Part 8

35 4 0
                                    

Prem melirik ke arah jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul empat sore, sebentar lagi pulang pikirnya. Sedari tadi ia hanya banyak melamun, memikirkan apa yang akan ia hadapi di keesokkan harinya, ia takut Boun akan mengeluarkannya karena berani-beraninya ia bersikap seperti itu pada CEO perusahaannya ini. Ingin menangis rasanya tapi Prem tidak tau harus menangis dengan bagaimana.

Sementara Boun merasa sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan pada Prem, ia jadi tidak pokus bekerja. Sedari tadi ia hanya memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika bertemu dengan Prem, haruskah ia meminta maaf atau ia cukup bersikap cuek saja, mana yang akan ia lakukan, Boun bingung dengan semua kemungkinan yang akan terjadi.

Kini Boun yang menatap kearah jam tangannya, terlihat jam sudah menunjukkan pukul lima lebih. Ia bergegas berdiri dari duduknya, mengambil asal jas nya berjalan meninggalkan ruangannya.

"loh pak mau kemana?" Mike yang kaget melihat Boun keluar dari ruangannya, biasanya bosnya itu tidak akan meninggalkan ruangannya sebelum jam kerja berakhir, apa ada hal penting? tapi tidak mungkin, Mike pasti tau jika terjadi sesuatu dengan bos nya itu.

"diam lah!" perintah Boun yang tau Mike pasti akan mengikutinya

"saya akan pulang awal hari ini" lanjut Boun menatap kearah Mike yang menghentikan langkahnya setelah mendengar ucapan Boun

"baik pak" Mike cengengesan menatap kepergian Boun yang terlihat buru-buru

"aneh" ucapnya singkat lalu kembali ke tempat duduknya

Kira-kira apa yang membuat Boun terburu-buru seperti itu? apakah ada sesuatu yang terjadi? tentu saja dia sedang melancarkan aksinya agar ia tidak canggung dengan Prem karena hal tadi siang.

"ayo ikut saya!" Boun yang tiba-tiba sudah berdiri dibelakang

"eh" Prem tentu saja kaget dengan kehadiran Boun yang tiba-tiba itu

"kemana?" ucap Prem berdiri dari duduknya, membuat ia dan Boun terlihat sangat dekat bahkan Prem dapat merasakan hembusan napas dari Boun

Prem yang kaget dengan jarak antaranya dan Boun spontan memundurkan badannya, hampir saja ia terjatuh untung Boun dengan sigap meraih tubuhnya yang kali ini bukan hanya membuatnya bisa merasakan hembusan napas Boun namun membuat hidung mereka berdua bersentuhan.

Cukup lama dalam posisi tersebut, Boun yang mendapatkan kembali kesadarannya memapah Prem untuk berdiri dengan benar. Sebenarnya Boun suka berlama- lama seperti tadi namun ia harus segara menjauh dari Prem sebelum Prem mendengar degup jantung Boun yang memompa dengan sangat cepat.

"ayo pergi!" Boun melangkah meninggalkanPrem

"tapi mau kemana hia?" Prem tergesah-gesah membereskan tasnya

"hia tunggu" Prem berusaha mengejar Boun yang seperti sengaja berjalan dengan cepat

Kini Prem sudah berada di dalam mobil Boun, entah kemana pria ini akan membawanya, sedari tadi Boun juga tidak menghiraukan pertanyaan dari Prem.

Apa dia masih marah?

Tapi kenapa dia harus semarah ini?

Prem diam-diam melirik Boun yang pokus menyetir, jika diperhatikan dengan seksama Boun terlihat sangat tampan dengan rambut blonde dan piercingnya ditambah tatapan dingin, Memangnya ada CEO yang seperti ini? Prem merasa Boun ini bukan hanya sekedar CEO biasa.

Mungkin saja dia mapia

mana ada CEO blonde gini

pake piercing lagi

"ayo turun!" Prem yang terus memikirkan banyak hal sampai ia tidak sadar mobil sudah berhenti

"kenapa kita kesini?" rasa penasaran Prem sedari tadi tidak ada yang terpecahkan malah semakin bertambah saja

MY LAST HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang