara dalam nada tinggi itupun sampai pada akhirnya suaranya habis dan tak terdengar.

Susah-gampang kalau suara dengan nada tinggi. Bahkan dia hampir kesulitan bernafas.

Di kelas nya memang sangat sepi dan hanya ia seorang yang berangkat ke kelas berbeda tidak seperti pada di tingkatan terakhir yang banyak murid nya.

Selain menyanyi ia pun diajarkan untuk bermain Piano dan Biola, untuk Biola Anna masih sangat kaku dan nada yang dihasilkan juga sama tidak bergairah nan lembut. Memang Biola agak sulit dimainkan dan meski Anna sudah bisa pun dia masih perlu belajar lagi agar nada yang dihasilkan tidak lah kaku.

Untuk Piano Anna sudah jago, tanpa melihat ke buku not pun ia hafal dengan nada yang dimainkan nya. Kata guru nya ia lebih kearah dominan Piano.

Selama ini di tempatnya sering mengadakan acara pertemuan wali murid dengan mempersembahkan anak-anak untuk memainkan alat musik atau menggelar sebuah pertunjukan seperti di opera.

Anak anak akan menunjukan hasil belajarnya selama ini dalam keterampilan nya menyanyi dan memainkan alat musik, Anna menyanyikan lagu berada di barisan depan dan di depan nya terdapat sebuah mic agar suaranya terdengar jelas.

Katanya suara Anna bagus dibandingkan dengan yang lain.

Pertemuan diadakan sebanyak 2 kali dalam 6 bulan bahkan pernah hanya setahun sekali.

Ketika anak anak tingkatan terakhir lulus yang mana kemudian mereka mempersembahkan pertunjukan yang lebih heboh lagi dan mengundang seluruh orang untuk melihat mereka tampil.

Ia hanya menonton saja bersama dengan teman yang lain berada di tingkatan awal, sedengan, maupun hampir akhir. Pertunjukan itu baik secara perkelompok maupun perorangan dalam bentuk sopran.

Tahun depan giliran Anna yang bakal lulus dari les choir  dia yang sebetulnya sudah lelah mengikuti les karena bosan maupun perlakuan dari teman-teman nya yang masih tak ia terima begitu saja.

Dia sudah minta ke Mama nya untuk berhenti les tapi tampaknya mama tidak menghiraukan nya dan tetap menyuruhnya untuk berangkat les sampai ia lulus.

Dulu pada saat pertengahan tingkat ketika Anna tidak mau berangkat maka mama akan mengancamnya untuk berhenti les tapi Anna menolak dan janji ia akan rajin berangkat walau dalam keadaan yang sangat terpaksa.

Bukan berarti dia tidak mau melayani Tuhan, dia masih tetap mau melayani Tuhan sampai akhir hayatnya. Dia hanya jenuh, bosan apalagi di tingkatan ini hanya ia seorang yang berangkat. Teman laki laki satunya lagi juga malas-malasan berangkat.

Tidak mau berangkat les, dia hanya sibuk dan fokus untuk tetap sekolah. Titik, pokoknya begitu.

Hubungan ia dengan teman dan keluarganya juga buruk bahkan hancur. Dia yang sudah lega tidak mendapatkan intimidasi dari tempat les nya namun ia harus mendapatkan intimidasi dari tempat lain yaitu di sekolah dan di rumah.

Semuanya ia terima dan Anna menyimpan nya sendiri, rasanya sakit sekali bahkan ia hampir gila mengingatnya. Dia tidak tahu harus bercerita kepada siapa-siapa lagi dan menurutnya tidak ada orang yang di percaya untuk menyimpan ceritanya bahkan tidak ada orang yang mau mendengarkan bahkan membela.

Merangkulnya ketika ia mendapat masalah, apakah ada orang yang seperti itu jelas tidak ada di kehidupan nya.

Dia sudah lelah dengan apa yang di terimanya, dia tidak sanggup untuk menghadapinya.

Teman, keluarga, tetangga, semua orang bahkan guru yang disini tampak baik hati pun sudah ia anggap jahat.

Semua orang itu jahat dan kenapa hanya ia yang menjadi korban bully dari kubu yang berbeda.

Tuhan, apa salahnya? Anna menangis tanpa suara bahkan ia ingin menjerit tapi tidak bisa. Semakin ia menjerit dia akan dibentak dan dianggap berisik oleh keluarganya bahkan bisa jadi dianggap gila.

Jangan teman nya yang selalu menghina nya idiot atau dan lain-lain sebagainya bahkan teman nya pun demikian sama selalu menghina nya bahkan lebih-lebih. 

Anna selalu dibanding-bandingkan, di rendahkan bahkan menjadi korban fitnah.

Hingga ada sesuatu yang terlintas di pikiran nya.

Menabrak.

Menabrakan diri.

Itu adalah ide yang bagus, dia sudah gila bahkan tersenyum lebar membayangkan bagaimana ia berlari di jalan raya dan berhadapan dengan kendaraan besar, sensasi darah dan tubuh hancur yang berhamburan kemana-mana.

Gadis ini sudah kehilangan akal sehat, dia sudah berpikiran mati dan mati. Dia tidak mau hidup lebih lama lagi, dia akan bebas dari penderitaan yang dialaminya.

Sekarang juga ia akan pergi menuju ke jalan raya, Anna begitu sangat berterimakasih dengan mendiang teman les choir nya, karena ia yang menginspirasi nya untuk bunuh diri dengan menabrakan diri di depan kendaraan besar.

ANNA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang