<<<<
Tarik napas __
Badai yang lama.
Memang butuh sabar paling panjang.>>>>
Malam, Hujan, Dingin.
Cukup untuk menemani gadis cantik yang sedang duduk manis diatas ranjang kayu yang sudah mulai lapuk itu. Ia melihat ke luar melalui jendela kecil yang dihiasi bunga azalea plastik.
Dalam fikirannya saat ini hanya kosong dan hampa, seperti awan gelap malam ini yang sengaja menutupi langit. Tanpa bintang, tangpa bulan. Memang kelam dan hampa adanya.
Gadis kecil yang bernama Aira kini sedang duduk termenung dengan mata sayu, setetes liquid bening jatuh dari mata hazel terangnya. Entahlah, dari tadi aira tidak memikirkan apa-apa, terus mengapa sekarang ia menangis?.
Aira sebenarnya benci ketika dirinya menangis, karena Aira menganggap dirinya lemah jika menangis. Untuk apa ia menangis?. Toh, yang akan menghiburnya juga pasti tidak ada bukan?.
Sudah tiga tahun Aira hidup di asrama milik Johan yang penuh dengan kekerasan, cacian dan makian. Sesederhana itu hidup Aira. Tidak pernah sedikitpun Aira berfikir akan memiliki hidup sesulit ini.
Bahkan Aira sering melihat langit setiap malamnya, berfikir Tuhan akan mendengarkannya dan meringankan cobaanny. Tidakkah Tuhan itu baik?. Seharusnya Aira memiliki setitik cahaya kebahagiaan. Tapi kenyataannya tidak, hingga sampai saat ini.
Sudahlah, Aira tidak mau berprasangka buruk kepada tuhan, bagaimana pun takdir Aira sudah ditentukan. Harapan Aira, jika memang Aira akan hidup seperti ini sampai akhir, setidaknya ia memiliki kenangan hidup sendirian.
Sungguh, kesepian seperti sekarang ini yang Aira rasakan, sangatlah menyesakkan.
Sesak, jika mengingat tidak ada yang menghapus air matanya. Sesak rasanya ketika melihat keluarga orang lain lengkap, hingga liburan bersama tak pernah terlewatkan.
Takdir sudah menetapkan jalannya seperti ini untuk Aira. Yang harus Aira terima dan jalani.
Hari ini Aira tak terlalu merasa sepi karena malam ini hujan turun tidak deras memang. Aira mengambil obat tidur yang berada di laci nakas samping tempat tidurnya.
Yap, obat kecil penenang, yang dibutuhkan saat Aira sulit tidur atau saat Aira merasa dunia tidak adil padanya.
Perlahan setelah meminum obat tersebut Aira merasakan sedikit ketenangandan mulai mengantuk.
Yang harus Aira lakukan sekarang adalah lupakan, tidur dan kembali segar besok pagi. Ingat, hidup itu berat jika diawali dengan keluhan. Dari pada Aira mengeluh yang berujung tidak bersyukur, mending sekarang Aira tidur.
Sejenak, Aira mulai memejamkan matanya yang terasa berat. Hingga tak sadar. Gelap sudah menghampirinya.
.....
plakk...
"Dasar gadis tidak tahu diri!. Dibaikin malah ngelunjak."
Tamparan dan makian sudah menjadi makanan setiap hari untuk Aira, tatapan penuh kebencian yang selalu Aira dapat.
Tak ada lagi cinta yang bisa Aira rasakan. Tak ada kebahagiaan bagi Aira, tak ada perhatian untuknya.
Ia mengabaikan mereka yang mencaci maki dirinya, sepertinya Aira sudah mati rasa. Bahkan sebuah tamparan itu tak terasa di pipinya.
Aira menatap Johan dengan tatapan bertanya mengapa ia dipukul sedangkan dirinya tak berbuat salah."JAGA TATAPAN LO!!. JIJIK GUA LIATNYA!."marah Johan.
Perkataan Johan membuat Aira membuang nafas lelah sambil menundukan kepalanya. "lo mau tau apa penyebabnya gua marah sama lo jalang kecil?"Tanya Johan sambil menatap remeh Aira.
Tangan Johan perlahan-lahan terangkat, dan mencengkram dagu Aira dengan tak berperasaan."nyakitin lo adalah suatu kebahagiaan bagi gue!!".ujarnya.
"Kenapa gak sekalian bunuh Aira aja om?"Tanya Ara dengan suara lirih.
"Kalau gua bunuh lo entar ga ada kesenengan bagi diri gua lagi. Toh?"Ucap Johan sambil mencengkram dagu Aira semakin kencang. "Udah sono lu kerja, mual gua lama-lama ngeliat muka lo"katanya sambil menghempaskan dagu Aira dengan kasar.
Aira sudah malas menggubris perkataan Johan yang hanya membuat dirinya lelah kalau menanggapinya. Lalu Aira mulai mengambil langkah keluar dari asrama untuk mulai mencari uang.
.....
kini langit telah berubah menjadi gelap namun tidak ada bintang dan bulan yang menemani langit gelap. Kini kota yang Aira tinggali sedang turun hujan yang deras.
Entah kemana Liam mengapa ia belum menjemputnya, bahkan Aira sudah menunggu 1 jam lamanya.
Bumi pun turut bersedih, membasuh jalanan dengan riakan akuarel alam. Setiap tetesnya seakan menghapus derita sang gadis dari berat nya beban yang ia alami, Aira mulai berjalan menerjang hujan. Aroma khas semerbak yang menghidupkan rindu membelai indranya, menyambutnya dalam dekap harum kehidupan. senyuman lega menandakan segala sesak dalam jiwanya kala aroma petrichor berpadu dengan hembusan lembut angin, mengusapkan pengharapan baru di pipinya yang basah.
Aira tersenyum. Sambil merentangkan tangan dan memejamkan mata, membiarkan tirai hujan membasuk deritanya, seakan berbisik menenangkan. "Teruslah melangkah, ada seribu keajaiban terselip dalam dirinya."
Tetesan hujan terlalu membuat jiwa Aira terhayut dalam setiap tetes yang membasuh dirinya. Sehingga membuat Aira tak menyadari ia terlalu melangkahjauh ke arah jalan raya yang penuh dengan kendaraan berlalu lalang. Tak lama Aira merasa ada cahaya yang menyoroti dirinya lalu.
BRAKK...
DUARR...
Tubuh mungil Aira terpental jauh, Hanya sakit disekujur tubuh yang dapat aira rasakan, sampai kesadarannya mulai direngut dengan kegelapan.
🐝🐝🐝
🐝🐝🐝
FLAWSOME~ chapter 03jangan lupa,Vote dan komen agar aku semangat untuk lanjutin cerita flawsome🐾👾
(๑♡∀♡๑)
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWSOME
Teen Fiction[Selamat baca jangan lupa follow terlebih dahulu] ⚠ ️[DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT] •FLAWSOME [ON GOING] ________________________ _aku tidak akan berteduh. akan ku hadapi semuanya sampai reda. __ flawsome ___________________________ Terimakasih uda...