Bab III

32 4 0
                                    

Jangan lupa pencet ☆ yaa
Happy reading~ (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

* * * * *
BAB III

* * * * *

Aku bisa mendengar suara giginya bergemeretak.

"Apa kau sungguh tidak mendengar jeritan semua nyawa tak berdosa yang mati karena mu?" ucapnya, menatapku dengan mata merah.

"Tunggu dan lihat saja. Kau akan membayar semua yang telah kau lakukan. Untuk mengorbankan orang-orang tak berdosa demi kesenanganmu sendiri, untuk memperlakukan manusia dengan begitu sepele! Nafsu kotor yang bersembunyi di bawah kulitmu akan terungkap untuk dilihat dunia, dan saat kau mati....!"

"Tutup mulutmu!" Aku berteriak.

Aku tahu dia tidak benar-benar mengutuk ku, kemarahannya ditujukan pada karakterku. Tapi tetap saja, akulah yang menerima seluruh amarahnya, mendengarnya mengucapkan setiap kata penuh kebencian. Jadi, inilah yang aku dapatkan sebagai imbalan atas simpati murahan ku. Aku tidak bisa menghentikan kemarahan ku yang meluap.

Ini bukan salahku! Aku juga korban. Kamu mungkin telah kehilangan negaramu, tapi aku kehilangan seluruh dunia ku. Aku kehilangan diriku sendiri.

Kata-kata yang ingin kukatakan ada di ujung lidahku.

Mengapa aku menjadi orang yang harus mati?

Kenapa aku?!

"Ya, lemparkan saja hinaan padaku, karena hanya itu yang bisa kau lakukan," kataku ketus.

"......"

"Tapi aku tidak sepertimu. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Atau setidaknya hal-hal yang akan segera menjadi kebenaran. Oh, aku punya yang bagus untukmu. Apakah kamu ingin tahu apa yang sedang dilakukan wanitamu saat ini, dan dengan siapa dia?"

"Diam."

"Dia di tempat tidur dengan selir ku sekarang. Ranjang yang sama dengan yang dia tiduri denganmu."

Aku memutuskan untuk langsung menusuk hatinya, meyakinkan diriku sendiri bahwa ini demi kebaikannya.

* * * *

Ding!

[Anda telah selesai berhubungan badan dengan Robbia dalam batas waktu yang diberikan. Selamat! Robbia sedikit tenang.]


Aku berpaling dari notifikasi tersebut. Essen telah meninggalkan ruangan dengan tiba-tiba mendengar kata-kataku, tetapi tampaknya dia tidak memiliki keberanian untuk menghadapi kebenaran. Entah itu alasannya atau dia benar-benar mempercayainya. Apapun itu, dia tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Benih-benih ketakutan dan kecurigaan telah tertanam. Mulut ku terasa sangat kering.

Ding!

Tapi kemudian, sesuatu yang mengejutkan terjadi.


[Tingkat kasih sayang Robbia padamu menurun.]

[Tingkat kasih sayang Robbia padamu menurun.]

[Tingkat kasih sayang Robbia padamu menurun.]

.

I Fell Into a Reverse Harem Game!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang