Part 1

98 10 0
                                    

Boun Noppanut, CEO muda yang tampan dan berkharismatik itu memasuki lobby kantornya dengan santai, ia menuju lift yang terlihat ramai oleh karyawan yang juga baru sampai kantor dan akan menuju ruangan masing-masing.

"selamat pagi pak" sapa seorang karyawan ketika melihat Boun menuju ke arahnya lebih tepat ke arah lift di dekatnya. Boun hanya melihat karyawan tersebut tanpa membalas sapaannya. Lift yang terbuka tepat sesaat setelah Boun tiba membuat karyawan yang tadinya juga akan menaiki lift pun mempersilahkan Boun menaiki lift itu terlebih dahulu. Boun tanpa ragu memasuki lift lalu menekan lantai 17 yang merupakan lantai tertinggi di gedung itu dan hanya terdapat ruangannya dilantai tersebut.

Tinggg

Boun yang tersadar dari lamunannya  menatap pintu lIft yang telah terbuka, ia pun melangkah memasuki ruangannya. Lagi dan lagi Boun harus bekerja diruangan ini dengan segala hal membosankan di dalamnya. Boun menatap beberapa dokumen yang telah tersusun rapi diatas meja kerjanya membuat Boun menghelah napas singkat.

"Pagi pak, saya akan membacakan jadwal anda hari ini" Boun yang baru saja mendudukan dirinya di kursi kerjanya menatap tajam seorang pria yang merupakan sekretarisnya itu.
"kau masih tidak memahami apa itu sopan santun?" tanya Boun dengan nada yang terdengar sedikit kesal. Mendengar pertanyaan Boun, pria itu hanya tersenyum sambil mengaruk kecil tengkuknya.

"maafkan saya pak, saya lupa mengetuk pintu terlebih dahulu" Pria itu lalu menyodorkan tabnya ke arah Boun, pria itu satu-satunya orang yang terlihat tidak takut dengan Boun, ia malah sering mambuat Boun kesal. Sebenarnya Boun ingin sekali memecatnya karena ia tidak memiliki sopan santun sama sekali ke Boun namun karena ia sudah bekerja cukup lama dan sangat setia, Boun jadi menahan dirinya untuk tidak memecat sekretarisnya itu. 

"hari ini kita tidak ada meeting penting pak, tapi besok akan ada penyambutan untuk mahasiswa magang" sekretaris Boun menjelaskan beberapa detail penting jadwal Boun beberapa hari kedepan.

"untuk penyembutannya, kau saja yang pergi" Boun menatap sekretarisnya. Ia sebenarnya bisa saja datang pada penyambutan itu tapi ia merasa ada pekerjaan yang lebih penting yang bisa ia selesaikan dari pada penyambutan yang tidak begitu penting baginya.

"anda yakin pak?" pria yang merupakan sekretaris Boun tersebut sebenarnya tidak merasa heran dengan ucapan atasannya itu namun tidak untuk kali ini juga. Setiap tahunnya selalu ia yang mewakili acara seperti ini, padahal banyak yang mengharapkan kedatangan CEOnya itu.

"lakukan saja" balas Boun yang kembali pokus menatap berkas-berkas di depannya.

"baik pak" percuma saja menentang atau bertanya ke pada CEOnya itu, manusia cuek dan egois dan terkadang marah-marah tidak jelas itu tidak akan goyah akan apapun jika sudah memutuskan suatu hal.

"apa anda butuh hal lain lagi?" Sekretaris Boun memastikan tidak ada yang dibutuhkan Boun lagi sebelum ia kembali ke ruangannya yang sebenarnya berada di depan pintu ruangan CEOnya tersebut.

"tidak" jawab Boun tanpa menoleh sedikit pun, hal biasa yang dialami setiap hari oleh sekretarisnya Boun itu.

Setelah si sekretaris menyebalkannya itu meninggalkan ruangan Boun, Boun menatap layar ponselnya yang sedari tadi berdering tidak jelas. Perasaan dia tidak mengenal orang yang selancang ini dengan terus menerus meneleponnya seperti ini. Saat di perhatikan dengan jelas, Boun merasa tidak mengenal nomor yang terus menelponnya.

"Hallo" kata pertama yang boun dengar setelah menekan tombol terima panggilan pada ponselnya.

"Sam, apa kau mendengarku?" ucap seseorang diseberang telepon  itu.

"Sam, hallo" lagi-lagi Boun hanya terdiam menatap ponselnya yang terus terdengar sesorang memanggil orang yang bernama Sam. Boun tidak mengenal siapa orang itu dan siapa yang dipanggil Sam oleh orang itu.

MY LAST HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang